Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Senin, 24 November 2014

Kesederhanaan Yang Mewah

By : Pakdhe U ®

Sederhana, sebuah kata yang belakangan ini cukup sering disebutkan di berbagai media massa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sederhana memiliki makna “tidak berlebihan, biasa saja, tidak mencolok, dan lawan kata dari mewah.” Tapi, menurut saya istilah sederhana tidak bisa diterjemahkan sesederhana istilah itu sendiri. Membahas istilah sederhana, sama halnya dengan memperdebatkan antara telur dengan ayam lebih dulu mana, sama halnya dengan melihat sebuah koin yang memiliki 2 sisi yang berbeda.

Minggu, 23 November 2014

Hari Ini Seperti Biasanya…

By : Pakdhe U ®

Seperti hari kemarin, dan beberapa hari sebelumnya; hari ini masih tetap seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang istimewa, atau setidak-tidaknya sedikit berbeda dari biasanya. Adakah yang salah? Saya rasa tidak ada yang salah! Semuanya masih tetap seperti biasanya; bahkan meskipun harga BBM pada akhirnya jadi dinaikkan. Pfff…. begitulah!

Rabu, 12 November 2014

Gelar Sarjana Bukan Jaminan

By : Pakdhe U ®

Tulisan saya kali ini bukan bermaksud untuk meramaikan suasana dunia maya yang sedang heboh, khususnya di Indonesia, terkait adanya sosok Pejabat Menteri yang notabene secara kualifikasi akademik sebenarnya sangat tidak layak untuk menduduki jabatan tersebut. Terlepas dari adanya hal yang solah-olah terkait tersebut, saya hanya ingin menyampaikan bahwa Gelar Kesarjanaan Bukanlah Jaminan bagi seseorang untuk kemudian menempatkan orang tersebut dalam posisi terhormat.

Senin, 10 November 2014

Merayakan Kemenangan

By : Pakdhe U ®

Kemenangan, bagi siapa saja, di belahan bumi mana saja, adalah suatu hal yang sangat menjadi dambaan. Menang, adalah menjadi yang terbaik diantara yang paling baik. Menjadi yang terpilih diantara banyak pilihan. Dan  menjadi satu-satunya yang berada di puncak kejayaan. Pada umumnya, setiap orang senantiasa merayakan kemenangan dengan caranya masing-masing. Ada yang unik, konservatif, biasa-biasa saja, atau bahkan ada yang ekstrim.

Pertanyaannya adalah; perlukah kita merayakan kemenangan itu? Sementara di balik sebuah kemenangan sesungguhnya terselip sebuah pesan yang tersembunyi tentang sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab untuk menjaga kemurnian dari kemenangan itu sendiri. Tanggung jawab untuk mewujudkan cita-cita luhur dari sebuah kemenangan. Sekarang, apakah kita sudah cukup paham dengan tanggung jawab itu sehingga kemudian merayakan kemenangan dengan berlebihan?

Anggap saja kita mendapatkan kemenangan dalam sebuah lomba lari marathon. Apakah kita pernah memikirkan bagaimana kita bisa menang? Apakah kemenangan kita adalah murni atas kerja keras kita? Apakah kemenangan tersebut diraih dengan cara-cara yang sportif? Atau, jangan-jangan kita menjadi pemenang hanya karena faktor keberuntungan belaka. Misalnya, lawan tanding kita sedang tidak fit, atau mungkin karena keadaan lainnya.

Apapun itu, saya hanya ingin menyampaikan bahwa di balik setiap kemenangan pastilah tersembunyi pesan yang harus kita cermati dan kita pertanggung jawabkan dengan baik. Akhirnya; selamat untuk para pemenang!

follow : twitter | find on : facebook | see : you tube | 2014

Sabtu, 01 November 2014

Ada Uang Ada Pangkat

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id/ Menjadi pegawai negeri, khususnya guru, adalah dambaan sebagian besar dari kita. Harapan mendapatkan gaji pensiun, tunjangan, dan ritme kerja yang teratur adalah nilai lebih yang menjadi fokus perhatian peminat pekerjaan ini.

Memang, menjadi guru kelihatannya sangat mudah. Berangkat jam 7 pagi, masuk kelas tinggal bicara di depan siswa, tidak perduli dipahami atau tidak oleh siswa, sampai akhirnya pulang jam 2 siang. Sisa waktu yang ada bisa digunakan untuk aktifitas lainnya; berdagang atau bertani misalnya.

Tapi, jangan salah bung! Saat ini untuk menjadi guru, apalagi sampai diangkat menjadi PNS, jalan yang harus ditempuh sangatlah panjaa…ng dan penuh dengan liku-liku. Bahkan bisa diibaratkan bagai memasuki labirin yang menyesatkan. Dan yang paling harus disiapkan adalah uang!

Bukan uang receh untuk pengamen, tapi uang untuk keperluan ini dan itu selama perjalanan menuju status PNS atau bahkan sampai ketika sudah mendapatkan status tersebut. Ada seorang kawan yang sampai menghabiskan puluhan juta rupiah demi mendapatkan status PNS dengan golongan pangkat III/a, meskipun dalam test masuk CPNS, dia tidak menjawab sebagian besar soal yang diajukan.

Ada lagi seorang teman, yang ini sudah diangkat menjadi PNS Guru, yang selalu menghabiskan uang sejuta sampai tiga juta, hanya untuk menebus PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang wajib diajukan untuk persyaratan kenaikan pangkat. Sebetulnya PTK memang harus dibuat atau disusun sendiri, tapi pada kenyataannya, setiap PTK yang disusun sendiri selalu ditolak dengan berbagai alasan dan kalaupun pada akhirnya diterima, nilai AK (angka kredit) yang didapat hanyalah 2. Bandingkan jika PTK yang diajukan hasil dari “membeli” kepada oknum internal, nilai AK akan menembus angka 4, atau sempurna.

Pun demikian dengan nilai poin integritas AK setiap pendidik (guru pns) yang harus diajukan sekali waktu tertentu, selalu mengalami perubahan yang ujung-ujungnya juga membutuhkan anggaran sampai 3 juta rupiah. Untuk hal ini, seorang kolega saya pernah mengalaminya sendiri. Nilai AK yang diajukannya mendapat apresiasi 4 dari kanwil Propinsi, namun ketika dicek di tingkat Kabupaten, poin yang diperoleh berubah menjadi nol.

Kolega saya ini kemudian protes dan melakukan korespondensi dengan Propinsi yang akhirnya oleh tingkat Kabupaten dirubah menjadi 2 poin. Tentu kolega saya tidak terima, karena dia sudah mendapatkan salinan penilaian tersebut dari Propinsi yang nilainya 4. Oleh oknum tingkat Kabupaten kolega saya dimintai 3 juta, dengan dalih biaya pengurusan ke Propinsi dan ini dan itu untuk mengembalikan poin ke angka 4.

Dengan berat hati akhirnya 3 juta melayang.

Terimakasih.

Minggu, 05 Oktober 2014

Perjalanan Nekat Setelah Bangkit dari Kubur

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Tolong jangan salah sangka terhadap judul di atas. Ini sengaja saya lakukan karena memang pada kenyataannya yang terjadi adalah seperti itu. Tapi, yang saya maksudkan “Bangkit dari kubur” di sini adalah sebuah mobil Carry ST 100, tahun 1987, setidaknya begitu yang tertulis dalam STNK. Hanya itu, dan bukan tentang manusia yang mati, dikubur, dan kemudian bangkit kembali.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Kurikulum 2013 Mengurangi Waktu Mengajar

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Beberapa malam terakhir, saya cukup kurang tidur. Hal ini terjadi karena saya mendapatkan order mengetikkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) milik seorang guru, kolega saya. RPP tersebut disusun berdasarkan pada Kurikulum 2013. Oya, selain seorang pencari rumput, sopir, dan penulis blog, saya juga memberikan layanan jasa pengetikan. Dan profesi yang terakhir saya sebutkan inilah yang kemudian menjadi tumpuan kolega saya dalam menyusun segala perangkat mengajar beliau.

Jumat, 03 Oktober 2014

Surat Terbuka Untuk Anggota DPR-RI

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Saya hanya rakyat biasa. Tidak lebih dari sekedar sopir dan pencari rumput untuk ternak. Tapi itu tidak menjadikan alasan kemudian ada larangan bagi saya untuk mengirimkan surat terbuka ini, yang sangat saya khususkan kepada para anggota DPR-RI yang sudah resmi dilantik tanggal 1 Oktober 2014, baru lalu. Semoga apa yang saya sampaikan bisa memberikan pemahaman tersendiri bagi anda dalam berjuang di Parlemen.

Rabu, 01 Oktober 2014

Rokok Versus Kentut

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Jika ada pertanyaan, enak mana antara rokok dengan kentut? Pasti semua orang akan mengatakan lebih enak rokok. Padahal, menurut saya pribadi, meskipun kedua-duanya sama-sama tidak enak, tapi masih lebih enak kentut daripada rokok. Kok bisa?

Kualitas Versus Kuantitas

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Ada anggapan bahwa kuantitas akan memenangkan pertarungan. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap jika kualitas yang jauh lebih menentukan kemenangan dalam pertarungan. Menurut saya, dua hal tersebut, kulitas maupun kuantitas, sama-sama memiliki peranan yang penting dalam tujuan memenangkan segala bentuk pertarungan.

Bencana Besar Di Awal Dan Akhir Periode SBY

Goresan : Pakdhe U ®

JBR/id. Susilo Bambang Yudhoyono. Siapa yang tidak kenal beliau? Tokoh fenomenal yang muncul menjadi Presiden Republik Indonesia ke 6, setelah berhasil menyisihkan para calon Presiden yang lain, dalam dua putaran pada Pemilu 2004. Fenomenal, karena SBY, begitu beliau biasa disapa, merupakan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat.

Tapi, adakah yang mengamati sesuatu hal yang cukup menggelitik di balik masa kepemimpinan SBY selama dua periode ini? Meskipun hal ini tidak mutlak terkait dengan sosok SBY sendiri, tapi setidaknya apa yang akan saya utarakan mungkin bisa dijadikan bahan renungan. Dan tidak haram juga untuk menjadi bahan perbincangan.

Selasa, 30 September 2014

Penyebab Utama Manusia Menjadi Gila

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Siapa manusia di muka bumi ini yang mau menjadi gila? Atau setidaknya berubah menjadi gila karena keadaan? Atau bersikap bagaikan orang gila, meskipun sebenarnya tidak demikian? Tahukah, bahwa sebenarnya penyebab manusia menjadi gila itu hanya ada 3 hal. Apakah itu? Saya akan mencoba membuat intisari dari ketiga hal penyebab utama manusia menjadi gila, berikut ini.

Senin, 29 September 2014

DPR Bukanlah Wakil Rakyat!

By : Pakdhe U ®

JBR/id. DPR merupakan singkatan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Ini artinya pekerjaan anggota dewan di parlemen adalah mewakili rakyat secara proporsional. Katakanlah satu anggota dewan mewakili suara satu juta rakyat, ini artinya satu anggota dewan tersebut memiliki wewenang untuk mewakili keinginan satu juta rakyat. Tapi benarkah hal itu yang terjadi? Apakah mungkin seorang anggota dewan sebenarnya hanya mewakili Partai atau justru mewakili kepentingan segelintir kelompok tertentu?

Minggu, 28 September 2014

Saya Bukan Presiden

Oleh : Pakdhe U ®

JBR/id. Saya punya banyak ide, rencana, dan apalah namanya, di dalam otak. Semua tentang bagaimana seharusnya mengatur negara, bagaimana seharusnya memperlakukan rakyat, dan bagaimana seharusnya menjadi pemimpin. Namun, saya tidak pernah punya kesempatan untuk mengutarakan itu, bahkan kepada orang terdekat pun juga tidak. Selain karena takut nanti dikiranya saya itu gila, mungkin juga memang sebaiknya harus begitu. Tapi, sepertinya sekarang harus dirubah! Setidaknya, dalam post ini saya akan share sedikit tentang semua itu, meskipun saya bukan presiden.

Sabtu, 27 September 2014

Pilkada Tidak Langsung, Demokrasi Mati?

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Akhirnya, tadi malam (26 september 2014)  Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat memutuskan untuk menyetujui pemilihan Kepala Daerah dilakukan oleh DPR. Keputusan ini sebetulnya merupakan keputusan yang kontroversial, mengingat alasan yang di argumentasikan oleh para anggota Dewan, baik yang pro Pilkada Tidak Langsung maupun Pilkada Langsung.

Kamis, 25 September 2014

Suatu Hari Di Rumah Sakit

By :  Pakdhe U ®

JBR/id. Pernah suatu ketika saya mengantarkan sebuah keluarga untuk berobat jalan ke sebuah Rumah Sakit Pemerintah. Dua kali saya memberikan jasa angkutan tersebut. Yang pertama, mengantarkan untuk berobat jalan, sedangkan yang kedua, tentulah untuk kontrol. Dari dua perjalanan tersebut, saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan saya pikir sangat layak untuk saya share di sini. Semua ini tentang pelayanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.

Rabu, 24 September 2014

Dokter Spesialis vs Tukang Pijat

Alakadarnya By : Pakdhe U ®

Jember/id. Membaca judul di atas, tentu anda semua akan bertanya-tanya, kenapa harus dengan tukang pijat? Kenapa bukan dengan dokter spesialis yang selevel? Ini sengaja saya tuliskan demikian, karena memang itu yang menjadi pengalaman saya. Bagaimana dan mengapa?

Sabtu, 20 September 2014

Awet Muda Atau Panjang Umur?

Sekedar Tulisan By: Pakdhe U ®

Jember/id. Hai semua pembaca, apa kabar hari ini? Semoga baik! Oya, jika anda dihadapkan pada sebuah pertanyaan antara Awet Muda atau Panjang Umur, kira-kira anda akan pilih jawaban apa? Sebelum menentukan jawaban anda, mungkin sebaiknya simak dulu tulisan saya kali ini. Semoga kebingungan antara pilih awet muda atau panjang umur bisa terjawab.

Jumat, 12 September 2014

Wacana "PILKADA TIDAK LANGSUNG", Dagelan Politik Gaya Baru

Opini By : Pakdhe U ®

Jember.id/ Gonjang-ganjing panggung politik Indonesia kian hari kian seru saja untuk diikuti, meskipun jika dinalar dengan akal waras, sangat jauh dari kata masuk akal. Yang terbaru, dan cukup membuat miris adalah tentang RUU Pilkada yang mengusulkan akan pemilihan Kepala Daerah Tidak Langsung. Alias, jika RUU ini di sahkan oleh DPR, pemilihan Kepala Daerah akan dilakukan oleh anggota Dewan. Saya rasa ini hanyalah sebuah dagelan belaka.

Senin, 08 September 2014

Belum Saatnya Terapkan Kurikulum 2013

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id/ Gembar-gembor kurikulum 2013 sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu. Dikatakan bahwa k.13 (kurikulum 2013) adalah bentuk kurikulum yang ideal diterapkan di Indonesia. Dengan asumsi bahwa k.13 akan mencetak generasi bangsa yang kritis, cerdas namun berakhlak tinggi. Benarkah demikian?

Pembuktian dari anggapan tersebut nampaknya sudah bisa kita ketahui saat ini (2014) dimana program k.13 sudah mulai diterapkan secara luas di Indonesia. Saya akui, secara umum k.13 memang sangat bagus dan cukup mencerminkan semangat untuk mencetak generasi berkualitas dari sisi sains maupun moral.

Metode yang digunakan juga bisa dikatakan cukup modern karena tidak lagi berbasis tunggal, melainkan sudah berbasis group. Artinya apa? Guru memiliki posisi sebagai pendamping siswa dalam mengeksplor ilmu pengetahuan, dan menemukan hal-hal baru dalam pelajaran yang disampaikan, bukan lagi sebagai sekedar penyampai pelajaran belaka.

Siswa secara group atau berkelompok, mencoba untuk menemukan solusi atas masalah yang disampaikan oleh Guru dan kemudian membahasnya bersama sebagai satu bentuk materi pelajaran dan kemudian dikaitkan dengan kehidupan sosial mereka secara nyata. Guru hanya bertindak memberikan arahan dan beberapa solusi tambahan pada saat siswa mengalami kesulitan.

Ternyata, di lapangan ditemukan beberapa hal yang cukup mengganjal dan memiliki peluang sebagai faktor yang menyebabkan k.13 dinilai gagal diterapkan. Apakah itu?

  1. Demografi Wilayah
  2. Sumber Daya Manusia
  3. Dukungan Teknis

DEMOGRAFI WILAYAH

Kita semua tahu bahwa wilayah Indonesia sangat luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dan dari sebaran wilayah yang seluas itu, hanya sebagian kecil saja wilayah yang tersentuh kemajuan. Mengapa saya katakan hal ini berpengaruh? Karena, pertama; kemajuan suatu wilayah akan menentukan seberapa besar kemampuan wilayah tersebut untuk menyerap teknologi.

Dengan garis besar skema k.13 yang berbasis mengeksplor ilmu pengetahuan secara mandiri, tentu menjadi masalah yang tidak sederhana jika sebuah wilayah tidak terjangkau akses internet, tidak memiliki akses jaringan listrik dan hal-hal lain yang menjadi pokok fundamental bagi keberhasilan k.13.

Bayangkan, ketika siswa diharapkan untuk mencari dan atau menggali informasi di dunia maya, bagaimana solusinya? Pun ketika siswa diharuskan membuat sebuah proyek penelitian yang membutuhkan listrik, bagaimana pula solusinya? Dan tentu masih banyak lagi yang lainnya.

Kedua; luasnya wilayah yang bahkan terdiri dari ribuan pulau yang sangat minim fasilitas tentu akan menjadikan wilayah tersebut terbelakang secara teknologi maupun ekonomi. Maka bukan tidak mungkin jika keterbelakangan ini kemudian menghambat keberhasilan penerapan k.13 secara menyeluruh. Hal ini bisa dilihat dari kendala yang dihadapi pada saat pendistribusian buku pegangan siswa maupun guru untuk k.13.

SUMBER DAYA MANUSIA

Berdasarkan penjelasan poin di atas, hal yang kemudian terpengaruh dan berdampak pada berhasil tidaknya k.13 diterapkan adalah sumber daya manusia. Kita semua tahu bagaimana kualitas SDM kita. Kualitas rata-rata SDM kita. Tentulah tidak sama bukan? Perbedaan yang ditemukan terpaut sangat jauh antara satu wilayah ddengan wilayah lainnya.

Mengapa SDM ini penting? Karena hal ini menentukan seberapa cepat dan baik, kemampuan siswa, guru, dan pihak terkait dalam menerjemahkan bahasa kurikulum 2013 dan menyesuaikan dengan ritme intelektual mereka. Kita secara tidak sadar mengetahui ada beberapa tipe manusia yang memiliki kemampuan berbeda dalam menghadapi perubahan.

Pertama; mereka sangat cepat beradaptasi dan ini ditemui pada SDM yang unggul yang sudah dipastikan hanya tinggal di wilayah modern perkotaan. Karena mereka sudah terbiasa dengan dinamika perkotaan modern yang sangat cepat ritmenya.

Kedua; mereka masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi, dan ini terdapat pada SDM yang cenderung biasa-biasa saja dan kebanyakan tinggal di wilayah urban, pinggiran maupun kota-kota kecil yang memiliki ritme modernitas sedang. Karena kebiasaan hidup mereka tidaklah menuntut gaya hidup gegas, tangkas dan modern.

Terakhir; mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Mereka adalah yang dominan tinggal di wilayah pedalaman, pulau terpencil, wilayah-wilayah khusus, karena umumnya wilayah mereka masih sangat kuat pengaruh tradisi dan adat istiadatnya. Kita semua pasti membenarkan jika suatu wilayah adat sangatlah sulit untuk menerima perubahan.

DUKUNGAN TEKNIS

Hal ini terkait dengan kemampuan pemerintah dalam menyediakan materi buku pelajaran yang tepat, dalam jumlah layak dan tidak mengalami keterlambatan distribusi. Yang sudah terjadi adalah buku siswa yang terlambat didistribusikan ke sekolah-sekolah karena kendala teknis.

Akibatnya adalah, siswa diharuskan untuk memfotokopi sebagian dari buku tersebut sampai buku yang sebenarnya sudah datang. Kebijakan fotokopi ini jelas-jelas merupakan bentuk pelanggaran hak cipta. Bukankah dalam setiap cetakan buku sudah ada keterangan; dilarang menyalin, mengkopi sebagian dan atau keseluruhan isi buku dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. Saya serahkan penilaian pada anda sebagai pembaca blog ini.

Itu tadi dari sisi hukum. Bagaimana dengan sisi ekonomi? Tentulah memfotokopi puluhan lembar materi pelajaran bukanlah hal yang murah. Mungkin cukup murah bagi mereka yang dompetnya tebal,namun bagaimana dengan masyarakat ekonomi bawah? Keterpaksaan untuk tidak memiliki buku, yang berujung pada ketidak mampuan menerima pelajaran dengan baik, mungkin akan menjadi pilihan yang logis bagi golongan ini.

CONTOH KASUS

Di tempat narasumber saya mengajar, sebuah SMP Negeri yang berada di pesisir selatan Jawa, dan hanya 4 jam perjalanan dari Ibukota Propinsi. Mayoritas siswanya adalah anak petani, nelayan dan pekerja sektor informal. Ketika diterapkan kurikulum CBSA yang menuntut siswa aktif berdiskusi mengupas dan meuntaskan masalah; hasil yang didapatkan adalah negatif. Negatif dalam arti, suasana kelas malah menjadi sangat tidak terkendali yang pada akhirnya pembelajaran menjadi gagal.

Salah gurunya? Tentu kita tidak bisa menentukan demikian, karena ketika kemudian sistem mengajar dikembalikan kepada cara normal; guru menjelaskan materi dan siswa menyimak dan atau menulis, hasil yang didapat justru lebih baik.

Ketika k.13 mulai diterapkan di sekolah ini, keadaan yang cukup memprihatinkan terjadi. Kebanyakan siswa nampak seperti anak-anak bodoh yang hanya bengong melompong ketika diminta untuk menemukan sesuatu yang terkait materi. Jangankan untuk menjelaskan di depan teman-temannya, untuk menentukan apakah sesuatu itu sesuai materi atau tidak, mereka masih kesulitan.

Yang muncul malah pertanyaan sejenis; bagaimana bu kata-katanya? ini bagaimana bu? saya tidak bisa bu? yang kemudian justru menghambat penyampaian materi dengan tepat. Akhirnya, materi tidak bisa terselesaikan dengan tepat waktu.

Perlu diingat, hal ini terjadi di Pulau Jawa yang notabene tergolong lebih maju dibanding wilayah pedalaman Indonesia lainnya. Jadi, kesimpulannya; apakah sudah saatnya kurikulum 2013 diterapkan? Atau kita masih perlu mencari formula tepat untuk memajukan Pendidikan Indonesia?

Jawaban di tangan anda!

Inti.979W. {peduli pada pendidikan Indonesia}

Jumat, 29 Agustus 2014

Memburu Pesona BOS 2

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id/ Dalam posting sebelumnya : Memburu Pesona Bos 1, sudah saya tuliskan tentang kejanggalan dalam program BOS. Melanjutkan tulisan tersebut, kali ini saya akan kembali menuliskan tentang kejanggalan yang lain. Semoga tulisan saya ini dapat menjadi pencerahan yang lain dan sekiranya bermanfaat.

Perihal Sekolah Penerima BOS

Pesona BOS ternyata sungguh luar biasa. Tidak tanggung-tanggung, dengan adanya kemungkinan mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah sebanyak (bahkan sampai) ratusan juta rupiah, tergantung jumlah siswa dan kondisi sekolah yang dilaporkan, banyak sekali pihak yang berlomba-lomba untuk mendirikan sekolah.

Pondok Pesantren, yang notabene merupakan lembaga Pendidikan non formal berbasis religi, banyak sekali yang kemudian ganti haluan atau menambah line up pendidikannya dengan membuka sekolah formal, baik untuk tingkat SD, SMP maupun SMK. Mereka berdalih, jika hanya menggeluti dunia Pesantren tanpa dilengkapi dengan sekolah umum, lambat laun mereka akan ditinggalkan oleh peminatnya.

Di sisi lain, adanya program BOS dari Pemerintah Pusat juga menjadi alasan yang (utama) mereka dalilkan, dengan itikad turut mencerdaskan generasi bangsa. Sungguh niat yang mulia, jika ditinjau dari apa yang mereka niatkan. Tapi, bagaimana dengan kenyataan di lapangan?

Di tempat saya berada, terpantau ada kurang lebih tiga Pondok Pesantren yang kemudian membuka sekolah umum. Satu untuk tingkat SD, satu lagi untuk tingkat SMP dan yang terakhir untuk tingkat SMK. Yang benar-benar saya ketahui hanyalah yang untuk tingkat SD dan SMP, karena tempatnya sangat dekat dan selalu saya lewati.

Beberapa personil dari sekolah tersebut ada juga yang saya kenal dengan baik dan bahkan sering sekali meminta bantuan kepada saya untuk membuatkan ini dan itu, segala sesuatu terkait dokumen sekolah serta konsultasi tentang IT. Mereka itulah yang kemudian menjadi sumber terpercaya saya dalam menulis posting ini.

Salah satu sekolah yang saya maksudkan, selalu menerima dana BOS sebanyak 10 juta rupiah. Berdasarkan peraturan, seharusnya dana yang diterima tersebut digunakan untuk kepentingan sekolah dan siswa. Perawatan berkala, pengadaan bangku, penyusunan program, gaji guru danpengadaan buku siswa.

Tapi lain halnya di sekolah ini, jumlah dana yang sudah terpotong untuk LPJ BOS (baca posting sebelumnya), terpotong lagi untuk membayar upeti kepada petugas UPT Kecamatan (baca lengkap posting ini), ternyata masih dipotong lagi oleh pemilik Yayasan untuk membangun Pondok Pesantren. Sisanya itulah barulah digunakan untuk hal-hal yang seharusnya didanai oleh BOS.

Akibatnya, seluruh personil hanya mendapatkan gaji yang sangat sedikit, meskipun untuk kepentingan LPJ BOS, mereka selalu menandatangani stat gaji fiktif. Kenapa fiktif? Mereka hanya menerima tidak lebih dari Rp.100 ribu per bulan, tapi dalam stat yang  mereka tandatangani gaji mereka bernilai Rp. 500 ribu sampai Rp. 700 ribu.

Ironisnya, karena kekurangan dana setelah dipotong sana sini, keadaan sekolah, khususnya bangku, buku siswa dan alat tulis kantor, menjadi terbengkalai. Ada yang rusak tidak terurus. Keadaan siswa juga demikian. Seharusnya mendapatkan bantuan seragam, sepatu dan kebutuhan sekolah lainnya, mereka terpaksa menuju sekolah dengan seragam bekas, atau baru tapi dengan keadaan seadanya. Miris!

Perihal Sumber Daya Manusia

Tidak berhenti hanya sampai di sini, membicarakan BOS sama halnya dengan membicarakan antara ayam dan telur. Tidak pernah ketemu ujung pangkalnya, sehingga lebih tepat disebut “mengurai benang kusut” atau “menegakkan benang basah.”

Sebagai sebuah Program, BOS tentulah memerlukan adanya Sumber Daya Manusia yang unggul, jujur, pekerja keras dan memiliki integritas baik terhadap tugasnya. Tapi, dari yang saya ketahui,dan mungkin sudah menjadi Rahasia Umum, kebanyakan pihak yang terkait dengan BOS selalu bertindak menyimpang.

Kebutuhan akan adanya LPJ, dimanfaatkan oleh oknum UPT Dinas Pendidikan untuk mempersulit pihak sekolah dalam persetujuan LPJ, serta bekerjasama dengan oknum lain di lingkungan pendidikan membuka celah peluang jasa penulisan LPJ. Akibatnya, LPJ yang sebenarnya amburadul, kacau balau, tidak sistematis, mengandung data-data fiktif dan saling tumpang tindih informasi sekolah satu dengan sekolah lainnya, malah menjadi yang disetujui.

Dengan mudahnya mereka membuat laporan pertanggung jawaban yang hampir sama, namun ajaibnya selalu tanpa masalah. Jumlah dana BOS yang dilaporkan selalu menunjukkan sisa anggaran nol, padahal sebenarnya masih ada anggaran yang tersisa. Mereka berdalih bahwa dana BOS harus dihabiskan tanpa sisa. karena jika tidak maka dana BOS tidak akan cair. Padahal dalam buku panduan penyusunan LPJ BOS, dana bos boleh bersisa dan dimasukkan dalam laporan sebagai sisa anggaran.

Ironisnya, dana tidak terpakai yang tidak masuk laporan tersebut, kemudian menjadi ladang pemerasan bagi oknum UPT. Setiap pengawas datang, pihak sekolah harus menyediakan uang transport ratusan ribu rupiah. Apakah mereka tidak mendapatkannya dari kantor? Belum lagi untuk menjamu mereka dan sebagainya.

Dan, pada saat dana BOS cair, ada lagi oknum yang meminta sebagian dana tersebut untuk rapat, sosialisasi dan segala tetek bengeknya yang nilainya juga ratusan ribu rupiah. Sungguh merupakan tindakan tidak terpuji, maka pantaslah kemudian jika kebanyakan dari mereka (oknum-oknum) itu mendapatkan penyakit berat dan menakutkan seperti diabetes, kanker, liver, jantung dan penyakit dalam lainnya. Kenapa? Karena makanan yang mereka konsumsi diperoleh dengan cara yang tidak semestinya, diperoleh dari keculasan, ketamakan, sehingga menjadikan tidak berkah.

Jika mental kita masih seperti ini, bukan tidak mungkin Indonesia tidak akan mencapai kejayaannya kembali. Niat mulia Pemerintah, dengan meluncurkan program BOS, ternyata harus berakhir dengan penyimpangan penyimpangan seperti ini. Sungguh sia sia trilyunan rupiah anggaran negara hanya menjadi “bancakan” (jawa = kendurian) pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab.

Mereka telah silau oleh pesona BOS yang sangat menggiurkan, sampai sampai melupakan tujuan awal mereka dalam mengelola lembaga pendidikan adalah untuk mencerdaskan generasi bangsa. Mereka tenggelam dalam euforia ketamakan sehingga program Pemerintah yang seharusnya bisa menjadi pelecut semangat mereka dalam mengabdi, malah mereka jadikan ladang penghasilan untuk mengeruk kekayaan pribadi.

Ditulis bukan untuk menghujat atau mencemarkan siapapun juga, melainkan untuk sekedar diketahui dan diharapkan bisa menjadi bahan renungan sehingga dikemudian hari akan ditemukan solusi yang baik atas permasalahan ini.

Pakdhe U ®

Kamis, 28 Agustus 2014

Memburu Pesona BOS 1

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id/ Judul di atas saya yakin menyimpan banyak makna dan menghasilkan banyak pula penafsiran. Tapi, sebelum terlalu jauh terjebak dalam kata-kata multi tafsir, perlu saya jelaskan bahwa kata “BOS” di atas bukanlah sebuah kata benda. Bukan seseorang atau atasan, melainkan merupakan sebuah singkatan dari Bantuan Operasional Sekolah.

BOS, atau bantuan operasional sekolah adalah merupakan sebuah program Pemerintah dalam upaya meningkatkan pemerataan kesejahteraan, khususnya dalam bidang pendidikan. Diharapkan, jika program ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Pemerintah, maka pelaksanaan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia akan berjalan dengan mudah, murah, terjangkau dan mampu menyentuh lapisan paling bawah dari warga negara Indonesia.

Sungguh sebuah tujuan yang sangat mulia, mengingat sektor Pendidikan adalah merupakan salah satu jembatan utama yang akan mengantarkan Bangsa Indonesia menuju tanah kemakmuran. Tanpa pendidikan yang memadai, kita takkan mampu menghadapi ketatnya persaingan dunia modern. Kita tak akan mampu menjadi pemimpin untuk setidaknya diri kita sendiri. Karena apa? Pendidikan sangatlah vital.

Dalam kesempatan kali ini, saya sengaja memposting tulisan dengan judul sebagaimana di atas, demi melihat beberapa kenyataan pahit yang sempat saya temukan di daerah saya, terkait pelaksanaan BOS tersebut tentunya, yang meski sebenarnya tidak bisa dijadikan cerminan hal tersebut juga terjadi di daerah lain.

Banyak hal mengejutkan yang terjadi di daerah saya terkait dengan pelaksanaan BOS yang mungkin luput dari perhatian Pemerintah Pusat. Hal tersebut sebenarnya nampak sangat jelas di depan mata, namun entah kenapa dan oleh siapa, seolah ada kabut yang sangat tebal menutupi semua kejanggalan tersebut sehingga tidak ada satupun hal yang mendapat penanganan khusus.

PERIHAL PELAPORAN BOS

Dalam petunjuk pelaksanaan bagi setiap sekolah yang menerima dana BOS, diwajibkan untuk melakukan pelaporan pertanggung jawaban secara tertulis, sistematis dan valid kepada Departemen terkait. Dalam pelaporan tersebut, setiap pengeluaran yang menggunakan dana BOS harus disertai dengan bukti-bukti sah yang resmi dan meyakinkan berupa nota belanja, kwitansi dan faktur atau sejenisnya. Periode pelaporan pun juga diatur sedemikian rupa secara berkala setiap pergantian semester.

Pada suatu ketika datang kepada saya seorang kolega, yang beliau merupakan operator pada salah satu sekolah Dasar Swasta yang baru berdiri di bawah naungan Dinas Pendidikan. Sebut saja beliau Sobat. Sobat ini datang untuk meminta (lebih tepatnya : memohon) bantuan kepada saya untuk menyusun Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dana BOS.

Sobat ini datang dengan membawa serta berkas-berkas yang mungkin sangat saya perlukan dalam penyusunan LPJ BOS nanti, termasuk beberapa kwitansi pengeluaran,nota belanja dan beberapa hal lainnya. Meskipun menyusun LPJ BOS merupakan hal yang masih baru bagi saya, tapi dengan berbekal buku pedoman penyusunan LPJ BOS yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan, saya menjadi memiliki keyakinan yang cukup kuat. Tentu, saya juga masih harus didampingi oleh Sobat saya ini.

Dengan cukup menguras waktu dan tenaga, pada akhirnya LPJ tersebut jadilah sudah. Bukan main senang dan riangnya Sobat saya dan bayangan akan cairnya dana BOS sepertinya sudah ada di depan mata. Tanpa menunggu lama, sobat langsung mengumpulkan LPJ tersebut kepada UPT Pendidikan setempat.

Apakah diterima? Ternyata tidak! Dengan alasan banyak hal yang kurang sempurna, terlalu mengada-ada dan sebagainya. Bahkan dari sisi layout penyusunan dinilai kurang sistematis, katanya. Malah, sobat ini diarahkan untuk menemui seseorang, sebut saja Pren, untuk kembali menyusun LPJ yang benar.

Tanpa banyak pertimbangan, saya setujui usul tersebut dan kemudian saya turut mengantarkan Sobat saya menemui Pren. Ternyata, ada sejumlah biaya untuk mendapatkan LPJ yang diharapkan. Tidak besar sih, cuma Rp. 200 Ribu saja, dan dijanjikan keesokan harinya sudah bisa diambil. Wah, cepat sekali? Saya saja membutuhkan waktu hampir seminggu, eh si Pren ini malah cuma semalam saja.

Saya penasaran dengan hasilnya dan saya katakan kepada Sobat untuk tidak mengumpulkan lebih dulu, karena saya ingin membaca dan  mempelajari LPJ yang disusun oleh Pren itu. Sobat setuju dan pada saat LPJ diambil, saya langsung membaca dan mempelajarinya. Sungguh sesuatu yang sangat luar biasa! Ternyata di dalamnya sangat banyak sekali kesalahan tulis. Seharusnya tertulis nama SD tempat sobat saya mengajar, tapi justru tertulis sekolah lainnya. Sepertinya LPJ tersebut hanya copy paste saja dari LPJ sekolah lain.

Dengan membawa sedikit harapan LPJ diterima, saya dan sobat mengumpullkan LPJ ke UPT. Apa yang terjadi? Tanpa membuka selembar-pun halaman, petugas yang menerima hanya menanyakan apakah LPJ ini buatan Pren? Ketika dijawab iya, langsung LPJ tersebut diterima dan kami langsung dapatkan tanda terimanya. Ajaib!

Ajaib! Sebuah LPJ yang layout tulisannya amburadul, terkesan dan nampak sekali hasil copas, bahkan lebih semrawut dari tulisan saya, eh langsung diterima tanpa catatan hanya bermodal kata “ya LPJ ini buatan Pren” sungguh ajaib. Ternyata, setelah saya telisik lebih jauh lagi, si petugas ini mendapatkan sedikit bagian dari Pren atas hasil tulisannya.

Inilah sebagian kecil dari pesona BOS yang menjadi incaran kaum-kaum intelek yang tidak bertanggung jawab. Si Pren, yang merupakan tokoh pendidikan, menyusun LPJ BOS dengan modal setumpuk stempel puluhan toko, penyedia jasa, rumah makan dan semua stempel tersebut fiktif, yang mengutip biaya atas jasanya. Bekerjasama dengan orang internal UPT, tentu dengan imbalan bagi hasil yang cukup.

Bayangkan; untuk sebuah SD dipungut 200 ribu. Jika yang diarahkan ke Pren ini ada 100 SD dalam sebuah kecamatan, berapa rupiah yang mampu digali? Sekitar Rp. 20 juta. Jumlah yang sangat fantastis. Bagaimana dengan SMP atau dengan kecamatan lainnya?

Sebenarnya masih banyak hal lain terkait BOS yang ingin saya share dalam blog saya ini. Tapi sepertinya akan saya sampaikan dalam posting saya berikutnya, yang insya Allah besok.

Ditulis bukan untuk menghujat atau mencemarkan siapapun juga, melainkan untuk sekedar diketahui dan diharapkan bisa menjadi bahan renungan sehingga dikemudian hari akan ditemukan solusi yang baik atas permasalahan ini.

Bersambung ke : Memburu Pesona Bos 2

Pakdhe U ®

Senin, 28 Juli 2014

ISRAEL Itu Siapa?

By : Pakdhe U ®

Jember.id/ Israel…. Siapa sih sebenarnya Israel itu? Apakah mereka adalah sekumpulan Ahli Kitab yang merasa dirinya paling benar? Atau hanya sekumpulan bandit-bandit pengecut yang mengaku-ngaku sebagai (keturunan) Dewa? Tidak ada yang tahu! Yang orang tahu hanyalah; dari jaman kemaluan saya masih disumpal popok, sampai sekarang sudah memiliki anak yang membutuhkan popok, tidak ada lain hal yang selalu dilakukan oleh Israel kecuali senantiasa menebarkan maut, mengobral kematian dan mengumbar kejahanaman mereka dalam menumpahkan darah.

Pertanyaan saya adalah; apakah mereka tidak memiliki Tuhan? Apakah mereka tercipta dari setiap tetes darah manusia tak berdosa yang telah mereka bantai? Atau justru sebenarnya mereka tidak pernah terlahir sebagai manusia; karena jika mereka terlahir sebagai manusia tentulah tidak masuk akal jika perilaku mereka selalu mengumbar derita, bagai perilaku Iblis Laknat.

Sudah tak terhitung banyaknya; nyawa anak-anak Lebanon (pada masa perang Lebanon), nyawa anak-anak Palestina, Wanita yang tak berdosa, dan masyarakat sipil yang sebenarnya sangat mendambakan perdamaian. Ratusan, ribuan dan bahkan jika dihitung sejak berdirinya Zionis tersebut,mungkin angkanya akan menyentuh jutaan. Inikah yang disebut perilaku Ahli Kitab? Sementara mereka senantiasa menafikkan kebaikan-kebaikan yang diajarkan dalam (hampir) semua Kitab Suci?

Pada era perang Lebanon, para petinggi-petinggi militer Israel mendalilkan alasan demi menghadapi milisi Taliban (kalau saya tidak salah; soalnya waktu itu saya masih pakai popok) yang notabene merupakan kelompok perlawanan dengan persenjataan ala kadarnya. Saat ini, yang didalilkan adalah demi menghadapi kelompok Hamas yang juga hanya bermodalkan persenjataan ala kadarnya (jika dibanding persenjataan Israel).

Pesawat tempur canggih, tank canggih dan persenjataan modern lainnya menjadi kelengkapan standar Israel dalam menghadapi Hamas, atau lebih pantas justru masyarakat sipil Palestina yang hanya bermodal ketapel dan roket biasa. Salahkah saya jika kemudian menyebut Israel sebagai sekumpulan bandit-bandit pengecut? Betapa tidak; untuk menghadapi serbuan ketapel, senjata ringan dan roket biasa, mereka mengerahkan tank-tank besar, tekhnologi iron dome, dan jet-jet tempur canggih. Kalau mereka berani dan fair, perang satu lawan satu belum tentu akan mereka menangkan.

Sekali lagi; Israel itu siapa? Kok sampai-sampainya Perserikatan Bangsa-Bangsa seolah kehilangan taji, kehilangan gigi dan kehilangan suara menghadapinya. Padahal beberapa diantara target yang dihancurkan Israel adalah Fasilitas milik PBB. Kemana PBB? Apakah mereka sibuk mengganti Popoknya yang basah, demi melihat kebiadaban Israel?

Ingat, para petinggi Dewan Keamanan PBB, perdamaian adalah hak segala bangsa; tidak perduli mayoritas, minoritas, bahkan memiliki paham yang berbeda, perdamaian sangat mutlah harus diupayakan oleh PBB. Tapi; Israel itu siapa? Kok PBB terlihat begitu takutnya mengeluarkan sanksi. Padahal jika PBB bekerja dengan berlandaskan pada hati nurani, bukan tidak mungkin Israel dengan segala arogansinya, dengan segala klaim kebenarannya dan dengan segala kebiadabannya akan segera sembuh dari penyakit algojonya.

Apa gunanya PBB tetap berdiri jika menghadapi Israel saja bagaikan kucing bertemu anjing. Tentu kita semua tahu siapa yang kucing dan siapa pula yang anjing?! Jika begini terus, sebaiknya bubarkan saja PBB, toh tidak ada manfaatnya bagi perdamaian dunia. Gedung PBB yang megah itu, rubah saja jadi hotel atau rumah sakit!

Untuk bangsa Palestina yang saat ini sedang tertindas oleh Israel, saya hanya bisa berdo’a untuk kesabaran, kebesaran hati dan kekuatan anda dalam menghadapi kebiadaban tanpa ujung ini. Semoga pula kesabaran dan kekuatan tersebut akan mengiring Bangsa Palestina menuju Kejayaan di sisi Allah dan bagi yang menjadi korban meninggal, Allah telah menjanjikan mereka dalam keadaan SYAHID karena telah meninggal dalam membela akidah dan Panji-panji Islam. Insya Allah.

Untuk semua umat Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan semua umat yang mengaku memiliki Tuhan, mengaku sebenarnya sebagai manusia yang beradab (bukan biadab), ayo kita galang persatuan, kita padukan do’a (dengan cara masing-masing) kita untuk saudara kita di Palestina agar senantiasa diberkahi kekuatan, keimananyang teguh dan ketegaran tanpa batas. Ayo kita pelopori Gerakan Kemerdekaan Palestina dari Zionis biadab. Ayo kita bersatu padu mendorong PBB untuk bertindak lebih tegas atau sebaiknya membubarkan diri saja.

Ingat; Israel bukanlah siapa-siapa. Israel hanyalah manusia biasa yang berdarah merah; terluka ketika dilukai, bahkan bisa mati kapan saja. Israel bukanlah Dewa yang menganggap dirinya paling benar. Bukan tidak mungkin, jika kita semua bersatu, Israel hanya akan menjadi sisa peradaban manusia yang terbengkalai.

JIKA TIBA SAATNYA

bolehlah kamu menderukan mesiu

dari laras-laras bersimbah darah

dari burung besi bersayap api

dan lentera padam di tanganmu.

tertawalah kamu bagaikan dajjal

ketika kehidupan tercabik dari tubuh anak anak

ketika kesucian terenggut dari wanita wanita

tak berdosa.

ingatlah….

jika tiba saatnya langit menurunkan petunjuk

tersibak ruang menembus tujuh angkasa

jalan bagi serdadu-serdadu langit merapat

tangannya kekar

mata yang sangat tajam menatap.

kamu tidaklah akan bisa berkelit

sejuta serdadumu takkan bisa menangkis.

kamu hancur dalam kepalan serdadu langit

kamu binasa dalam tatapan mata mereka

kamu musnah sebagai yang terlaknat

bahkan keringatmu takkan bersisa

Bentuk keprihatinan atas melempemnya PBB terhadap Israel; By Pakdhe U | 2014.

Selasa, 01 Juli 2014

Ketika Manusia Diciptakan Berbeda

Renungan Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Setidaknya begitu yang dikatakan dalam Kitab Al-Qur’an. Namun, apakah kemudian hal tersebut menjadikan manusia benar-benar sempurna? Tentu tidak! Karena, di lain sisi, manusia juga merupakan makhluk yang paling rapuh. Paling rentan terhadap perubahan dan yang lebih jelas nampak nyata adalah, makhluk yang paling sulit untuk memahami ayat ayat yang terbentang nyata.

SAM_1658Pun, jika kemudian disebutkan sebagai makhluk paling sempurna, itu hanyalah karena manusia diberi kelebihan karunia akal dan pikiran. Tidak seperti makhluk lainnya yang mungkin hanya dibekali dengan insting belaka. Tapi jangan salah, kelebihan akal dan pikiran inilah justru yang menjadi titik kelemahan manusia. Dengan kecerdasan akal dan keunggulan pikirannya, manusia menjelma menjadi makhluk yang egois, sombong dan bahkan menjadi biadab. Tak jarang, kebiadaban manusia sama, bahkan jauh melebihi kebiadaban binatang liar.

Hal ini tentulah menjadikan pembeda yang paling besar antara manusia dengan makhluk sesama ciptaan Allah yang lainnya. Ketika seekor buaya mengandalkan insting berburu dan kekuatan tubuhnya untuk bertahan hidup, manusia dengan mengandalkan kecerdasan dan akal pikirannya, bisa melakukan sesuatu yang tidak hanya sekedar untuk bertahan hidup saja.

Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia mampu mengolah sesuatu yang sederhana menjadi lebih berkelas dan memiliki nilai jual yang tinggi. Misalnya, dari beberapa rotan yang dibentuk sedemikian rupa menjadi suatu benda seni bernilai tinggi, manusia mampu mendapatkan penghasilan lebih kalau hanya untuk bertahan hidup saja.

Tidak hanya cukup sampai disitu, manusia juga memiliki satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan. Apakah itu? Keserakahan. Ya, keserakahan manusia telah nyata menghasilkan banyak perubahan di muka bumi ini. Alam yang tadinya begitu indah untuk dinikmati, dengan alasan pemanfaatan ekonomi, meskipun sebenarnya merupakan bentuk halus dari keserakahan, terpaksa harus tercabik-cabik demi mengeruk hasil tambang yang terdapat di dalamnya.

Manusia bukanlah binatang yang cukup puas mendapatkan apa yang diberikan dari alam dengan tidak meminta lebih; karena memang binatanng tidak memiliki kelebihan untuk mendapatkan yang lebih banyak dari alam. Tapi, manusia justru lebih dari sekedar binatang yang mendapatkan secuil kecerdasan yang kemudian menjadikannya lebih serakah atas segala hal yang dia inginkan.

Manusia terkadang melupakan satu hal yang paling mendasar, yaitu tentang titahnya terlahir di dunia, yaitu sebagai pemimpin. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa; manusia terlahir (tercipta) di dunia yaitu untuk menjadi Khalifah atau bahasa umumnya adalah Pemimpin. Setidak tidaknya untuk memimpin diri sendiri, memimpin “kehendak” hati yang lebih cenderung liar yang yang paling utama adalah memimpin “egoisme sesaat” yang menyesatkan manusia untuk menolak segala bentuk kepemimpinan manusia di sebelahnya, yang pada akhirnya manusia menjadikan dirinya lebih pantas memimpin daripada dipimpin.

Manusia lebih suka melupakan titik kenyamanan sebagai pihak yang dipimpin, diarahkan maupun ditunjukkan jalan, dan akan senantiasa mengingat bahwa manusia lain tidak ada yang sebaik dirinya dalam memimpin. Akibat nyata dari sikap ini adalah terjadinya perebutan kekuasaan di hampir semua sektor kehidupan. Politik, Pertahanan dan bahkan Budaya. Bahkan kerap kali, dengan bekal keserakahan yang sudah membuncah dalam sanubari kotor mereka, pertumpahan darah masih dipandang sangat mutlak diperlukan dalam mereguk keinginan yang sejatinya tidak pantas diperebutkan tersebut.

Seorang pemimpin yang baik, tidak akan pernah mengajukan dirinya untuk memimpin; tidak pernah menyatakan dirinya lebih layak untuk memimpin; melainkan dengan arif senantiasa mendapatkan kepercayaan dari orang banyak dan memperoleh keyakinan untuk memimpin berdasarkan kehendak massa.

Sebagaimana wajah manusia yang diciptakan berbeda satu dengan yang lainnya; tidak seperti monyet yang memiliki garis rupa wajah dan bentuk yang identik satu sama lainnya; pun dengan kedalaman hati,kematangan berpikir dan kejernihan niat dalam hati mereka yang hampir dapat dipastikan memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya, meskipun mereka sebenarnya adalah satu spesies yang sama, yaitu manusia.

Lalu, apakah kita harus memandang perubahan tersebut dengan sederhana? Tidak! Tuhan menciptakan manusia sebagai satu spesies yang memiliki (dilengkapi) akal dan pikiran, namun dari milyaran manusia yang memadati bumi, tidak ada satupun hal yang sama identik. Meski mereka kembar identik, secara psikologis tentu ada saja perbedaannya. Kita harus memandang hal (perbedaan) tersebut sebagai satu cara untuk merenungkan sebuah formula terbaik dalam menjalani hidup dalam titah kita sebagai Pemimpin (setidaknya) diri sendiri maupun orang lain. Diharapkan dengan adanya perbedaan tersebut kita mampu menggali formula yang tepat yang sekiranya mampu menjauhkan diri kita dari kesesatan berpikir sebagai dampak dari penguasaan ego, kerakusan dan ke”aku”an yang begitu kuat.

Akhirnya; bagaimana dengan anda selama ini?

Ditulis untuk direnungkan> Pakdhe U | Windows Live Writer | You Tube | Copyright@2014-01.07 |

Sampai ketemu di Tulisan Selanjutnya.

Sabtu, 12 April 2014

Cerita Bang Caleg

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id. Tanggal 9 April 2014 sudah berlalu. Pesta Demokrasi di Indonesia sudah menjadi bagian dari  masa lalu. Para kontestan Pemilu, baik itu Partai maupun para Caleg (calon Legislatif) sudah mengetahui hasil akhirnya melalui metode Quick Count yang ditayangkan oleh stasiun tv. Kini, yang tersisa hanyalah galau dan getar resah menanti pengumuman resminya awal atau pertengahan bulan depan (Mei).

Berbicara mengenai Pemilu, saya mempunyai sedikit cerita yang mungkin bisa saya share di blog ini. Sebetulnya cerita ini bukan tentang saya, atau tentang Partai. Saya hanya ingin menyampaikan cerita beberapa Caleg yang saya kenal, tentang pengalamannya menjadi caleg. Mungkin apa yang saya sampaikan ini bersifat kasuistis, tapi tidak menutup kemungkinan, juga terjadi di belahan lain wilayah Indonesia.

Sebut saja Bang Caleg, untuk menyamarkan nama sebenarnya, dia memang penduduk asli Kecamatan tempat saya tinggal. Namun, dia lama menjadi pengusaha di Pulau Dewata. Beberapa tahun kemudian, dia pulang dan membuka bisnis air di Desanya. Bang Caleg memang benar-benar pengusaha yang ulet, terbukti hanya beberapa waktu saja, tempat usahanya (bisnis air) sukses besar.

Dengan berbekal kesuksesan usahanya tersebut, dia kemudian mencoba peruntungan di jalur Politik dengan mendaftar menjadi Calon Legislatif sebuah Partai menengah. Keputusan itu diambil setelah beberapa lama menjaring aspirasi masyarakat serta mendapatkan dukungan dari beberapa tokoh masyarakat setempat.

Sejak pencalonannya itu, beberapa hal sudah mulai dia lakukan untuk masyarakat. Entah tujuannya untuk meraih simpati atau memang niatan yang tulus, yang pasti semenjak saat itu, khususnya pada saat-saat tertentu, dia menggratiskan tempat usahanya untuk masyarakat. Dan itu terus berlanjut dan berlanjut dengan hal-hal gratis lainnya. Misalnya, pengebrukan jalan desa, pembuatan gorong-gorong dan banyak hal lainnya yang dilakukan di lain tempat.

Bukanlah Caleg jika dia tidak membentuk tim sukses. Pun demikian dengan Bang Caleg yang satu ini, beberapa pemuda desa didaulat untuk menjadi tim suksesnya. Bahkan, tim sukses tersebut dibagi berdasarkan TPS berada. Fasilitas yang didapat oleh tim sukses, selain beberapa liter bensin untuk sosialisasi (mungkin lebih jujur dikatakan pembujukan) kepada masyarakat, makan gratis dan rokok juga selalu disediakan.

Puncaknya pada tanggal 8 April 2014 malam, atau beberapa jam saja dari waktu pencoblosan, semua anggota tim suksesnya disebar untuk bertamu kepada warga, satu persatu. Tujuannya apa? Sekali lagi untuk membujuk warga agar tidak lupa memilihnya esok hari. Dengan titipan Rp. 10.000,- per kepala pemilih. Jadi, jika di rumah tersebut ada 3 pemilih, maka titipan yang didapat sebesar Rp. 30.000,-

Lalu, mengapa hal ini yang merupakan indikasi Politik uang tidak dilaporkan? Jawabannya adalah, karena hampir semua Caleg yang berada di Dapil tempat saya tinggal juga melancarkan jurus serupa, meskipun cara dan bentuknya tidak sama. Ada yang memberikan layanan kesehatan gratis (karena sang Caleg seorang professional di bidang kesehatan), ada fasilitas makan bakso gratis di saat pencoblosan, ada fasilitas sembako gratis dan banyak hal lainnya.

Kalau harus dilaporkan, semua Caleg pasti akan kena jaring dan akibatnya tidak ada satupun Caleg yang bisa dipilih. Lagipula, masyarakat di tempat saya tinggal berpendapat; urusan uang, urusan sembako, urusan kesehatan gratis adalah rejeki yang tidak bisa ditolak, namun untuk urusan pilihan apa yang akan diambil adalah tergantung hati nurani yang tidak bisa terbeli. Boleh terima apa saja tapi jangan harap pilih dirimu, begitu kira-kira.

Kenyataannya, Bang Caleg yang sudah berkorban begitu banyak, toh tidak menang mutlak di tempat saya. Ada TPS yang dia menangkan, ada pula TPS yang gagal dia menangkan. Ya begitulah dinamika demokrasi di Indonesia. Ada uang, ada barang, ada suara tapi belum tentu ada kemenangan.

Ada kemenangan, ada dukungan namun jangan salah, belum tentu hal itu membawa menuju kekuasaan.

Penulis : Pakdhe U ®| Windows Live Writer | Blogger | You Tube | ©Copyright @2014.By Pakdhe U ®

Kamis, 06 Maret 2014

Horeee, Dapodik Sudah Beres!

By : Pakdhe U ®

Tampilan Awal Dapodik

Jember.id. Seperti pernah saya tulis dalam posting Dapodik Dapodik Dapodik Uff, saya katakan tentang betapa rumit dan berliku-likunya mengurus Dapodik. Ternyata, kesulitan yang saya alami, tentunya dengan sohib saya Cak Sofy, juga menjadi kesulitan yang sama dihadapi oleh semua teman saya yang kebetulan didaulat menjadi Operator sekolahnya.

Hampir semuanya mereka mengatakan, urusan Dapodik cukup menguras pikiran, menyita waktu dan menguras energi juga. Yang seharusnya bisa enjoy kajoyy, eh terpaksa bergulat dengan bejibun data, berhadapan dengan komputer dan otomatis jadi lebih sering begadang.

Ada seorang teman, yang kebetulan juga seorang operator sekolah dan harus berjibaku dengan data-data yang tidak sedikit. Mengatakan jika dia hampir stress karena urusan Dapodik. Bagaimana tidak? Data yang dia tangani sangat luar biasa banyaknya. Sekolah tempat dia mengabdi memiliki siswa hampir 1000 orang.

Saya tidak bisa membayangkan, di tempat saya saja yang hanya punya siswa 60 kepala dan 8 orang guru, pusingnya melebihi pusingnya ditolak wanita idaman. Hehehe, bagaimana dengan dia? Benar saja kalau dia hampir stress.

Namun, itu semua sekarang sudah menjadi bagian dari masa lalu. Bagian yang tidak perlu lagi untuk diingat. Bagian yang tentunya hanya menjadi sepenggal kelam cerita sudut diary. Ternyata, setelah ditekuni dan dipelajari dengan seksama, urusan Dapodik akhirnya bisa selesai juga. Horeeee…

Pun demikian dengan sohib saya, Cak Sofy, kini sudah mahir mengoperasikan laptop dan lincah mengolah data-data dalam Dapodik. Sinkronisasi demi sinkronisasi sudah bisa dia lakukan dengan sempurna. Saya, kini sudah menjadi orang bebas yang hanya bertugas mengawal Cak Sofy dalam mengolah data-data Dapodiknya.

Apakah ini artinya saya sudah memiliki waktu untuk “mengencani” blog ini kembali? Sepertinya saya masih memerlukan banyak waktu untuk merefresh otak dan pikiran saya kembali. Saya cukup merasakan lelah,”bosan” dan kehilangan gairah untuk menulis kembali, setelah berhari-hari “dibom” oleh Dapodik.

Ada rencana untuk menulis tentang Tutorial Video Editing menggunakan Cyberlink Power Director, sebagaimana pernah saya janjikan. Namun, sepertinya rencana itu harus disusun ulang, mengingat file-file yang pernah saya kumpulkan sudah berserakan entah dimana.

Ada rencana untuk menulis sebuah cerita pendek, namun sepertinya untuk rencana yang satu ini terpaksa harus gagal karena saya sudah tidak mendapatkan chemistry yang tepat untuk menyusun kata demi kata merangkai cerita.

Apapun rencana saya, apapun yang ingin saya tulis dalam Blog ini, semuanya sudah menjadi hal yang harus diperjuangkan kembali untuk mewujudkannya. Semua itu karena terpotong oleh urusan Dapodik, yang untungnya sudah beres.

So, bagi anda yang setia dengan tulisan-tulisan saya, saya mohon untuk bersabar menanti tulisan-tulisan saya selanjutnya. Terimakasih atas kesetiaan anda membaca Blog saya yang tiada berarti ini.

Penulis : Pakdhe U ®| Windows Live Writer | You Tube | Copyright@ 2014.