Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 23 November 2014

Hari Ini Seperti Biasanya…

By : Pakdhe U ®

Seperti hari kemarin, dan beberapa hari sebelumnya; hari ini masih tetap seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang istimewa, atau setidak-tidaknya sedikit berbeda dari biasanya. Adakah yang salah? Saya rasa tidak ada yang salah! Semuanya masih tetap seperti biasanya; bahkan meskipun harga BBM pada akhirnya jadi dinaikkan. Pfff…. begitulah!

Mengapa saya tertarik untuk memposting tentang hari ini? Bukannya apa atau bagaimana, tapi setelah semalam menghabiskan waktu senyap bersama beberapa nyamuk nakal, berselimut dinginnya angin malam yang ditingkah gerimis genit, tak ada salahnya jika saya memposting tentang hari ini.

Setelah sempat tidur beberapa jam, seingat saya sekitar 2 atau 3 jam, akhirnya saya terbangun setelah waktu subuh memanggil. Saya teringat, hari ini saya harus mengirim ransuman untuk orang-orang di sawah. Ya, hari ini, seperti hari-hari sebelumnya, Ibu Mertua saya panen jagung. Di tempat saya tinggal ada kebiasaan jika panen jagung maka pemilik lahan akan menanggung makan bagi para pekerja pemanennya.

Lain halnya jika panen padi; karena saat panen padi yang mengirim makanan adalah penggarap lahannya. Ya, itulah rutinitas petani di sini. Selain berusaha untuk hidup sehemat mungkin, dari hari ke hari selalu bergulat dengan rutinitas yang sama. Mengapa harus hemat? Saya tahu sendiri betapa petani hidupnya memang harus selalu pandai berkelit dari himpitan hidup.

Berawal dari masa tanam; harga benih yang selangit tentu mengajak petani untuk berpikir cerdas memilih benih yang murah, namun tetap saja berkualitas. Kenyataannya, tidak ada satupun benih berkualitas yanng murah, kecuali mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Belanja benih adalah pengeluaran pertama bagi petani, dan kemudian diikuti oleh pengeluaran untuk membayar buruh tanam yang jumlahnya juga tidak sedikit.

Ditengah perjalanan, masa-masa perawatan tanaman juga tak kalah pentingnya bagi petani, agar kelak nantinya hasil panen yang didapat sesuai dengan harapan. Tapi, masih seperti biasanya, masa-masa perawatan tidak terlepas dari kebutuhan pupuk yang tinggi. Sementara harga pupuk (meskipun yang subsidi) rasanya seperti mencekik leher. Belum lagi jika terpaksa harus menghadapi kelangkaan, tentu kondisi ini akan menggiring petani menjadi lebih cerdas memilih alternatif solusi yang baik.

Mengejar kebutuhan pupuk yang tinggi, tidak jarang petani memanfaatkan kotoran ternak miliknya untuk digunakan menjadi pupuk alternatif. Lalu, bagaimana bagi mereka yang tidak  memiliki hewan ternak? Membeli pupuk di toko pertanian, dengan segala kondisi ketersediaan, harga dan terbatasnya anggaran tentu menjadi resiko yang diambil.

Pada saat menjelang masa panen, petani dihadapkan dengan kondisi tanaman mereka yang tersentuh oleh penyakit, hama, dan beberapa permasalahan lainnya. Yang bulai, yang karat daun, yang busuk akar, yang walang sangit, yang tikus, yang kresek (istilah pertaniannya saya tidak paham), yang banjir, yang ini, itu dan….. ah, entahlah. Tentu semua ini sedikit mengiris hati petani, serta menjadikan petani lebih cerdas dalam menghadapi kenyataan.

Yang berikutnya adalah masa panen, seperti hari ini. Masih untung jika hasil panennya ada, meskipun hanya tinggal beberapa karung saja. Bagaimana jika tak bersisa sama sekali oleh tikus? Oleh banjir? Pikirkanlah sendiri apa yang ada dalam benak petani! Bersyukur, saat saya mengetik bagian ini, hasil panen sawah mertua sudah tiba di rumah. Panen yang para buruhnya saya kirim makanan tadi pagi. Hasilnya ternyata jauh lebih baik dari perkiraan, meskipun tidak maksimal.

Panen Raya

Tapi ini masih belum sampai pada akhir tujuan. Masih ada hari esok dan beberapa hari ke depan. Tentunya masih harus merubah bonggol jagung tersebut menjadi jagung oc (butiran), masih melalui proses penjemuran dan penjemuran. Suasana beberapa hari terakhir selalu diliputi mendung dan hujan, meskipun waktunya sore atau malam hari. Tapi, tetap saja hal tersebut cukup menyulitkan proses pengeringan.

Di halaman masih ada jagung yang di jemur, letaknya tepat di belakang kendaraan angkut di atas. Kemungkinan, sore ini akan diambil oleh pedagang. Untuk hasil panen beberapa hari yang lalu sudah diambil pedagang kemarin sore. Harga yang diberikan seingat saya hanya 2.950,- rupiah per Kg. Sungguh harga yang sangat murah jika dibanding pengeluaran yang sangat banyak untuk pupuk, buruh, biaya pengairan, dan masih banyak biaya lainnya. Kalau hasil yang diperoleh layak, sekitar 1 ton lebih, mungkin tidak menjadi masalah. Bagaimana kalau hasil yang diperoleh merupakan sisa tikus?

Itulah mengapa saya katakan ternyata petani itu sangat cerdas! Berhemat dan menyiasati kebutuhan hidupnya dengan cara yang cerdas. Tanpa pernah peduli negara ada masalah apa, harga BBM bagaimana, mau ada pameran apa dan apa….. mereka tetap petani yang sederhana, bijak dalam mengatur ekonomi, dan saya tahu semuanya karena saya menantu seorang petani. Karena saya seorang petani. Karena saya hanya seorang pencari rumput yang sekedar bertani.

follow : twitter | find on : facebook | see at : you tube | 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar