Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Kamis, 29 Maret 2012

Narkotika; Tanggung Jawab Siapa?

Artikel Oleh : Pakdhe U®

Jember-IDN. Beberapa hari terakhir, kita dikejutkan oleh pemberitaan yang cukup menyedihkan. Tragedi demi tragedi yang sebagian besar bermula dari penyalahgunaan obat-obatan atau narkotika. Sebut saja peristiwa Tugu Tani, Pilot Lion yang tertangkap basah sedang menghisap sabu, sampai kematian artis Whitney Houston yang konon kabarnya karena overdosis.

Dalam kesempatan ini, penulis tidak akan membicarakan mereka. Mereka sudah cukup mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Poin utamanya saat ini adalah, bagaimana agar kejadian tersebut tidak terulang kembali? Bagaimana agar barang-barang “haram” tersebut tidak kembali merenggut korban.

Siapakah yang sesungguhnya harus bertanggung jawab atas beberapa kejadian tersebut? Sebab, dengan kita mengetahui siapa yang paling bertanggung jawab, kita bisa menemukan solusi yang paling baik untuk mengatasi dan mencegah berulangnya kejadian yang sama di masa mendatang.

Haruskah aparat penegak hukum yang bertanggung jawab? Haruskah para ulama dan pemuka-pemuka agama yang bertanggung jawab? Atau, guru-guru di sekolah yang harus bertanggung jawab?

Menurut penulis, pihak yang harus bertanggung jawab tidak hanya satu atau dua orang saja. Satu atau dua institusi belaka. Masalah ini sudah menjadi masalah kita bersama, jadi tidak ada salahnya jika kita harus bertanggung jawab secara bersama-sama.

Pada lapisan pertama, yang harus bertanggung jawab untuk mencegah merajalelanya obat-obatan terlarang adalah, para orang tua kita, khususnya para ibu. Mengapa? Karena orang tua kita, atau ibu memiliki cukup banyak waktu untuk mendampingi dan mengawasi anak-anak, sebagai target empuk peredaran narkoba.

Kasih sayang dari orang tua, akan menumbuhkan rasa kehangatan dalam diri anak-anak. Menumbuhkan rasa, bahwa ada seseorang yang melindungi dan selalu ada di samping anak-anak. Kebersamaan dalam keluarga, adalah benteng terkuat dalam mencegah peredaran narkoba.

Kebalikannya, jika orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, terlalu sibuk menonton sinetron, terlalu sibuk arisan dan sebagainya, anak akan merasa sepi tanpa ada yang melindungi. Anak akan merasa diabaikan, sehingga mencari sesuatu yang mampu membuatnya merasa diperhatikan, yaitu melalui pergaulan yang salah.

Aparat penegak hukum adalah pihak berikutnya yang harus bertanggung jawab. Caranya? Tindak tegas semua bandar, pengedar, pembuat dan siapapun yang berada di baliknya. Khusus untuk korban, yaitu para pemakai, aparat penegak hukum harus menerapkan rehabilitasi yang penuh disiplin.

Guru juga tak luput dari giliran pertanggung jawaban atas masalah ini. Guru harus menyampaikan kepada siswa tentang bahaya narkoba secara terus menerus. Guru juga harus mengawasi dan membimbing siswa untuk belajar dan bergaul dengan benar.

Sekarang, yang paling penting dan utama yang harus bertanggung jawab adalah diri kita sendiri. Diri kita sendirilah yang bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Baik buruknya kita, menjadi tanggung jawab kita. Kita ingin terhindar dari narkoba, kita harus berjuang sendiri secara bertanggung jawab agar kita memang benar-benar bisa terhindar.

Akhirnya; semoga kita mampu menghindari narkoba dengan sebaik-baiknya.

^^ Perebutan ladang minyak, bukanlah alasan yang tepat untuk menggelar peperangan, kerusakan moral dan kejahatan adalah alasan yang tepat untuk memulai perang, tapi melawan narkoba^^.

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 29032012/1244 @ www.pakdheu.blogspot.com

> Artikel Terbaru.

Minggu, 25 Maret 2012

Mencari Seorang Sahabat

Oleh : Pakdhe U®

Jember-IDN. Hari ini (18.03.2012), ingatan penulis kembali melayang menuju waktu beberapa tahun yang lalu. Tepatnya, saat penulis masih berjibaku dalam medan pendidikan di SMA 4 Jember.

Penulis tiba-tiba terkenang saat-saat indah bersama sahabat-sahabat, yang saat ini entah sedang ada di mana. Ada Freddy Hadiwijaya, Habib, Thoyib, Slamet Hariadi dan beberapa teman lain yang namanya sudah mulai pudar dalam ingatan penulis.

Namun, diantara sahabat-sahabat tersebut, yang paling terkesan adalah seorang sahabat yang merupakan pindahan dari Bali. Namanya I Nyoman Nata Tanaya. Tepatnya, dia berasal dari Singaraja, dan kalau tidak salah ingat, dari Kubutambahan.

Semoga saat ini Dia, sedang beruntung dan kebetulan membuka blog ini. Kalaupun tidak sedang membuka blog ini, mungkin ada sejumlah pengunjung blog yang kebetulan mengenal nama yang penulis maksud, sehingga bisa menyampaikannya kepada Dia.

Sahabat-sahabat lain yang juga sempat mampir dalam ingatan penulis adalah, sahabat-sahabat di saat penulis berkelana di Kota Malang. Tepatnya di saat menjadi keluarga besar Universitas Widya Gama. Di sana ada, Agung Tegal, Arie Dwi, Nixon Dule Migu Pa, Boni, Novi Rika Palembang, M. Nurhidayat dan banyak lagi yang lainnya.

Juga sahabat-sahabat ketika sempat mampir menjadi keluarga besar Universitas Negeri Malang (IKIP Malang), yang mana ada, Swandari Safrida, Widiyanti Nurhardini, Moh. Maksun, Dhenok, Wheni, Joko Tajinan, Elly, dan banyak lagi yang lainnya.

Yang terakhir, adalah sahabat-sahabat ketika penulis sempat terdampar di keluarga besar Akademi Pariwisata Universitas Muhammadiyah Jember, yang di situ ada nama; Wayan Putra, Chairil Anwar, Niken Chrisnawati, Lilik, Endang Tego, Joni, Freiya dan beberapa sahabat yang lainnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mencoba mencari tahu tentang keberadaan mereka yang penulis sebutkan di atas. Meskipun ada sebagian dari mereka yang sudah berhasil penulis temukan kontaknya, namun ada juga beberapa yang lainnya yang belum berhasil diketahui rimbanya.

Khusus untuk; I Nyoman Nata Tanaya, Nixon Dule Migu Pa, Freddy Hadiwijaya, M. Nurhidayat dan Novi Rikayanti, penulis sangat mengharapkan untuk bisa menemukan kontak kalian untuk kembali menjalin dan merajut tali silaturahmi yang dulu pernah terjalin.

Sampai ketemu di kesempatan yang lain..

> Hentikan Perang Yuuk? <

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 25032012/0830 @ www.pakdheu.blogspot.com

> Artikel Terbaru.

Minggu, 18 Maret 2012

Bukanlah Dalang Yang Berperan

Artikel Oleh : Pakdhe U®

Jember-IDN. Akhir-akhir ini sering muncul dalam pemberitaan di Media Massa, tentang hiruk pikuk panggung politik yang disebutkan sedang dalam pengaruh kejahatan kerah putih. Apalagi kalau bukan kasus korupsi yang membelit Partai-partai politik di negeri kita?

Berbagai pihak saling melemparkan argumen dan bahkan saling tuding tentang siapa yang harus paling bertanggung jawab atas permasalahan; Century, Wisma Atlit, Antasari dan beberapa kasus besar lainnya. Semua argumen tersebut mengarah kepada adanya suatu “grand design”, atau skenario besar yang memang mengkondisikan keadaan sedemikian rupa dengan tujuan yang tidak baik, tentunya.

Mereka sepakat menyebut ada “dalang besar” yang bermain dalam hiruk pikuk permasalahan itu semua. Tentang siapa dan bagaimana rupanya sang “dalang besar”, tidak ada satupun pihak yang benar-benar mengetahuinya dengan pasti. Mereka hanya bisa menduga-duga, dan bahkan sialnya, mereka bisa menuduh lawan politiknya yang memainkan peran sebagai “dalang besar”.

Penulis, yang notabene mengaku hanya sebagai “pencari rumput” biasa, hanya bisa mengelus dada. Mengelus dada untuk semua permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa ini. Hanya mampu prihatin dan tertegun melihat betapa mudahnya pemimpin-pemimpin kita bertengkar, sampai-sampai harus mengabaikan nasib rakyatnya. Kasihan rakyat yang sama sekali tidak tahu apa-apa.

Sebenarnya, dalam sebuah pertunjukan wayang, bukanlah dalang yang berperan. Bukan pula sinden, pangrawit atau bahkan wayang-wayangnya. Dalang hanya kebetulan mampu merangkai cerita dan menjalankan wayang-wayang yang ada, disesuaikan dengan jalan cerita yang diketahui oleh dalang. Sinden maupun pangrawit hanyalah pelengkap dan pemanis sebuah pertunjukan; dengan iringan musik gamelan serta lantunan merdu suara sinden, sebuah pertunjukan wayang akan terasa lebih bagus.

Meskipun begitu, sinden dan pangrawit juga harus sesuai dengan jalan cerita yang dilakonkan oleh dalang. Sebab, jika tidak sesuai dengan jalan cerita yang dirangkai oleh dalang, keseluruhan cerita wayang hanyalah menjadi dagelan tanpa makna. Bayangkan saja jika lakon yang dirangkai oleh dalang bertema peperangan Mahabharata, namun tembang tembang yang disajikan oleh sinden dan pangrawit bertema Cinta Asmaradhana? Semua penonton pasti akan tertawa dan bukan tidak mungkin jika akhirnya sang dalang harus rela di lempari batu.

Lantas, siapa sebenarnya yang paling berperan dalam sebuah pertunjukan wayang? Penulis lebih cenderung menyebutkan “Tuan Rumah” sebagai pihak yang paling berperan. Tuan rumah yang tentunya adalah pemilik hajatan, entah itu sunatan, nikahan atau apapun juga, adalah yang paling berkuasa menentukan lakon apa yang harus ditampilkan oleh dalang.

Jika tuan rumah menghendaki lakon Sinta Obong, tidaklah mungkin seorang dalang yang sudah disewanya berani menampilkan lakon selain Sinta Obong, misalnya lakon Petruk Munggah Ratu atau Dasamuka Ngamuk. Dan sebagainya. Sebab, jika permintaan tuan rumah dilanggar, resiko terbesar adalah pertunjukan tersebut tidak akan pernah dibayar oleh tuan rumah.

Kembali ke kasus di Indonesia. Siapakah yang sebenarnya menjadi tuan rumah dan sedang menggelar hajatan, untuk saat ini? Mungkinkah si tuan rumah adalah para investor-investor asing maupun lokal, yang sangat berkepentingan dengan perekonomian di Indonesia, demi keuntungan mereka sendiri tentunya.

Mungkinkah tuan rumah tersebut adalah kekuatan penguasa asing yang sangat takut dengan kekuatan tersembunyi Indonesia, sehingga sedemikian rupa selalu mengguncang kedaulatan bangsa ini dengan cara terselubung?

Mungkinkah tuan rumah yang dimaksud adalah pemimpin atau penguasa kita sendiri yang sangat berkepentingan dengan kelanggengan rezim yang sudah mereka nikmati selama ini? Siapa yang tahu? Bahkan, penulis hanya bisa menebak-nebak siapa sebenarnya tuan rumah itu. Setan hitam, mungkin?

Kalau ditanya siapa dalangnya, kemungkinan besar mereka adalah orang-orang yang bersedia dibayar lebih untuk melakukan pekerjaan kotor sesuai jalan cerita yang dikehendaki oleh tuan rumah. Dalang, memiliki akses mudah ke jaringan sosial, hukum dan politik praktis. Dia bisa merupakan politisi, teknokrat, birokrat atau praktisi hukum. Intinya, dia adalah pemilik otoritas, bisa perorangan maupun kelembagaan.

Berbicara mengenai sinden dan pangrawit, lebih tepat ditujukan kepada media massa. Bukan bermaksud merendahkan reputasi media tapi lebih menilik kepada kemampuan media untuk menyajikan sebuah pertunjukan wayang menjadi lebih atraktif dan obyektif. Tanpa adanya media yang mengulas secara tajam, sebuah kasus korupsi hanya akan menjadi konsumsi para politisi saja. Thank’s media.

Bagaimana dengan rakyat? Ya, mereka akan selamanya tetap menjadi penonton yang bijak. Walaupun Rahwana sedang murka, atau Sinta sedang membakar (obong) diri, dan Arjuna membakar Alengka, penonton tetaplah penonton. Yang akan dengan mudah bersorak ketika ada hal yang perlu disoraki. Atau tertawa jika ada hal yang perlu ditertawai. Mereka tetap dengan ringannya melenggang, meninggalkan pertunjukan jika merasa bosan atau bahkan menunggu sampai pertunjukan usai karena penasaran dengan akhir ceritanya.

Mereka tak peduli dengan sinden yang kakinya kesemutan. Atau dengan pangrawit yang tangannya kelelahan. Atau dengan dalang yang hampir kehabisan air ludah karena kebanyakan berkoar-koar. Mereka akan tetap membeli sebungkus kacang di saat lapar. Mereka akan tetap membeli secangkir minuman di saat haus. Bahkan mereka akan pulang ditengah pertunjukan di saat mereka sudah mengantuk.

Siapa Tuan Rumah? Siapa Dalang? Siapa Sinden dan Pangrawit? Temukan sendiri jawabnya! Sampai jumpa…

Sumber : Opini Pribadi.

>> Ayo bersama sama menjadikan bumi kita dalam damai <<

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 18032012/1316 @ www.pakdheu.blogspot.com

> Artikel Terbaru.

Kamis, 15 Maret 2012

Konsep Kesehatan Masyarakat Pedesaan

Artikel Oleh : Pakdhe U®

Jember-IDN. Tujuan dari penulisan artikel ini bukan untuk mendiskreditkan  maupun memojokkan instansi atau perorangan, khususnya yang terkait dengan bidang kesehatan. Apa yang penulis sampaikan hanyalah berdasarkan pada kenyataan yang penulis temui di sekitar tempat tinggal penulis. Harapan utama dari penulisan artikel ini adalah untuk tambahan wawasan serta jendela besar bagi kita semua untuk melihat keberagaman yang ada di masyarakat Pedesaan.

Kita semua pasti mengetahui bahwa, Pedesaan identik dengan kesederhanaan dan keluguan, baik pola berpikir maupun dalam kesehariannya. Dalam mengatasi permasalahan yang terkait dengan kesehatan, masyarakat pedesaan, khususnya yang tinggal di sekitar tempat tinggal penulis, mereka memiliki sebuah cara tersendiri.

Meskipun di tempat kami ada Puskesmas, yang merupakan fasilitas kesehatan resmi dan ada beberapa dokter yang berpraktek, bukan berarti masyarakat di sini langsung membawa permasalahan kesehatan mereka ke tempat tersebut. Mereka lebih cenderung melihat terlebih dahulu asal muasal mereka bisa sakit, baru diputuskan kemana mereka berobat.

Misalnya, jika diantara mereka ada yang sakit, tiba-tiba tidak bisa berjalan setelah bertengkar atau berperkara dengan tetangga sebelah atau tetangga di sawah. Mereka pasti akan menuju ke tempat paranormal terlebih dahulu. Jika dipastikan ternyata penyakit tersebut bukan karena gangguan tetangga tadi, maka mereka melanjutkan pengobatan ke tempat Kyai atau Ulama, untuk meminta bantuan do’a demi kesembuhan mereka. Langkah terakhir, barulah mereka ke Puskesmas terdekat.

Ada juga yang prosedur penanganannya terbalik. Yaitu, dibawa dulu ke Puskesmas atau dokter sampai beberapa hari atau beberapa kali pengobatan. Biasanya mereka membatasi waktu selama sepuluh hari. Jika dalam waktu sepuluh hari tersebut tidak menunjukkan gejala-gejala membaik, maka mereka langsung memulangkan paksa si sakit dan membawanya ke pengobatan alternatif atau supranatural.

Pernah ada kejadian yang cukup menggelikan dan boleh dikatakan tidak masuk akal. Ceritanya begini;

Sebut saja Mahdi, seorang tetangga penulis yang kesehariannya kerja serabutan. Pada saat itu, dia sakit parah dengan keluhan seluruh tubuhnya terasa panas dan sesekali tidak bisa bernafas. Sakitnya bermula setelah dia pulang dari bekerja proyek tower suar di pulau seberang, yang terkenal angker dan banyak ularnya.

Mahdi langsung dibawa ke Puskesmas kecamatan tetangga, yang jauhnya sekitar 8 Km. Oleh dokter dia di diagnose Malaria. Setelah semalam diberi penanganan untuk Malaria, tidak ada tanda-tanda perubahan. Pada unjungan berikutnya, diagnose dokter berubah drastis. Kali ini dia di diagnose Liver oleh dokter.

Pada hari berikutnya, pada saat kunjungan, dokter kembali mendiagnose berbeda, yaitu gejala radang lambung. Dari malaria, liver menjadi radang lambung, otomatis keluarga Mahdi menjadi jengkel dan kesal. Maka kemudian muncullah ketidakpercayaan keluarga tersebut kepada dokter dan memaksakan Mahdi untuk pulang.

Sesampainya di rumah, penulis dimintai tolong untuk mengantarkan salah satu keluarga mereka ke rumah salah seorang paranormal yang cukup disegani di daerah kami, dengan tujuan mencari solusi atas penyakit yang diderita Mahdi.

Menurut paranormal tadi, Mahdi tidak sakit apa-apa. Dia hanya sedikit terganggu makhluk halus gara-gara pada saat di pulau, dia kencing sembarangan tanpa permisi. Mahdi bisa sembuh jika meminta maaf pada makhluk halus yang ada di pulau dengan cara membuat nasi selamatan untuk dibagikan kepada anak-anak yang nantinya sisa-sisa makanan tersebut dilarung atau dibuang di laut. Dan Mahdi tidak boleh makan ikan laut selama 45 hari setelahnya.

Dan benar saja, setelah semua petunjuk tersebut dilaksanakan, keesokan harinya Mahdi sembuh total dan pada hari ketiga sudah mampu bekerja kemballi. Setelah 45 hari tidak makan ikan laut, Mahdi benar-benar sembuh dan bahkan tidak pernah kambuh sampai hari ini (15.03.2012).

Bagi masyarakat Pedesaan, khususnya di tempat penulis tinggal, meminta tolong kepada Paranormal atau Kyai bukanlah merupakan hal yang musyrik dan salah. Mereka menganggap seorang Paranormal atau Kyai adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan, dan mereka mendapatkan kemampuan supranatural seperti itu sebagai anugerah. Maka, mereka meminta tolong untuk menyambungkan do’a atau memintakan petunjuk kepada Tuhan atas apa yang sedang mereka alami.

Mereka percaya, Tuhan lebih mendengarkan do’a dari orang-orang yang lebih dekat denganNya daripada do’a dari orang-orang yang kurang sempurna ibadahnya.

Apapun itu, inilah kenyataan yang ada di masyarakat pedesaan. Urusan sakit secara wajar, mereka menyerahkan kepada dokter. Namun ketika dokter tidak mampu mendiagnose dengan benar, karena hal-hal di luar kewajaran, maka Paranormal yang kemudian menjadi jujugan mereka.

Bagaimana di daerah anda? Sampai jumpa…

Sumber : Pengalaman Pribadi.

^^ Adakalanya sesuatu yang sepele dan di luar nalar, justru menjadi penentu yang paling utama atas sebuah permasalahan ^^ (Pakdhe U)

>>>> Ayo berlomba-lomba menghadirkan damai di bumi kita <<<<

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 15032012/0638 @ www.pakdheu.blogspot.com

> Artikel Terbaru.

Minggu, 11 Maret 2012

Konsep Menciptakan Damai

Pakdhe U®, Jember IDN. Damai, sejak zaman pra sejarah, bahkan mungkin juga sejak zaman pra peradaban, adalah merupakan satu hal yang hanya bisa menjadi mimpi. Mengapa demikian? Ya, alasannya adalah perang! Karena sejak zaman peradaban dimulai, perang adalah merupakan salah satu hal penting yang sering diutamakan.

Sebagai sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa puas atas apa yang sudah mereka dapatkan, serta mereka akan selalu haus akan kekkuasaan yang mereka peroleh, maka sangat wajar jika untuk mendapatkan atau memenuhi keinginan mereka, tidak jarang jalan peperangan yang mereka tempuh.

Perang menghasilkan dua dimensi yang saling bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Satu dimensi menganggap bahwa perang adalah sebuah perjuangan untuk mempertahankan harga diri maupun kedaulatan dan menganggap dimensi yang lain sebagai ancaman.

Pun demikan bagi dimensi yang disebut sebagai dimensi ancaman; perang yang mereka lakukan adalah bentuk sebuah perjuangan untuk mempertahankan hak dan harga diri mereka dari dimensi yang mereka sebut sebagai penyerang atau penjajah.

Terlepas dari semua hal tersebut, perang adalah perang! Demi alasan apapun, perang tetaplah perang! Sebuah tindakan yang sangat merugikan dan sangat menyakitkan bagi siapapun yang terlibat di dalamnya. Untuk lebih tepatnya, perang sama sekali tidak ada untung-untungnya.

Dalam era modern, perang seringkali digelar demi sebuah alasan yang kadangkala dibuat buat. Misalnya, demi alasan kemanusiaan dan atas nama hak azasi manusia, sebuah negara yang sebenarnya tidak memiliki potensi bahaya yang cukup besar bagi dunia, harus hancur lebur oleh kekuatan besar yang mengatasnamakan keadilan dunia.

Padahal, negara tersebut hanyalah secara kebetulan memiliki seorang pemimpin yang “tidak segaris” atau tidak sepaham dengan garis kebijakan negara – negara besar secara umum. Khususnya tenetang kebijakan energi alias minyak.

Di sini jelas sekali bahwa alasan untuk memerangi negara tersebut bukanlah untuk kemanusiaan, tapi melainkan demi penguasaan sebuah ladang minyak yang memang melimpah di negara tersebut. Lebih sial lagi, ternyata Persatuan Bangsa-Bangsa tidak berkutik untuk menciptakan iklim damai yang sebenarnya. Kenapa? Karena kekuatan Persatuan masih dikebiri oleh sistem Veto yang notabene bisa diindikasikan sebagai bentuk kontrol penguasaan sebuah negara besar atas Persatuan Bangsa Bangsa.

Jika benar ladang minyak yang saat ini menjadi rebutan dan alasan untuk berperang, maka sangat disayangkan hal itu harus terjadi. Padahal, dengan adanya perang tersebut, justru potensi minyak yang ada lebih banyak terbuang sia-sia. Seharusnya cadangan minyak dunia bisa dijaga dengan lebih baik, bukan malah menjadi rebutan untuk kemudian terbuang percuma.

Perang bukan berarti tidak bisa dihentikan atau dicegah. Semuanya hanya tergantung pada kekuatan hati kita untuk menahan diri dan bersabar dalam menjalani kehidupan bernegara. Kalaupun kita terpaksa harus perang, bukan perang melawan kedaulatan negara lain atau perang demi penguasaan ladang minyak yang kita lakukan.

Untuk saat ini, yang terbaik dan memang harus kita lakukan adalah perang melawan kemiskinan dunia, perang melawan korupsi (sebagai penyebab kemiskinan), perang terhadap narkoba (sebagai penyebab kerusakan moral dunia), perang terhadap teroris (yang muncul sebagai perlawanan akibat arogansi negara-negara kuat terhadap negara kecil demi penguasaan energi) dan perang terhadap diri sendiri yang terjajah oleh nafsu angkara serta terbelenggu oleh hasrat untuk menguasai lebih banyak.

Lalu, bagaimana sebuah damai bisa terwujud? Untuk mendapatkan perasaan damai yang kekal, kita membutuhkan sebuah kekuatan besar dalam diri kita. Kekuatan tersebut adalah kemampuan kita untuk meletakkan ego yang negatif, kemampuan untuk mendahulukan perasaan sayang kepada sesama dan yang paling utama adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita sebagai manusia biasa yang juga bisa terluka oleh secuil duri.

Semoga dunia bisa mendapatkan atmosfer damai dengan segera….

Sampai jumpa pada artikel selanjutnya.

^^ Perang tidak akan pernah menyelesaikan sebuah permasalahan, namun justru akan menciptakan sebuah permasalahan baru yang lebih besar ^^. (Pakdhe U)

Sumber : Inspirasi dan Gagasan Pribadi

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 110312/0811 @ www.pakdheu.blogspot.com

> Artikel Terbaru.

Jumat, 09 Maret 2012

Haji Indonesia Penuh Tanya

Oleh : Pakdhe U®

Jember-IDN. Haji, bagi umat muslim adalah merupakan ibadah wajib yang “bersyarat”. Mengapa dikatakan bersyarat? Karena, Haji hanya diwajibkan bagi setiap umat muslim “Yang Mampu”. Kata “Yang Mampu”, memiliki makna yang sangat luas, namun sudah menjadi kesepakatan bahwa kata tersebut mewakili kemampuan di bidang ekonomi. Mengingat, biaya perjalanan Haji yang demikian luar biasa (baca Mahal). Jadi, hanya bagi mereka-mereka yang memiliki kemampuan ekonomi mapan saja yang memiliki kewajiban untuk berhaji.

Padahal, mampu dalam konteks berhaji, tidaklah hanya dari sisi ekonomi saja. Melainkan dari sisi kesiapan mental, fisik serta kemantapan hati dalam melaksanakan Haji. Jika secara ekonomi sudah mampu dan mapan, namun secara fisik maupun mental masih belum merasa mampu untuk menjalani Haji, maka sebaiknya dipikir lebih dalam untuk berhaji.

Beruntung masyarakat muslim di Indonesia, meskipun mereka termasuk yang belum mampu secara ekonomi, namun jika mereka berhasrat untuk berangkat Haji, pemerintah menyediakan dana talangan Haji melalui Bank Bank yang ditunjuk. Dana talangan ini sifatnya hampir sama dengan hutang dengan tempo yang singkat, setidaknya selama waktu tunggu Haji. Yang namanya hutang, tentu ada beban bunga yang harus ditanggung. Tapi, bagi siapapun yang sudah bertekad untuk berhaji, berapapun besar bunga yang ditanggung tidak menjadi masalah, asal bisa berangkat Haji.

Akhir akhir ini sangat gencar disiarkan di berbagai media massa, baik cetak, elektronik maupun media online alias dunia maya, tentang isu moratorium atau penghentian sementara pendaftaran Haji. Moratorium tersebut diusulkan, konon disebabkan karena antrian pendaftar haji yang cukup panjang, bahkan waktu tunggu sudah mencapai 10 tahun. Alasan berikutnya adalah karena adanya ketidakjelasan dana calon jamaah yang merupakan setoran awal ibadah haji sebesar Rp. 25.000.000,- yang mengendap dan dikelola di rekening Kementrian Agama.

Usul moratorium haji tersebut digagas oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang mencium gelagat tidak beres di Kementrian Agama, khususnya terkait pengelolaan dana umat, yang konon katanya mencapai 38 trilliun rupiah. Bahkan, dari sejumlah dana tersebut telah diperoleh bunga mencapai Rp. 1,8 trilliun. Dikhawatirkan dana sebesar itu akan diselewengkan atau mungkin dikorupsi, maka usul untuk moratorium haji sontak dilontarkan.

Menurut penulis yang hanya “tukang rumput” ini, moratorium pendaftaran Haji bukanlah satu-satunya jalan untuk mengatasi mendung dalam urusan Haji. Selain itu, moratorium sangat jelas menunjukkan bentuk pelanggaran terhadap Hak Setiap Individu Muslim Yang Mampu Untuk Melaksanakan Kewajiban Beribadah, dalam hal ini adalah Haji. Belum lagi, jika kelak moratorium tersebut benar-benar dilaksanakan, ini artinya pendaftaran haji menggunakan sistem buka tutup, maka yang merana dan perlu dikasihani adalah mereka yang jauh dari pusat informasi.

Mengapa? Mereka tidak akan pernah tahu kapan pendaftaran haji dibuka atau ditutup. Kalau begini, kepastian mereka melaksanakan Ibadah wajib tentu hanya akan menjadi kabut jingga belaka. Lain halnya bagi mereka yang dekat denhgan pusat informasi; begitu mendengar pendaftaran haji dibuka, mereka bisa langsung mendaftar dengan secepatnya.

Sebenarnya, penulis memiliki beberapa solusi dan pandangan yang mungkin bisa menyelesaikan permasalahan haji, selain dengan usul moratorium tentunya. Diantaranya adalah:

  1. Pendaftaran Haji tetap dibuka, meskipun daftar tunggu cukup panjang. Tapi dengan catatan, setoran awal dari calon jamaah Tidak dimasukkan dalam rekening Kemenag, tapi tetap berada di rekening calon jamaah masing-masing dan dana tersebut mendapat perlakuan sebagaimana sebuah deposito, yaitu tetap mendapatkan bunga. Jadi, yang mendapatkan bunga adalah jamaah itu sendiri Dan Bukan Kemenag.
  2. Dalam pendaftaran Haji, Kemenag Hanya Mengambil Data-Data Yang Dibutuhkan Saja Dan Bukan  Uang Setoran Haji. Uang setoran Haji efektif ditansfer ke rekening Kemenag setidak-tidaknya 1 bulan setelah calon jamaah dipastikan berangkat atau selambat-lambatnya 3 bulan sebelum keberangkatan Haji yang bersangkutan.
  3. Jika pada saat kepastian berangkat sudah diperoleh, dana calon jamaah tidak mencukupi untuk pelunasan, maka calon jamaah harus melunasi terlebih dahulu. Jika mengingat waktu tunggu yang cukup lama, bukan tidak mungkin dana calon jamaah akan berkembang sedemikian banyaknya. Asumsikan bunga deposito per tahun adalah 4%, dan waktu tunggu Haji adalah 10 tahun, maka bunga yang didapat oleh calon jamaah adalah Rp. 25.000.000,- X 10 X 4% = Rp.10.000.000,- Bunga tersebut ditambahkan ke setoran awal yang dimiliki maka dana yang calon jamaah miliki adalah Rp. 10.000.000,-+ Rp. 25.000.000,- = Rp. 35.000.000,- Tentunya, jika biaya perjalanan Haji kurang dari Rp. 35 Juta, sisa kelebihannya harus dikembalikan ke calon jamaah.
  4. Dalam pendaftaran Haji, Harus DIUTAMAKAN Bagi mereka yang belum pernah berhaji. Bagi yang sudah pernah berhaji, harus ditolak mentah-mentah. Ditunjukkan dengan tambahan syarat Pernyataan Belum Pernah Berhaji yang dikeluarkan oleh Kepala Desa atau bisa juga dicocokkan dengan database haji yang dimiliki oleh Kemenag, pada saat mendaftar.
  5. Fasilitas dana talangan Haji harus dihentikan karena hal tersebut hanya akan menambah panjang daftar antrian pendaftar haji, lagipula sebenarnya Haji tidak semestinya menggunakan uang hasil Hutang.
  6. Nomor antrian keberangkatan haji diberikan setelah calon jamaah melengkapi semua persyaratan administratif utama, diantaranya: Fotokopi Rekening Tabungan Dengan Nilai sejumlah setoran awal, Surat Keterangan Sehat, Surat Pernyataan Belum Pernah Berhaji dari Kelurahan, dan lain-lainnya.
  7. Jika pada saatnya mendapat giliran berangkat ternyata berhalangan karena sakit, maka calon jamaah diberangkatkan pada musim Haji berikutnya dan tempatnya digantikan oleh nomer urut berikutnya.

Itulah beberapa poin yang menjadi pandangan penulis terkait masalah Haji. Kesimpulan yang bisa diambil dari poin-poin di atas adalah; MORATORIUM PENDAFTARAN HAJI TIDAK PERLU DITERAPKAN. FASILITAS DANA TALANGAN HAJI JUSTRU YANG HARUS DIHENTIKAN. DANA SETORAN AWAL HARUS TETAP BERADA DI REKENING CALON JAMAAH SAMPAI SAATNYA BERANGKAT. PENDAFTAR HAJI DIUTAMAKAN BAGI MEREKA YANG BELUM PERNAH BERHAJI. Dengan demikian, Kementrian Agama tidak akan bisa bermain-main dengan dana umat, otomatis hal ini bisa mengurangi resiko korupsi di Kemenag.

Besar harapan penulis, mewakili calon jamaah Haji yang belum mendapatkan kesempatan berangkat atau mendaftar, ulasan ini ditemukan dan dibaca oleh pihak-pihak yang terkait, demi kabaikan umat dan bangsa Indonesia.

Sampai Jumpa di Ulasan Berikutnya.

Sumber : Diolah dari berbagai sumber dan Opini Pribadi

^^ AYO HENTIKAN PERANG DI MUKA BUMI !!! ^^

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 2012/03.09-0652 @ www.pakdheu.blogspot.com

ARTIKEL TERBARU >>

Kamis, 08 Maret 2012

Larangan “Bullying” Yang Dilematis

Artikel Oleh : Pakdhe U®

Jember-IDN. “Bullying”, atau jika diterjemahkan dengan bebas, berarti “Memarahi”, “Membentak” dan “Menegur Dengan Keras”. Bullying boleh dikategorikan sebagai bentuk kekerasan verbal atau tindakan kekerasan yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata.

Dalam artikel ini, penulis akan mengungkapkan uneg-uneg atau sekedar keluh kesah seputar larangan tindakan bullying, khususnya kepada para siswa di sekolah. Menurut penulis, larangan bullying dengan alasan karena hal tersebut melanggar Hak Azasi Manusia dan sudah memasuki ranah hukum pidana (kalau tidak salah), sesungguhnya adalah cukup dilematis.

Memang benar, siapa yang bersedia menerima bentakan atau kekerasan verbal dari orang lain? Tapi, tidakkah sepatutnya kita lihat dulu konteks yang sebenarnya itu bagaimana.

Pernah ada kejadian di sekitar tempat tinggal penulis, beberapa bulan yang lalu, tentu larangan bullying sudah berlaku. Ada seorang guru wanita yang dilaporkan ke aparat kepolisian oleh seorang orang tua siswa, dengan dakwaan melakukan tindakan kekerasan verbal (bullying) serta sedikit kekerasan fisik.

Pangkal permasalahan dari kasus tersebut adalah; guru wanita tersebut sudah kehilangan kesabaran dan jengkel karena siswa tersebut asyik bermain-main dengan handphone baru dan sama sekali tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan. Yang semakin membuat jengkel adalah ketika siswa tersebut tetap saja asyik bermain meskipun sudah diberi teguran.

Akhirnya, dengan nada yang agak tinggi, guru tersebut mengusir keluar siswa yang dimaksud dengan sebelumnya menyita handphone yang ada di tangan siswa bandel tersebut. Nah, pengusiran dengan nada tinggi serta penyitaan handphone itulah yang menjadi bahan laporan kepada kepolisian dengan dalih bullying.

Sebetulnya, menurut penulis tindakan guru tersebut sudah sangat tepat. Mengingat yang berada di dalam kelas tersebut tidak hanya satu orang dan semuanya wajib menyimak pelajaran yang disampaikan. Kalaupun ada di antara mereka yang tidak menyimak, itu menandakan mereka sedang tidak membutuhkan ilmu. Maka tepatlah jika mereka yang tidak membutuhkan ilmu itu diusir keluar,dengan harapan tidak mengganggu siswa lainnya yang sangat membutuhkan ilmu.

Jika tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan kriminal, lantas bagaimana dengan masa depan siswa tersebut jika harus dibiarkan tanpa ada teguran sama sekali? Membiarkan seseorang tidak memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik atau membiarkan orang lain mengganggu sebuah proses pendidikan tidak lebih baik dari tindakan kriminal yang paling jahat.

Menurut penulis, bullying bukanlah merupakan kekerasan verbal yang sebenarnya. Tujuan dari bullying yang sebenarnya adalah memberikan teguran dengan keras kepada siswa agar tidak melanggar norma-norma dalam mendapatkan pendidikan. Bullying atau penulis lebih suka menyebutnya sebagai tindakan tegas, akan membentuk karakter siswa yang disiplin, bertanggung jawab dan santun.

Coba bayangkan jika tindakan tegas tidak diterapkan kepada siswa yang malas, “ngelamak”, kurang ajar dan pecicilan, mereka dapat dipastikan akan bertindak lebih “berani” lagi karena mereka menganggap toh apa yang sudah mereka lakukan tidak pernah ditegur.

Tanpa bullying atau tindakan tegas, siswa tidak akan pernah tahu mana hal yang seharusnya mereka kerjakan atau hal yang tidak seharusnya mereka kerjakan. Mereka akan sangat liar dan kehilangan norma-norma kesantunan. Sudah dipastikan pula, guru tidak akan pernah dihormati lagi.

Sekolah adalah tempat kita dididik menjadi lebih baik, mengerti dan paham mana yang benar dan mana yang salah, bertanggung jawab dan yang lebih penting adalah mendidik kita menjadi manusia yang lebih beradab. Sekolah memilliki aturan dan tatanan tersendiri dalam mendidik siswa. Dan pelanggaran atas aturan tersebut juga layak mendapatkan hukuman setimpal. Jadi, hukuman setimpal tersebut bukanlah bullying, melainkan sebuah tindakan tegas.

Sekarang terserah kepada pemangku kebijakan; mau bullying dilarang? dengan konsekuensi masa depan generasi muda kita menjadi tanpa aturan, semau sendiri dan ugal-ugalan, atau lebih parah lagi menjadi anarkis, namun kita terbebas dari cap atau stempel pelanggar hak Azasi Manusia serta dikategorikan sabar.

Atau lebih memilih bullying tetap diterapkan? dengan konsekuensi kita akan dikatakan sebagai pendidik yang melanggar Hak Azasi Manusia serta bisa dikategorikan kejam, namun masa depan generasi muda bangsa menjadi santun, beradab dan mengerti serta patuh pada aturan yang ada serta jauh dari kesan anarkis.

Sungguh dilematis dan; anda pilih yang mana?

Sumber : Pengalaman Pribadi

^^ Mencetak generasi yang patuh dan bertanggung jawab adalah dengan cara mengenallkan konsep Hukuman dan Penghargaan. Hukuman diberikan ketika melakukan kesalahan dan Penghargaan diberikan ketika bertindak dengan benar sesuai aturan atau berprestasi ^^ (Pakdhe U)

>> Ayo kita hentikan perang saat ini juga, karena perang tidak ada manfaatnya!! <<

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 080312/1259 @ www.pakdheu.blogspot.com

> Artikel Terbaru

Rabu, 07 Maret 2012

Dagelan Ala Anggota Dewan (yang katanya terhormat)

Pakdhe U®, Jember-IDN. Gedung DPR, boleh dikata ibarat sebuah panggung besar sebuah acara pertunjukan yang bisa berisi sebuah drama, simphoni musik atau bahkan juga sebuah acara dagelan. Di dalam gedung tersebut, berbagai lakon dengan bermacam-macam skenario, maupun berbagai peran telah dengan sangat sempurna dipentaskan.

Drama politik penuh dengan intrik-intrik. Drama kolosal bertema penghamburan uang rakyat. Drama tetrikal tentang pengaburan dan penghilangan jejak korupsi berjama’ah. Semuanya ada dan sangat lengkap tersajikan.

Bahkan yang terbaru adalah lakon dagelan ala Badan Anggaran DPR, yang menceritakan tentang keinginannya untuk merenovasi gedung rapat mereka dengan total biaya yang tidak masuk akal. Rp. 20 Millyar yang mereka ajukan, dengan diantaranya memasukkan kursi dengan nilai Rp. 10 juta per biji, korden dengan nilai Rp. 6 juta per meter dan segala tetek bengek lainnya yang nilainya juga tidak jauh beranjak dari angka jutaan.

Lakon Badan Anggaran Meriang meminta ruang yang mewah, adalah lakon kedua yang dipentaskan di gedung dewan setelah lakon Para Wakil Rakyat Sulit Berak karena jamban bin kakus yang ada di kantor mereka (dikatakan) tidak layak untuk ukuran Anggota Dewan (yang katanya terhormat). Dan lakon yang ke sekian puluh kalinya yang menuai hujan kritik dari para rakyat yang menjadi penontonnya.

Mereka (para anggota dewan), dikatakan terhormat bukan karena asal usul atau riwayat pendidikan mereka, melainkan karena kedudukan mereka secara kebetulan memang terhormat. Namun sangat disayangkan jika kemudian ternyata sikap, perilaku dan tabiat mereka sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang terhormat atau bahkan pantas untuk dihormati.

Betapa tidak? Kerja mereka tidak pernah jauh dari urusan mengutak-atik angka-angka dalam lembar anggaran yang sekiranya bisa menguntungkan diri mereka sendiri. Mungkin memang ada sebuah korden senilai Rp. 6 juta per meter, tapi bukankah lebih bijak jika mencari yang jauh lebih ekonomis? Toh, dari sumber penulis ada yang mengatakan jika korden Rp. 750.000 per meter saja sudah tampak mewah. (sumber: Hamid Korden).

Lagipula, apakah hasil kerja mereka bisa ditentukan dari nilai sebuah korden per meter? Tentu tidak dong! Ayolah para wakil rakyat, lebih realistis sedikit! Rakyat di luar sana sangat banyak yang masih kekurangan, janganlah kau bersikap masa bodoh (atau kau memang bodoh) membodohi rakyat dengan segala tipu dayamu.

Ingat bung! Kalian duduk di senayan karena dipilih oleh kami, para rakyat. Kalian juga bisa keluar terdepak dari senayan oleh kami, itupun jika kami berniat melakukannya.

Bagaimana dengan sebuah kursi yang (katanya) seharga Rp. 10 juta per buah? Apa kalian dipastikan tidak bisa bekerja dengan baik jika pantat-pantat kalian tidak menyentuh kursi sepuluh juta? Atau,  jangan-jangan kalian memang sengaja bermewah-mewah diri untuk urusan kursi, agar kalian bisa (lebih) nyenyak tidurnya selama bekerja? Bukankah selama ini kalian selalu tertangkap kamera sedang tertidur di saat bekerja?

Yang lebih menggelikan lagi adalah, ketika kemudian ada revisi anggaran dari semula Rp. 20,2 Milyar, diturunkan hingga menjadi hanya Rp. 6 Milyar saja. Meskipun begitu, harga untuk sebuah kursi masih berada di kisaran Rp. 1 s/d 2 juta saja. Untuk ukuran harga sebuah kursi, itu masih sangat terlalu mewah, dan bisa menjadikan para anggota dewan {yang katanya terhormat} tetap saja tertidur selama bekerja.

Oya, jika selama ini mereka juga mengeluhkan lampu ruangan yang kurang terang, itu sama sekali tidak masuk akal! Sekarang bagaimana mereka bisa mengatakan sebuah lampu itu terang atau tidak, jika mereka melihatnya dengan tertidur? (hehehe). Penulis menganggap, dengan lampu lokal seharga tak kurang dari Rp. 50.000,- saja sudah sangat terang kok?!

Yaah, semua itu hanyalah dagelan politik ala anggota dewan {yang katanya terhormat}, kita hanya bisa tertawa sambil mengelus dada dengan mengusung harapan agar untuk selanjutnya tidak ada lagi dagelan-dagelan serupa dari senayan.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya…

Sumber : Diolah dari berbagai sumber.

~~ Kemewahan dan semua fasilitas yang melimpah, tidak akan menjamin hasil kerja seseorang. Karena yang menentukan baik dan tidaknya sebuah hasil kerja adalah kemampuan kita mengemban amanah tanggung jawab untuk pekerjaan tersebut.~~ (Pakdhe U)

** Saatnya bagi kita semua untuk menghentikan perang dengan segera **

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 070312/1352 @ www.pakdheu.blogspot.com

Minggu, 04 Maret 2012

Windows Live Writer; Praktis

Pakdhe U, Jember-IDN. Windows Live Writer, adalah sebuah aplikasi untuk mempermudah kita melakukan aktifitas blogging. Aplikasi ini, merupakan salah satu aplikasi Blog Client, dari sekian banyak pilihan aplikasi serupa yang tersedia di dunia maya.

Tampilan WLW 1

Setelah penulis menguraikan tentang bagaimana mendapatkan aplikasi ini dalam posting terdahulu, saat ini penulis ingin mencoba untuk menyajikan sisi lain kepraktisan blog client ini. Untuk sekedar informasi, aplikasi lansiran microsoft, dan gratis ini, merupakan aplikasi pilihan utama penulis dalam melakukan kegiatan blogging.

Windows live writer, untuk kemudian disebut writer, menawarkan kepraktisan dan kemudahan yang membuat kreatifitas pengelolaan blog menjadi tanpa batas. Dengan Writer, kita bebas menuangkan ide kita dalam sebuah artikel secara offline, sebanyak-banyaknya. Dan jika kita punya waktu luang terhubung dengan internet, kita langsung bisa memposting artikel kita sekaligus.

Tampilan WLW 2

Meskipun begitu, tanggal terbit dari posting kita juga bisa kita atur sesuka kita. Kita publish hari ini sebanyak tiga artikel, namun kita ingin artikel kita terpasang pada blog di tanggal yang berbeda, semuanya bisa. Dengan demikian, kita bisa menghemat pengeluaran koneksi internet.

Kita dapat pula dengan mudah menuliskan kategori artikel kita. Memasukkan tags yang sesuai dengan artikel kita. Bahkan jika kita terhubung dengan internet, kita bisa memasukkan peta yang kita inginkan dari bing map.

Selain itu, pengaturan akun blog kita juga cukup mudah, karena kita tinggal memasukkan parameter yang kita punyai sesuai dengan blog kita, penulis menggunakan akun Blogger, pada saat install pertamakali. Semua sudah ada wizardnya, tinggal isi dan isi dan ok.

Blog Setting

Oya, pada saat pertama install, secara otomatis aplikasi ini juga mendowload thema blog kita dalam komputer yang kita pakai. Jadi, pada saat kita menulis artikel, seolah-olah kita menulisnya langsung pada blog kita. Sangat praktis dan mudah.

Writer ini, juga memungkinkan kita untuk memasukkan file video yang kita miliki untuk sekalian dipublish. Namun dengan catatan kita harus punya akun You Tube. Tapi, setidak-tidaknya aplikasi ini cukup memberikan pilihan bagi kita untuk menampilkan blog kita semenarik mungkin.

Tampilan WLW 3

Tampilan utama dari writer, mengingatkan kita pada word 2010 dan hampir mirip-mirip dengan word 2007, karena lebih mengedepankan fitur-fitur dalam ribbon. Jadi, penulis sangat yakin bagi siapapun tidak akan kesulitan dalam mempergunakan aplikasi ini.

Sementara, cukup sampai disini artikel dalam kesempatan saat ini. Lain waktu akan penulis coba untuk menyajikan yang lebih baik lagi, setelah cukup mempelajari aplikasi writer ini dengan lebih mendalam.

COBALAH WRITER DI SINI

Sumber :

HENTIKAN PEPERANGAN SAAT INI JUGA !

^^ Kepraktisan akan memicu kreatifitas untuk berkarya lebih baik ^^ (Pakdhe U)

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Copyright@231211/2025 | Blog Client : Windows Live Writer 2011.

Sabtu, 03 Maret 2012

Semua Tentang Windows Live Writer

Pakdhe U, Jember – Indonesia. Jika anda adalah pemikir-pemikir kreatif, yang kebetulan juga sudah memiliki sebuah Blog pribadi, atau sedang dalam rencana untuk membuat sebuah Blog, sepertinya anda sangat memerlukan sebuah aplikasi Blog Client.

Blog Client memungkinkan anda untuk menulis dan mengelola Blog anda secara offline dan terlihat professional. Dengan kemampuan tersebut, memungkinkan anda untuk lebih produktif dalam menghasilkan artikel-artikel bermutu. Karena, anda sudah tidak terbelenggu lagi oleh kualitas koneksi jaringan internet di tempat anda.

Anda hanya tinggal menerjemahkan pikiran-pikiran kreatif anda ke dalam draft Blog pada Blog Client, untuk kemudian mempublishnya secara bersamaan pada saat anda berada dalam kualitas jaringan internet yang terbaik. Dengan demikian, selain anda bisa menghemat waktu, anda juga bisa menghemat pengeluaran untuk akses internet.

Beberapa aplikasi yang bisa dikategorikan sebagai Blog Client, diantaranya adalah :

  1. Microsoft Office Word 2007 dan 2010.
  2. Blogdesk
  3. Windows Live Writer 2011.

Dan masih banyak lagi yang lainnya. Anda bisa menemukannya di internet dengan menggunakan kata kunci “Blog Client,” pada mesin pencari browser PC anda.

Namun dalam artikel saat ini, penulis akan lebih memfokuskan pada Windows Live Writer 2011, sebagaimana judul posting saat ini. Sebelum memulai, ada beberapa tahapan yang perlu untuk diperhatikan bagi anda yang berminat untuk menggunakan aplikasi ini. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah :

  • Tahap Download Aplikasi.

Dalam tahap ini, kita perlu untuk mengetahui situs-situs yang menyediakan aplikasi ini, yang bisa kita ketahui dengan mencari di mesin pencari browser kita menggunakan kata kunci “Windows Live Writer Download.” Atau anda bisa mengunjungi situs Softpedia, sebagaimana penulis lakukan.

Namun para pembaca budiman tidak perlu risau, karena bagi anda yang tidak ingin repot atau tidak mempunyai waktu lebih untuk browsing internet, silahkan mendapatkan Windows Live Writer dengan KLIK DISINI. Namun yang perlu menjadi catatan, bahwa mendownload aplikasi ini memerlukan waktu setidak-tidaknya 3 jam dalam jaringan EDGE.

Download Page WLW

  • Download Options

Dalam jendela downloader ditampilkan pilhan Offline Installer dan Online Installer. Untuk lebih mempermudah dan memberikan kemungkinan anda memiliki arsip aplikasi, serta jika jaringan internet di tempat anda belum layak, maka penulis menyarankan untuk memilih  Offline Installer saja.

Yang lebih menguntungkan dalam tahap download ini adalah ketika anda memiliki aplikasi download manager, semacam Internet Download Manager (IDM). Karena dengan menggunakan IDM, selain waktu mendownload lebih cepat, kita juga bisa melanjutkan download kapan saja, ketika terpaksa koneksi terputus.

IDM Screenshot

Besarnya file yang akan kita download adalah 209 MB (Offline) dan 2 MB (Online), sehingga membutuhkan waktu yang cukup banyak. Yang Online lebih sedikit, karena yang didownload hanyalah installer setupnya saja dan bukan aplikasi totalnya.

Selama download menggunakan IDM, ada kemungkinan melemahnya koneksi dan bahkan melambatnya kecepatan download. Tidak perlu dirisaukan, berdasarkan pengalaman penulis, kita tinggal memanfaatkan fasilitas resume yang ada pada IDM, dengan cara mengklik tombol Pause dan kemudian, setelah beberapa saat ganti tombol Start yang kita tekan.

  • Tahap Install Aplikasi.

Setelah mendapatkan aplikasinya, kita langsung bisa menginstallnya, dengan catatan, sebaiknya komputer anda tetap terhubung dengan internet. Hal ini sehubungan dengan beberapa setting yang diperlukan setelah aplikasi tersebut terinstall. Khususnya yang terkait dengan akun Blog anda dan beberapa pengaturan lainnya.

Perlu diketahui, aplikasi yang penulis sampaikan dalam artikel saat ini adalah merupakan bagian dari Windows Live Essential 2011, yang diantaranya terdapat, Live Messenger, Mail, Live Movie Maker dan Windows Live Writer sendiri.Windows Live Writer 2011

Pada jendela yang muncul setelah kita eksekusi aplikasi yang kita dapatkan, karena kita hendak menginstall Windows Live Writer, maka centanglah pada bagian tersebut. Jangan mencentang bagian yang tidak kita inginkan untuk diinstall. Tunggulah beberapa saat dan ikutilah wizard yang ada setelah itu.

  • Tahap Setting Aplikasi.

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari semua tahapan. Setelah aplikasi terinstall, segera jalankan aplikasi tersebut. Usahakan anda masih terhubung dengan internet, karena Live Writer sangat membutuhkan koneksi tersebut untuk menghubungi Blog anda.

Blog SettingPastikan pula anda sudah memiliki Akun Blog, baik itu Wordpress, Blogger atau Blog provider yang lainnya. Ikuti terus semua proses yang ada dan jangan sampai ada satu bagianpun yang terlewat. Setelah semuanya selesai, maka anda sudah siap untuk memulai menulis semua posting anda serta akan menjadi lebih produktif menghasilkan artikel-artikel bermutu.

Demikian artikel penulis tentang Blog Client, dan dengan harapan semoga artikel ini bermanfaat bagi semua pihak yang memang benar-benar membutuhkannya. Penulis menyadari, bahwa artikel ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan diluar sana, masih banyak para penulis Blog yang lebih piawai dari penulis.

Sampai jumpa pada artikel selanjutnya…

**Hentikan perang sekarang juga! Stop War, right now!**

Sumber :

  1. Microsoft
  2. Softpedia
  3. Pengalaman Pribadi

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Copyright @161211/1842 |

Blog Client : Windows Live Writer 2011

“ Semua hal bisa dicapai, namun tidak semuanya bisa berhasil. Karena keberhasilan membutuhkan sedikit lebih banyak pencapaian.” (Pakdhe U)