Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 30 Oktober 2016

Bosan Dengan Sosial Media

By: Pakdhe U

DJ. Sosial media, semisal; facebook, twitter, instagram, dan masih banyak yang lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan semua. Tapi dari sekian banyak sosmed tersebut, beberapa diantaranya sedang hits, atau populer. Adapun tujuan dari sosmed tersebut adalah menyediakan wadah bagi para netizen, penggiat online, atau siapapun yang berminat untuk saling berinteraksi satu dengan yanng lainnya. Tentulah melalui media internet, atau online.

Pada awalnya saya menganggap apa yang ditawarkan oleh sosial media tersebut merupakan sebuah lompatan besar yang sedikit banyak mampu mewakili sektor komunikasi modern, sehingga manusia bisa berinteraksi sosial secara digital menggunakan aplikasi sosial media yang ada. Dengan adanya sosial media, didukung oleh kualitas jaringan internet yang semakin baik belakangan ini, serta kepopuleran sosmed tersebut, maka dunia seakan tidak memiliki batas.

Saya yang berada di pelosok paling terpencil Indonesia, bisa dengan mudah berkomunikasi dengan siapapun, bayangkan; dengan siapapun di belahan dunia lainnya. Dengan facebook, katakanlah begitu, saya bisa menemukan sahabat-sahabat saya yang sudah terpisah puluhan tahun lalu. Dengan whatsApp misalnya, saya bisa berkomunikasi dengan biaya rendah kepada siapapun yang terhubung. Sungguh sebuah terobosan luar biasa.

Namun, seiring perjalanan waktu yang tak pernah mau berhenti, bahkan untuk sejenak, saya merasakan adanya kebosanan dengan semua sosial media yang saya miliki. Yup! Benar, saya sudah sangat, bahkan mungkin teramat sangat bosan dengan semuanya. Tak ada lagi waktu spesial bagi saya untuk mengupdate status sosmed. Tidak setiap menit, bahkan tidak pula setiap hari. Jika saya sedang kepingin saja, baru saya mengakses sosmed. Dan itupun tidak semuanya.

Saya mulai merasakan jenuh dengan sosmed semenjak belang hitamnya muncul ke permukaan. Belang-belang hitam tersebut diantaranya;

1. Sosmed menjadi penyebab rusaknya rumah tangga yang paling utama, karena melalui sosmed kadang perselingkuhan berawal. Tidak semuanya sih, tapi saya melihat ada kecenderungan ke arah sana (selingkuh), ini saya dasarkan pada kenyataan; 6 dari 10 orang yang saya kenal, dan dari 6 orang tersebut 3 diantaranya masih kerabat, rumah tangganya hancur lebur setelah teracuni oleh sosmed.

Diantara 6 orang tersebut, yang 2 orang bercerai karena tidak mendapatkan perhatian dari pasangannya yang terlalu asyik update status di sosmed. Sedangkan sisanya terpaksa bercerai karena pasangannya tergaet oleh teman yang lebih menggiurkan (dari segala aspek) di sosmed. Wow… bisa dibayangkan jika itu terjadi pada anda?

2. Sosmed sedikit banyak menjadi penyebab biasnya prioritas ekonomi sebuah keluarga. Banyak sekali kasus yang menunjukkan bahwa dalam sebuah keluarga lebih mementingkan membelanjakan uangnya untuk keperluan pulsa atau paket internet demi tidak ketinggalan update statusnya di sosmed, dibanding dengan membelanjakan uangnya untuk keperluan menabung, menyekolahkan anaknya dan sebagainya.

Jadi pendek kata, bagi mereka yang latah, hanya ikut-ikutan trend sosmed tanpa memiliki kemampuan untuk memamfaatkan celah positif sosmed, misal untuk membuka usaha online, sangat jelas sosmed menjadikan seseorang jatuh miskin. Sementara pemilik sosmed tersebut, provider jaringan, dan semua yang mampu memanfaatkan bisnis jaringan, akan semakin kaya.

Untuk alasan-alasan itulah, dan masih banyak alasan lainnya yang tidak bisa disebutkan terkait privacy, maka saya mulai meninggalkan sosial media. Saya hanya mengupdate status saya beberapa kali saja dalam satu bulan. Bahkan, jika sedang tidak mood (baca; tidak ada pulsa berlebih) saya benar-benar mematikan fitur internet. Saya benar-benar menjadi manusia jaman batu, hehehe…

Tapi khusus untuk sosmed yang mampu menampung aspirasi, inspirasi, dan kreatifitas saya, seperti Blog dan YouTube, masih sering saya gunakan. Karena dengan Blog, saya bisa sekedar sharing pengalaman, ungkapkan perasaan, dan sampaikan gagasan, walau sederhana. Dengan Blog saya tidak perlu mengetahui orang sependapat dengan saya atau tidak, tapi saya bisa mengetahui jika pendapat saya bisa dibaca oleh orang lain.

Sedangkan melalui YouTube, saya bisa menyalurkan hobi dan kreatifitas saya dalam menghasilkan video yang sederhana, namun bisa mewakili hasrat saya untuk menjadi seorang videografer. Dengan YouTube, saya bisa sharing dokumentasi video yang saya buat dengan orang-orang yang berada di luar sana. Dengan YouTube, saya tidak perlu merasakan ditertawai oleh semua orang, tapi saya cukup merasakan apa yang saya hasilkan, kreatifitas saya, ide saya, dan hasil karya saya lainnya yang terkait, benar-benar dinikmati oleh orang lain.

So…., sosmed is a good thing, or just wasting time? It’s depend on your mindset..

Cheers..

Kamis, 27 Oktober 2016

Beralih Ke Open Live Writer

By : Pakdhe U ®


Dj. Menulis Blog sudah menjadi hal yang lumrah saat ini. Mulai dari kalangan biasa sampai artis-artis papan atas juga ada yang memiliki Blog pribadi. Isinya bermacam-macam; mulai dari sekedar sharing ulasan bulu mata palsu, daily diary yang berisi curhatan tentang gebetan, sampai pamer harta kekayaan pribadi. Whuiz…pokoknya macem-macem deh!

Dulu, pada awal-awal saya ngeblog, saya lebih suka menggunakan blog client offline. Yup, karena mood saya menulis bisa kapan saja dan dimana saja. Lagipula, kesempatan saya untuk online tidak selalu tersedia setiap saat. Hehehe… baca saja karena keterbatasan ekonomi sambungan internetnya gak tentu.

Aplikasi yang saya gunakan adalah produk microsoft, yaitu windows essensial 12, yang sudah pernah saya ulas dalam blog saya terdahulu. Dengan menggunakan aplikasi ini, kita bisa mengetik dimana saja, kapan saja kita ada ide, tentu ada mood juga, tanpa harus terhubung online.

Sebenarnya aplikasi WLW (windows live writer; bagian dari windows essensial 12) adalah aplikasi yang powerfull, mudah digunakan dan gak ribet. Tapi, sejak Laptop saya rusak, hingga akhirnya harus ganti baru, yang otomatis harus setting ini dan itu lagi, wlw tidak bisa lagi login pada blog saya.

Yeahh, setelah beli kemenyan (baca; paket internet), saya luangkan waktu untuk menemui mbah Google untuk menelisik sebab musababnya si wlw ini ngambek. Eh nyata ternyata, microsoft udah mengganti format netfrontnya (nah yang ini saya bener-bener gak paham) sehingga meskipun kita gunakan ratusan cara, blog kita gak bakalan bisa di akses dari wlw.

Akhirnya, saya masuk ke softpedia untuk mencari aplikasi pengganti wlw yang sudah almarhum dengan mengetikkan kata kunci live writer. Eh, yang muncul adalah Open Live Writer. Gak mudah percaya, saya langsung masuk ke Wikipedia untuk mencari sisik melik tentang open live writer (OLW) ini.

Ternyata olw merupakan pengembangan dari wlw yang sudah dibuat menjadi open source. Artinya apa? OLW merupakan reinkarnasi dari aplikasi WLW. Hanya saja OLW bersifat open source yang siapapun bisa mengembangkannya menjadi lebih baik.

Penasaran, saya langsung mengunduhnya (download) dari softpedia dan pada saat itu juga langsung saya install. Proses instalasinya tidak membutuhkan waktu lama asalkan jaringan internetnya bagus, karena kita diminta untuk sign in ke akun google kita. Beberapa saat aplikasi olw mengunduh template dan pernik-pernik blog kita.

Setelah selesai semuanya, kita bisa langsung mengetik blog secara offline dan segera mempublishnya, atau bisa juga menjadwalnya jika kita terhubung dengan internet. For your info, tampilan dari olw ini 100% persis dengan tampilan wlw. So, bagi yang terbiasa mengetik blog offline menggunakan wlw, sepertinya sudah tidak asing lagi. Rasanya seperti tidak ada perubahan.

===

Trims untuk

1. http://www.sogabo.info/2015/12/windows-live-writer-tidak-bisa.html

2. https://en.wikipedia.org/wiki/Open_Live_Writer

3. softpedia di http://www.softpedia.com/get/Internet/News-Newsgroups-Blog-Tools/Windows-Live-Writer.shtml

4. http://openlivewriter.org/

====

Beserta semua pihak yang sudah menginspirasi…

==================

Rabu, 26 Oktober 2016

Renungan Untuk Sang Perokok

By : Pakdhe U ®

Dj. Apakah anda seorang perokok aktif? Apakah anda seorang yang rela mengeluarkan puluhan ribu rupiah setiap hari hanya untuk membeli rokok? Apakah anda seorang yang selalu menghabiskan lebih dari satu bungkus rokok setiap hari? Berarti anda adalah orang yang tepat untuk membaca tulisan ini. Jika anda cukup cerdas, cukup dewasa, dan cukup waras, silahkan baca tulisan ini sampai titik terakhir. Namun jika anda tidak seperti yang saya sebutkan tadi, silahkan abaikan saja tulisan ini.

Bolehkah saya awali dengan sepenggal pertanyaan; apa enaknya merokok? Tidak ada sama sekali, kecuali bagi mereka yang sudah keblinger. Merokok adalah kegiatan yang jauh lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya. Puluhan ribu rupiah terbakar sia-sia, dan hanya menyisakan kepulan asap yang mematikan.

Saya memiliki seorang kakak perempuan yang bersuamikan seorang perokok berat. Bisa dibayangkan, hari-harinya dilalui bersama kepulan asap rokok yang tak pernah terputus. Persis seperti cerobong pabrik gula di saat musim giling. Singkat kata, kakak saya kemudian menjadi seorang perokok pasif.

Pada awal pernikahan, mereka menikmatinya seolah tidak ada apa-apanya. Seolah mereka sudah kebal dengan asap rokok di lingkungan mereka. Namun waktu terus berjalan tanpa mempunyai kesempatan untuk berputar balik. Akhirnya sampailah pada saat anaknya tumbuh besar. Mulailah kakak saya tersebut dihampiri oleh penyakit-penyakit dalam.

Ketika diperiksakan ke Dokter, ternyata kakak saya mengidap penyakit kanker paru-paru. Kok bisa? Rupanya setelah bertahun-tahun berperan sebagai perokok aktif, karena mendapatkan dampak dari suaminya, kinerja paru-parunya semakin menurun hingga akhirnya harus direlakan tergerogoti kanker.

Satu tahun bergulat dengan kanker melalui kemoterapi, pengobatan alternatif, dan beberapa rangkaian operasi. Namun, kanker tersebut sudah terlalu ganas untuk dijinakkan. Akhirnya, kakak saya harus menyerahkan nafasnya yang terakhir untuk kembali ke Hadirat Illahi. Yup, kakak saya akhirnya meninggal dunia. Hanya berselang satu tahun sejak didiagnosis kanker.

Bertahun-tahun bergumul dengan asap rokok suaminya, suami yang dicintainya, setiap jam, setiap detik tanpa jeda, kecuali saat tidur, harus tersungkur setelah hanya satu tahun menderita. Tragis!! (seperti diceritakan oleh seorang sumber)

Masih belum sadar? Masih tetap ingin menghabiskan hari-harimu dengan asap rokok? Baiklah, jika cerita di atas belum membuka hatimu untuk menghentikan kebiasaan setan (merokok), mungkin cerita di bawah bisa merubah jalan pikiranmu.

Ada sepasang muda-mudi yang baru menikah. Mereka tampak sangat bahagia, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Bertahun-tahun kemudian, dua muda-mudi sepasang suami istri tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Padahal genetika keluarga mereka termasuk orang – orang dengan anak yang cukup banyak.

Tak henti-hentinya mereka bertanya kesana-kemari. Tak terhitung berapa banyaknya dokter spesialis yang mereka ketuk pintunya. Tak terhitung banyaknya tabib-tabib yang mereka rasakan ramuannya. Namun hasilnya tetap nihil. Hasil lab menyebutkan bahwa mereka tidak mandul, tapi pada kenyataanya tetap sulit mendapatkan keturunan.

Hingga pada akhirnya sampailah mereka pada seorang yang ahli dan berkonsultasilah mereka. Pertanyaan si ahli tadi sebenarnya cukup sederhana; “apakah diantara keduanya ada yang menjadi perokok?” Yup, si suami memang perokok aktif, sedangkan si istri pernah menjadi perokok ketika masih kuliah. Keluarga besar mereka yang laki-laki adalah perokok berat semuanya.

Tak berapa lama, si ahli mengambil sampel darah, sampel sperma, dan sampel ovum dari pasangan muda-mudi tersebut untuk diperiksa lebih mendalam di lab. Dan pasangan tersebut diminta untuk kembali beberapa hari kemudian.

Setelah hari yang ditentukan tiba, mereka berdua kembali mendatangi si ahli tersebut untuk mendapatkan jawaban yang mereka inginkan. Jawaban si ahli adalah; secara medis organ reproduksi berdua sehat semua. Tidak ada satupun yang mandul atau bermasalah. Sperma termasuk aktif, ovum juga termasuk subur. Yang menjadi masalah adalah bentuk ovum telah berevolusi menjadi sulit ditembus oleh sperma yang aktif sekalipun.

Kata si ahli, kejadian ini adalah dampak dari kebiasaan merokok si istri semasa kuliah, dan kemudian menjadi perokok aktif saat menikah. Ternyata, zat-zat beracun dalam rokok telah menjadikan sel-sel reproduksi mereka berubah bentuk. Memang, ini adalah kasus yang langka, namun penyebabnya tetaplah sebatang rokok yang menyala di mulut. (seperti diceritakan seorang kenalan dalam sebuah perjalanan)

Masih ingin merokok? Masih tetap ingin merokok? Sudah siap jika istri, anak, saudara, kerabat, dan orang-orang yang kamu cintai meregang nyawa tanpa makna oleh kanker? Sudah siap jika nantinya garis keturunan keluarga besarnmu hanya terhenti sampai pada dirimu saja? Kalau memang benar-benar siap, ya sudah hadapilah saja sendiri, jangan pernah mengajak orang-orang yang tak berdosa untuk menanggung kebodohanmu.

Merokoklah di tempat yang jauh dari orang-orang bukan perokok. Merokoklah jauh dari anak-anak, ibu hamil, menyusui, dan merokoklah di tempat yang hanya ada kamu sendiri. Atau, hentikan kebiasaan merokokmu sekarang juga.

TrimS.

Senin, 24 Oktober 2016

Full Day School? Ah, Terlalu Berharap…

By : Pakdhe U ®====

Dj. Gonjang-ganjing fullday school yang digagas oleh Pak Mendiknas, Muhajir, sedikit mengusik ketenangan batin saya. Antara ingin tertawa, atau hanya sekedar tersenyum kecut. Entah apa yang ada dalam pikiran Bapak kita yang satu ini, yang pasti gagasan beliau sedikit terdengar aneh saja.
 
Bukannya saya tidak suka dengan gagasan itu. Tapi sepertinya masih perlu banyak waktu untuk kita bisa menerapkannya. Ini Indonesia Bung. Bukan Amerika yang super maju. Bukan Singapura yang super tertib. Bukan pula Jepang yang super sibuk.
 
Maksud saya; untuk bisa menerapkannya di seluruh wilayah Indonesia kita masih harus berpikir ulang. Kalau ingin menerapkan di beberapa wilayah tertentu Indonesia, mungkin masih bisa diterima akal. Alasan saya berpendapat demikian kenapa? Karena sebenarnya konsep fullday school sudah diterapkan oleh beberapa sekolah khusus di Jember. Seperti SD Al Baitul Amien, MTs Zainul Hasan, yang mana mereka menggabungkan antara pendidikan formal dengan pendidikan religi.
 
Pagi hari, saat sekolah-sekolah formal lain belum bel masuk, mereka sudah memulai kegiatan bersama di sekolah. Melakukan Sholat Dhuha sebagai bentuk pendidikan religi. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran formal sesuai dengan kurikulum nasional, yang berlangsung sampai siang hari. Setelah sholat Dzuhur, dilanjutkan dengan kegiatan belajar bersama yang akhirnya dilanjutkan dengan pendidikan religi (mengaji) setelah sholat Ashar. Ini namannya fullday School.
 
Bisa dilaksanakan tapi tidak untuk semua sekolah. Coba bayangkan jika yang melaksanakannya adalah sebuah sekolah di desa, yang mayoritas siswanya adalah anak petani, yang masih memiliki kewajiban untuk membantu kakek neneknya (karena ayah ibunya merantau) mencari rumput bagi binatang ternak mereka? Apakah bisa terlaksana program Fullday School ini?
 
Jikalaupun mereka tidak mencari rumput, bagaimana dengan kewajiban mereka mengaji di surau-surau saat setelah Ashar tiba? Apakah mereka rela menggadaikan keyakinan mereka, mengumpulkan bekal akhirat, hanya untuk kegiatan pembelajaran Fullday School? Tentu saja mereka tidak mau.
 
Sekali lagi, jika ingin melaksanakan konsep Fullday School, silahkan saja, tapi ingat jangan pernah berpikiran untuk menerapkannya di seluruh wilayah Indonesia, sampai pelosok terdalamnya. Ini Indonesia, yang kebutuhan nutrisi pangannya hanya tercukupi dari tempe tahu dan sayuran lokal, dan pastinya tidak bisa mengimbangi kebutuhan nutrisi untuk perkembangan otak jika harus diterapkan fullday school.
 
Jika Pemerintah menjamin kesejahteraan setiap individu, sehingga untuk kebutuhan dasar mereka tidak harus bersusahpayah bekerja overtime, dan kebutuhan nutrisi didapatkan dari daging dan makanan sehat lainnya sepenuhnya tercukupi, okelah silahkan jalankan fullday scholl di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan kalau perlu Allday & Night School. Heheeheee…
 
Just a little info; Kita bisa berjaya bukan karena sekolah kita seharian penuh. Kita bisa pintar bukan karena kita gak pernah pulang dari sekolah. Kita bisa disegani oleh bangsa lain bukan karena program pendidikan kita bagus. Kita tidak butuh semua itu untuk menaikkan derajat kita di mata dunia.
 
Yang kita butuhkan hanyalah tekat kuat, semangat baja, pantang menyerah, dan jujur pada kenyataan. Kita bisa berjaya jika kita mampu mengatasi keterbatasan kita tanpa uluran dan campur tangan asing. Kita bisa pintar mengalahkan kepintaran bangsa-bangsa lain jika kita selalu belajar dari pengalaman, ingatlah pengalaman adalah guru terbaik. Akhirnya kita akan selalu bisa disegani oleh bangsa lain ketika kita berhasil menjadi diri kita apa adanya, tanpa harus meniru bangsa lain.
 
Anak-anak bangsa banyak sekali yang berhasil mengguncang Dunia. Mereka mengharumkan bangsa dengan kecerdasannya. Dan kecerdasan itu mereka peroleh bukan sekedar dari fullday school, melainkan mereka peroleh dari kesungguhan mereka dalam menggapai prestasi. Mereka peroleh dari tekad baja yang mereka miliki. Mereka peroleh dari pengalaman guru-guru pembimbing mereka yang luar biasa. Percuma kita praktekkan fullday school, tapi output yang diperoleh cuman sebatas generasi memble.
 
Saya peduli pada pendidikan. Dan pendidikan tidaklah harus selalu dari bangku sekolah. Mencari rumput untuk ternak orang tua, adalah salah satu pendidikan dasar mengenai tanggungjawab, kemandirian dan kedisiplinan. Saya rasa cukup demikian saja apa yang bisa saya sampaikan, semoga bisa menjadikan tambahan wawasan.
 
Mohon maaf jika ada yang tersentil, tapi begitulah adanya. Semoga bermanfaat.
====
 

Minggu, 23 Oktober 2016

Tentang Sebuah Mimpi

By : Pakdhe U®

Dj. Siapa yang tidak pernah bermimpi? Tentu, semua orang yang hidup di Dunia ini pernah bermimpi. Walau mungkin tidak cukup jelas, yang pasti semua orang pernah bermimpi. Menurut apa yang pernah saya baca, mimpi adalah suatu proses yang terjadi dalam alam bawah sadar manusia sebagai reaksi atas suatu peristiwa nyata.

Misalnya, dalam kehidupan alam sadar (dunia nyata), kita berkenalan dengan seorang cewek yang cantik, imut, dan seksi. Pada saat itu juga kita berpikiran nakal untuk menjadikan cewek tersebut sebagai pacar kita. Maka, ketika pikiran tersebut terbawa terlalu dalam ke alam bawah sadar kita, secara otomatis gambaran cewek tersebut akan muncul dalam mimpi kita.

Hal ini juga sebagaimana yang dialami oleh seseorang yang selesai menonton film horor. Otak mereka yang sudah termanipulasi oleh pikiran alam bawah sadar merekonstruksi kembali adegan demi adegan dalam film horor itu. Celakanya, dalam rekonstruksi tersebut kita dimasukkan sebagai pelaku utama yang mengalami ketegangan psikis menghadapi thriller film horor tadi.

Apa yang saya sampaikan pada tiga paragraf awal hanyalah beberapa pendapat terkait mimpi yang pernah saya baca jaman dahulu kala (mungkin saat saya masih SMP). Tapi, kali ini saya hanya ingin menyampaikan hal lain terkait mimpi, yaitu konten mimpi itu sendiri.

Pernah anda mendengar kata “ah, jangan bermimpi!” Biasanya kata-kata ini dilontarkan seseorang kepada orang yang terlalu tinggi harapannya. Misalnya, seorang anak petani selalu berharap menjadi pejabat. Seorang yang lemah dalam pelajaran selalu berharap menjadi orang terkenal. Dan sebagainya.

Padahal apa yang menjadi mimpi seseorang itu juga merupakan do’a yang paling tulus dari seseorang. Mimpi, atau harapan yang sangat  tinggi terhadap sesuatu, memiliki peluang terkabul jauh lebih besar karena dalam mimpi tersebut terselip sebuah motivasi yang kuat.

Ada sebuah kisah nyata; seorang anak pedagang kaki lima yang juga berprofesi sebagai pengayuh becak. Secara akal dan logika, tentulah si anak tersebut berpeluang kecil sekali untuk bisa menjadi sukses. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan saya, si anak itu selalu menyampaikan mimpinya untuk menjadi orang sukses. Selalu menyampaikan mimpinya untuk bisa menyelesaikan sekolahnya yang tidak pernah ada kepastian. Saya hanya bisa membesarkan hatinya, karena memang tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya berpisah cukup lama dengan si anak tersebut. Saya kembali ke kota tempat tinggal saya, sementara si anak tadi mungkin masih bergelut dengan mimpi besarnya.

Hampir 20 tahun berlalu, saya mencoba buka-buka facebook dan di situ saya menemukan sosok yang pernah saya kenal. Ya, sosok itu adalah si anak yang beberapa tahun lalu bermimpi menjadi orang sukses. Si anak yang beberapa tahun lalu menjadi pengayuh becak. Dalam facebook tersebut rupanya dia menjadi seseorang yang berbeda. Yup, dia sudah sukses. Memiliki sebuah usaha yang representatif, dan tentu memiliki anak buah yang banyak.

Dalam kesempatan yang lain, akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan dia. Tanpa basa-basi langsung saya tanyakan resep keberhasilannya selama ini. Ternyata jawaban dia sangat di luar dugaan. Dia mengatakan jika yang menjadikan sesukses sekarang adalah saya? Jika saat itu saya tidak pernah membesarkan hatinya terkait mimpi-mimpinya, tentu dia tidak akan memiliki motivasi untuk belajar lebih giat lagi.

Berkat dukungan dan dorongan saya waktu itu, kata dia, prestasi belajarnya naik cukup bagus sehingga mampu meraih beasiswa dan pada akhirnya bisa bekerja seperti saat ini. Dia sukses menjadikan sebuah mimpi sebagai motivasi untuk maju. Dia sukses menyulap sebuah mimpi untuk menjadi nyata. Tapi, mimpi tidak akan bisa menjadi nyata jika tanpa dukungan orang-orang di sekitar kita yang selalu membesarkan hati kita untuk mengejar mimpi.

Jadi, sudah siapkah anda bermimpi dan mewujudkan mimpi tersebut?

Trims..

Jumat, 21 Oktober 2016

Guru Pembelajar Online

By : Pakdhe U®
Dj. Sudah cukup lama saya tidak bersentuhan dengan komputer. Selain karena Laptop kesayangan “jebol”, setelah terlalu banyak saya gunakan untuk editing Video, kesibukan saya yang lain adalah menjadi driver antar jemput ke Bandara. Alhasil, saya tidak memiliki cukup waktu dan ruang untuk sekedar berinteraksi dengan komputer.
Namun beruntunglah hal tersebut tidaklah berlangsung terlalu berlarut. Karena semenjak beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 17 September 2016, saya kembali memiliki sebuah Laptop. Bukan sepenuhnya milik saya sih, tapi setidaknya dengan Laptop itu saya memiliki kesempatan yang cukup besar untuk kembali beraksi di dunia Blog.
Si Lenny, demikian saya menamai Laptop tersebut, karena memang lansiran Lenovo. Entah apa yang mendasari saya memilih brand ini, tapi yang jelas dari sisi spesifikasi teknis, plus harga retailnya, adalah yang paling mendekati ekspektasi saya. Hehehe…. baca saja cukup ekonomis.
Sebenarnya si Lenny dibeli oleh kakak sepupu istri saya, karena sedang membutuhkan untuk keperluan GPO. Apa itu GPO? Saya pada awalnya juga bertanya demikian, tetapi pada akhirnya saya mengetahui bahwa GPO adalah kependekan dari Guru Pembelajar Online.
Singkatnya, GPO adalah sebuah diklat yang diselenggarakan secara online oleh Pemerintah melalui lembaga P4TK, dan bersifat wajib bagi semua guru yang mendapatkan undangan secara online pula. Nah, kebetulan kakak sepupu istri saya tersebut juga terjaring program ini.
Masalahnya, kakak sepupu istri saya ini termasuk orang “jadul”, jaman dulu, yang tidak mampu mengikuti trend perkembangan jaman. Alias golongan orang-orang yang gagap teknologi. Jangankan untuk bekerja secara online (seperti blogger, dsb), untuk sekedar mengetik menggunakan Laptop saja jari-jarinya seperti jalan tol di saat lebaran, alias merayap.
Berbekal pengalaman saya di dunia online, meskipun gak begitu berpengalaman banget sih, maka ditunjuklah saya sebagai mentor atau asisten pribadi kakak sepupu istri saya tersebut. Yang menjadi tugas saya adalah; mengoperasikan Laptop selama dibutuhkan untuk kegiatan GPO. Termasuk juga mendownload seluruh materi yang ada, dan mengeprint semuanya agar kakak bisa mempelajarinya.
Awalnya memang gak begitu memahami apa yang dimaksud dalam modul, jelas karena saya bukan guru. Tapi setelah beberapa sesi, akhirnya saya bisa menemukan ritme yang pas dalam menjalani program tersebut. Dengan mengetahui dan menemukan ritme yang pas, saya dan kakak bisa meluangkan banyak waktu karena semua waktu yang terpakai sangat efisien.
Pagi hari setelah sholat subuh, saya online untuk mengunduh beberapa file penting dalam modul GPO. Kemudian saya print untuk saya serahkan ke Kakak sebelum kakak berangkat mengajar. Siang  hari sepulang mengajar, giliran kakak yang membuat draft terkait file yang diunduh pada pagi harinya, dan kemudian menyerahkannya pada saya sore hari. Malam harinya saya mempelajari draft tersebut, menyempurnakan apa yang perlu disempurnakan untuk kemudian di upload pada keesokan harinya.
Pada saat-saat tertentu, ketika modul mengharuskan kita melakukan praktikum, maka saya berperan sebagai driver sekaligus fotografer. Bahkan harus menjadi video editor sekaligus. Kenapa? Karena semua kegiatan tersebut harus didokumentasikan sedemikian rupa. Adapun kegiatan itu dilakukan bersama peserta lain yang tempatnya cukup jauh dari rumah.
Berikut ini adalah video kegiatannya;
Dan..
yang ini juga..
 
Beberapa foto kegiatannya adalah seperti berikut ini;
Foto Praktikum 2Foto Praktikum 3Foto Praktikum 4
Sementara, ini dulu yang bisa saya share dalam Blog ini. Maaf jika terkesan agak kaku karena cukup lama saya vakum.
Trims.