Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Rabu, 12 November 2014

Gelar Sarjana Bukan Jaminan

By : Pakdhe U ®

Tulisan saya kali ini bukan bermaksud untuk meramaikan suasana dunia maya yang sedang heboh, khususnya di Indonesia, terkait adanya sosok Pejabat Menteri yang notabene secara kualifikasi akademik sebenarnya sangat tidak layak untuk menduduki jabatan tersebut. Terlepas dari adanya hal yang solah-olah terkait tersebut, saya hanya ingin menyampaikan bahwa Gelar Kesarjanaan Bukanlah Jaminan bagi seseorang untuk kemudian menempatkan orang tersebut dalam posisi terhormat.

Pengalaman saya pribadi, bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang pendidikan, cukup membuat saya bisa menarik kesimpulan sebagaimana yang kemudian saya jadikan judul posting saat ini. Dari sekian banyak orang yang saya temui, dan mereka kurang beruntung untuk mendapatkan gelar kesarjanaannya, dengan berbagai alasan tentunya, ternyata tidak semuanya berpikiran sempit. Pemikiran-pemikiran mereka adakalanya jauh melampaui pemikiran orang-orang yang memiliki gelar sarjana sekalipun.

Mereka memang cukup cerdas, kritis dan mampu membaca situasi, selain karena pengalaman hidupnya yang keras, mungkin juga dikarenakan anugerah kecerdasan yang diperolehnya menjadikan mereka seperti itu. Sayang, karena keterbatasan ekonomi – sebuah alasan yang klise sebenarnya – menjadikan mereka sangat kesulitan untuk merasakan kesempatan meraih pendidikan tinggi.

Kenapa tidak mencoba mendapatkan beasiswa? Bukankah beasiswa memang disediakan bagi mereka yang cerdas namun tidak mampu dari sisi ekonomi? Pendapat itu memang benar, tapi program beasiswa masih belum mampu mengakomodir kebutuhan beberapa di antara mereka. Kebanyakan program beasiswa mensyaratkan seseorang memiliki kecerdasan secara total.

Total dalam arti tidak setengah setengah. Seseorang bisa mendapatkan beasiswa jika memenuhi unsur cerdas dalam semua mata pelajaran – kecuali di bidang olah raga – tidak cukup untuk kecerdasan dalam satu atau dua mata pelajaran saja. Padahal, mereka yang saya maksudkan ini memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam satu bidang tapi sekaligus memiliki kelemahan dalam bidang lainnya.

Contohnya, ada seorang yang sangat pandai dalam matematika, namun mereka lemah dalam konteks komunikasi. Yang demikian ini jika dihadapkan dengan hitung-hitungan rumit pasti akan mampu menyelesaikannya dengan cepat, dan sebaliknya pada saat berkomunikasi dengan orang lain seolah-olah lehernya tercekik karena kesulitan menyusun kata-kata yang tepat sebagaimana yang diharapkan.

Ada juga yang memiliki kelebihan dalam bidang kerja keras, sangat teliti dalam setiap petunjuk kerja yang diberikan dan mengerjakan petunjuk tersebut dengan sangat rapi. Tapi kelemahannya adalah tidak memiliki kemampuan untuk menemukan alternatif solusi selain dari petunjuk yang diberikan padanya. Prinsip utama dari orang ini adalah kerjakan apa yang dicontohkan, selesaikan seperti apa yang ditugaskan, tanpa ada variasi konsep kerja yang lebih praktis atau baik.

Saya tidaklah begitu paham tentang istilah yang merepresentasikan orang-orang seperti ini. Yang saya pernah dengar hanyalah sebuah istilah dis order oriented (DOO) atau orientasi pekerjaan (kegiatan) yang bermasalah, yaitu orang-orang yang  hanya bisa mengerjakan pekerjaan tunggal. Mereka adalah orang yang tidak mampu berpikir secara bercabang.

Mungkin saya salah terkait dengan istilah di atas, tapi setidaknya saya meyakini bahwa orang-orang yang seperti itu jumlahnya tidak cukup sedikit untuk bisa dihitung dengan menggunakan jari tangan.  Setidaknya itulah yang saya temukan di sekitar tempat saya tinggal, dan perlu dicatat, ini adalah sebuah kenyataan.

Sekarang, bagaimana dengan orang-orang yang memiliki gelar sarjana? Apakah mereka bisa dikatakan berhasil? Secara umum mungkin mereka bisa dikatakan berhasil, karena telah lulus menjadi sarjana. Tapi apakah kesarjanaan mereka dapat menjamin bahwa mereka bisa dan mampu bekerja maksimal seperti kualifikasi ijazah yang  mereka miliki? Belum tentu juga!

Yang mampu menjamin seseorang berhasil atau gagal hanyalah nasib, takdir, dan kemauan keras. Kombinasi ketiganya akan membuat orang memiliki jaminan berhasil, meskipun tidak memiliki gelar sarjana sekalipun. Ya, setidak-tidaknya berhasil mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tetap. Meskipun sudah sarjana, tapi tidak memiliki kemauan keras untuk berhasil atau maju, ditambah tidak memiliki nasib baik, dan memang ditakdirkan untuk menjadi pengangguran; mau tidak mau ya tetap saja menganggur. Praktis, gelar sarjana dan ijazahnya hanya akan menjadi penghias dinding belaka.

follow : twitter | find on : facebook | watch : you tube | 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar