Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Rabu, 01 Oktober 2014

Kualitas Versus Kuantitas

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Ada anggapan bahwa kuantitas akan memenangkan pertarungan. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap jika kualitas yang jauh lebih menentukan kemenangan dalam pertarungan. Menurut saya, dua hal tersebut, kulitas maupun kuantitas, sama-sama memiliki peranan yang penting dalam tujuan memenangkan segala bentuk pertarungan.

Apa sih kuantitas itu? Menurut pengetahuan yang saya miliki, kuantitas lebih dominan berhubungan dengan jumlah secara fisik, dalam arti bisa dihitung dan terkait dengan angka-angka. Misalnya, dalam sebuah kemasan terdapat dua buah barang, maka dalam sampulnya akan tertulis kuantitas sebanyak dua buah barang.

Apa pula kualitas itu? Lagi-lagi berdasarkan pada pengetahuan yang saya miliki, kualitas cenderung memiliki sifat abstrak. Karena tidak bisa dinilai secara angka-angka. Tingkat kualitas sesuatu antara satu penilai dengan penilai yang lain tentu tidak akan sama. Ini terjadi karena kualitas lebih condong untuk masuk ke ranah selera. Saya bisa mengatakan bahwa sebuah laptop cukup berkualitas dari sisi performa, fitur, dan desain, namun ada orang lain yang mungkin memiliki pandangan berbeda. Tidak ada ketetapan tentang batasan kualitas itu sendiri.

Lalu, sesuai dengan judul di atas, apakah yang akan lebih unggul? Apakah kualitas, ataukah kuantitas. Saya rasa, itu semua tergantung kepada kasusnya. Jika kita berbicara tentang sebuah pekerjaan kasar, konstruksi misalnya, maka kuantitas akan lebih mengungguli kualitas. Sepuluh tukang bangunan akan lebih cepat menyelesaikan pekerjaan daripada lima orang.

Namun, sisi kualitas juga sangat berperan dalam kasus yang sama. Misalnya, perencanaan bangunan yang matang oleh satu ahli bangunan terpercaya akan memberikan hasil yang lebih baik (berkualitas) daripada perencanaan bangunan asal-asalan oleh tukang bangunan biasa.

Kaitannya dengan Indonesia? Sangat banyak! Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Secara kuantitas, penduduk Indonesia memberikan harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani. Lalu, bagaimana dengan kualitas penduduknya? Apakah layak disandingkan dengan negara-negara lain? Bahkan dengan sesama negara berkembang? India, Vietnam,atau Thailand misalnya?

Penduduk Indonesia memang sangat besar, dan sebagian besar dari jumlah tersebut ada pada usia produktif. Namun sayang, secara kualitas mereka masih berada di bawah rata-rata. Penduduk kita memang banyak yang bekerja di luar negeri; Malaysia, Hongkong, Saudi Arabia, dan sebagainya. Tapi mereka bekerja pada level bawah yang tidak cukup memberikan pengaruh terhadap perubahan.

Bandingkan dengan warga asing yang bekerja di Indonesia, mereka hampir semuanya menduduki jabatan, atau pekerjaan dengan level manajer. Kenapa ini bisa terjadi? Karena mereka semua (warga asing tersebut) secara kualitas memang layak untuk mendapatkan jabatan itu.

Untuk memenangkan pertarungan ekonomi global, kita memerlukan tidak sekedar kuantitas, melainkan juga kualitas. Satu orang cerdas lebih baik daripada llima orang awam. Tapi jauh lebih baik dan sempurna jika kita memiliki lebih banyak orang-orang cerdas.

Caranya bagaimana? Sejak dini kita tanamkan sikap mandiri, sikap peduli pada pendidikan dan kita kembangkan generasi muda bangsa menjadi generasi yang lebih berkualitas melalui pelatihan keterampilan dan sejenisnya. Sehingga nantinya tidak ada lagi istilah menjadi kuli di negeri sendiri.

Ingat, jumlah penduduk yang banyak, tanpa diimbangi oleh tingkat kualitas yang baik hanya akan menjadikan negara kita menjadi pasar, hanya menjadi pembeli, menjadi konsumen, dan parahnya hanya akan menjadi kuli. Jika kita berhasil membangun pendidikan Indonesia dengan baik, niscaya Indonesia tidak hanya akan menjadi pasar, melainkan menjadi pabriknya karena sudah berhasil memproduksi sesuatu yang berguna dan menjadi kebutuhan masyarakat dunia.

Masih yakin kuantitas yang menjadi pemenang?

follow twitter | find facebook | see you tube | 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar