Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Jumat, 03 Oktober 2014

Surat Terbuka Untuk Anggota DPR-RI

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Saya hanya rakyat biasa. Tidak lebih dari sekedar sopir dan pencari rumput untuk ternak. Tapi itu tidak menjadikan alasan kemudian ada larangan bagi saya untuk mengirimkan surat terbuka ini, yang sangat saya khususkan kepada para anggota DPR-RI yang sudah resmi dilantik tanggal 1 Oktober 2014, baru lalu. Semoga apa yang saya sampaikan bisa memberikan pemahaman tersendiri bagi anda dalam berjuang di Parlemen.

Sebelumnya lebih baik saya ucapkan selamat atas dilantiknya anda secara resmi menjadi anggota dewan periode 2014-2019, dan saya juga ingin mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali anda menjadi anggota dewan, bagi mereka yang pada periode sebelumnya sudah menjadi anggota dewan.

Kondisi yang terjadi pada rapat perdana penentuan ketua dan jajaran pengurus DPR, yang diwarnai dengan kericuhan, cukup membbuat saya terhenyak. Pasalnya, ini baru hari pertama melakukan rapat; baru sekedar menyusun kerangka struktur pengurus; eh, kok sudah berantem? Saya yang menonton dari layar televisi, rasanya sangat menyesal mengikuti Pemilu Legislatif; karena ternyata sosok anggota dewan yang terpilih lebih cenderung menampilkan sisi kekerasannya, jika dibanding sisi lembutnya.

Apa sih yang anda ributkan? Posisi strategis dalam struktur lembaga memang sangat diharapkan oleh Partai yang menjadi kendaraan anda ke senayan. Tapi perlu anda ingat, Partai hanyalah sekedar kendaraan, dan bukan majikan atau apalah itu. Anda-anda semua melenggang ke senayan atas dasar kepentingan rakyat, bukan atas dasar kepentingan partai. Baru mengawali bekerja saja sudah ribut, bagaimana nanti ke depannya? Mungkin yang ada justru terlena oleh kenyamanan yang diperoleh di senayan?

Saya tidak peduli ketua DPR dan jajarannya itu dari partai apa, koalisi mana, didukung oleh siapa, dan kekayaannya berapa, karena bagi saya yang paling penting adalah dia harus bisa mengakomodir, menjadi moderator, menjadi penengah, dan mampu membawa misi sosial parlemen dalam mensejahterakan rakyat. Jika ada sosok yang diusung oleh partai dan kemudian disetujui oleh koalisi, namun kinerjanya hanya berjuang demi partai dan koalisi, orang yang seperti ini sangat tidak layat untuk memimpin parlemen.

Sekarang saya tanyakan kepada anda-anda semua; apakah anda rela dipecat oleh partai yang menjadi kendaraan politik anda hanya karena anda bersuara lantang menentang keputusan partai yang menurut anda akan sangat memberatkan bagi rakyat? Jika jawaban anda yang tulus keluar dari hati adalah tidak rela, itu sangat membuktikan bahwa anda hanya sekedar boneka partai. Tidak lebih, meskipun sebenarnya ada kata-kata yang lebih pantas untuk mewakili hal itu.

Tapi, jika jawaban anda tulus dari hati menyatakan rela dan siap diapakan juga oleh partai, saya, dan mungkin ratusan juta penduduk Indonesia sangat memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas keputusan anda, karena itu sudah membuktikan bahwa anda adalah wakil rakyat yang memang seharusnya memperjuangkan rakyat yang diwakilinya. Terimakasih, jika memang jawaban anda seperti itu.

Melihat dandanan, gaya dan kendaraan anda saat datang menghadiri pelantikan, saya yakin bahwa kehidupan anda (sebagian besar) sudah mapan, lebih dari cukup, dan sukses secara sosial. Jika anda sudah mendapatkan gaji Rp. 50 juta lebih, ditambah dana penyerapan aspirasi dan uang muka kendaraan, tentu sangat kecil kemungkinan jika anda akan melakukan korupsi bukan?

Pertanyaannya adalah; jika kemudian hari nanti para penguasa partai secara implisit meminta upeti, setoran, jatah, dan bagian dari proyek-proyek yang menjadi tugas kewenangan anda; bagaimanakah sikap anda? Jika anda memutuskan untuk memberikan apa yang partai minta, namun kemudian pendapatan anda tergerogoti hingga akhirnya menjadi pelaku korupsi, maka tidak sepantasnya anda menjadi wakil rakyat.

Mungkin anda melakukan itu karena mendapat ancaman pemecatan dari partai? Sebenarnya anda itu wakil siapa sih? Wakil kepentingan partai, yang lebih mirip sebagai “kambing congek” partai, atau wakil rakyat yang harus berjuang untuk kepentingan rakyat? Mungkin saya lebih salut kepada anda yang siap keluar dari partai, dan tidak menjadi “kambing congek” partai, demi perjuangannya untuk rakyat.

Yang terakhir, yang mungkin bisa saya sampaikan adalah; hati-hati dalam bertindak, melangkah, dan  memutuskan. Pikirkan dengan matang,dengan jernih, setiap keputusan yang dibuat. Kerjakan tugas-tugas anda dengan berlandaskan pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan partai atau golongan; sesuai dengan sumpah jabatan anda. Hasilkan produk undang-undang yang menguntungkan segenap rakyat, dan bukan undang-undang yang hanya menguntungkan posisi kekuasaan, kedudukan, dan kepentingan partai belaka. Yang paling penting adalah jadilah anggota dewan yang disiplin dan tertib dengan senantiasa memenuhi ruang rapat parlemen, baik itu rapat membahas anggaran atau sekedar rapat membahas rakyat miskin.

Semoga tulisan ini dapat ditemukan, dibaca, diresapi, direnungkan, dan menjadi poin bagi anda bahwa anda bukanlah wakil partai. Bahwa anda bukanlah “kambing congek” partai. Bahwa anda adalah sebenar-benarnya mewakili rakyat Indonesia.

Wassalam….

follow twitter | find facebook | see you tube | 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar