Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 05 Oktober 2014

Perjalanan Nekat Setelah Bangkit dari Kubur

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Tolong jangan salah sangka terhadap judul di atas. Ini sengaja saya lakukan karena memang pada kenyataannya yang terjadi adalah seperti itu. Tapi, yang saya maksudkan “Bangkit dari kubur” di sini adalah sebuah mobil Carry ST 100, tahun 1987, setidaknya begitu yang tertulis dalam STNK. Hanya itu, dan bukan tentang manusia yang mati, dikubur, dan kemudian bangkit kembali.

Cerita ini berawal ketika pada suatu saat saya mendapatkan kenalan seorang mantan mekanik sebuah perusahaan bus malam. Beliau sudah cukup berumur dan sangat berpengalaman dalam urusan teknis kendaraan, khususnya mesin diesel. Ini semua terjadi secara kebetulan dan sama sekali diluar rencana.

Kami panjang lebar mengobrol, sampai pada akhirnya beliau meminta kepada saya sebuah pekerjaan untuk mengisi kekosongan kegiatannya. Bukan sebuah pekerjaan tetap tentunya, karena itu ingin beliau lakukan untuk mengurangi kejenuhan di sawah, dan sebagainya. Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa, dan setelah itu kami putus kontak cukup lama.

Suatu saat saya mengunjungi rumah Budhe, tepatnya kakak ipar dari mertua saya. Di tempat itu terdapat satu unit mobil Suzuki Carry ST 100 tahun 1987, mata kucing yang terbengkalai. Bangkai mobil tersebut sudah hampir 3 tahun dibiarkan teronggok di garasi, menjadi sarang tikus, tempat kucing beranak, dan sarang kecoa. Saya sendiri merasakan sayang melihat mobil tersebut terbuang.

Tapi saat itu, ada beberapa orang yang melihat-lihat bangkai mobil tersebut, ditemani oleh pemiliknya yang merupakan menantu dari budhe. Usut punya usut, ternyata orang tadi berniat untuk membeli unit mobil tadi dalam keadaan besi tua, alias ditimbang besinya dan bukan unit mobilnya. Sontak saya terhenyak, karena menurut saya jika telaten bukan tidak mungkin kendaraan tersebut akan bisa berfungsi.

Langsung saya katakan kepada Mas Z, pemilik mobil tadi; sayang kalau harus dijual kiloan, padahal jika mau dirombak masih bisa berfungsi kok. Tanpa disangka, Mas Z langsung memberikan persetujuan. Saya langsung teringat dengan kenalan saya yang sudah saya sebutkan di bagian awal tulisan ini, dan tanpa menunggu lama akhirnya beliau saya ajak untuk mengecek mesin si Carry tadi.

Singkat cerita, ternyata keadaan mesin masih sangat oke. Yang menjadi perhatian adalah rem di keempat rodanya yang macet karena termakan karat, kopling yang berkarat, dan kondisi bodi yang keropos di sana-sini. Kemudian diputuskan untuk merombak bodi terlebih dahulu sebelum membenahi yang lainnya, tapi itu setelah membersihkan karat pada teromol rem tentunya.

CarryMembutuhkan waktu hampir delapan bulan untuk menjadikan mobil Carry ST 100 itu siap jalan; meskipun sebenarnya masih sangat banyak yang masih harus diperbaiki. Misalnya, roda-roda masih belum dispooring, balancing dan ganti pelek. Maklum, keadaan peleknya masih kurang layak, dan mungkin ada sedikit retakan halus.

Akhirnya, pada tanggal 9 Agustus 2014, mobil tersebut saya uji pakai menuju ke Malang, dan Blitar bersama anak, istri, ibu, ibu mertua dan sepupu dari istri. Kami berangkat dari rumah sekitar jam 11 siang, mengingat masih harus menunggu salah satu penumpang yang masih berdinas.

Keadaan awal sih lancar-lancar saja, tapi begitu kecepatan mencapai angka 60 km/jam, mobil bergetar sangat hebat. Sampai-sampai para penumpang ketakutan dan berpikiran untuk mengurungkan perjalanan itu. Saya tenang saja, karena menurut saya hal itu hanya disebabkan roda yang masih belum balance dan spoor. Solusinya adalah, saya menjalankan kendaraan di bawah 55 km/jam.

Jam 13 siang, kami mampir di Pasuruan sambil menngecek kondisi kendaraan, mengingat saat itu adalah untuk pertama kalinya si ST 100 dibawa pergi jauh. Ternyata masih dalam taraf aman terkendali. Justru ujian sesungguhnya adalah ketika masuk daerah Purwosari, dimana mulai dari tempat itu kondisi jalanan sangat padat.

Kendaraan hanya bisa berjalan beberapa meter untuk kemudian berhenti cukup lama. Yang saya khawatirkan adalah kondisi mesin yang overheat, namun ternyata sampai masuk kota malang sekitar jam 5 sore, setelah sekitar 2 jam bergelut dengan macet. Kaki kiri saya rasanya pegal minta ampun, mengingat kopling mobil ini sangat keras.

Putri Kecil BerposeSaya putuskan untuk beristirahat di Masjid Agung alun-alun Malang, sambil sholat, dan mengecek kondisi terakhir kendaraan. Ternyata kondisi kendaraan masih sangat layak, tidak mengalami overheat, rem normal, ban masih oke, dan masih siap untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah meninggalkan Malang selepas maghrib, akhirnya kami sampai di tempat tujuan sekitar jam 8 malam. Langsung mandi, beres-beres, makan, dan tidur, agar esok harinya bisa fresh.

PutriRaraIni Mobilku

Setelah hari itu berkeliling menggunakan mobil yang baru bangkit dari kubur, tepat jam 13 siang kami memutuskan untuk kembali pulang ke Jember. Perjalanan pulang hampir sama dengan perjalanan sewaktu berangkat, dihiasi oleh kemacetan yang sangat panjang, dan masih ditambah dengan hujan yang cukup deras, walaupun hanya sebentar.

Kendala yang cukup mengganggu, meskipun tidak parah justru terjadi disaat perjalanan sudah memasuki desa tetangga. Yang artinya hanya tinggal beberapa menit saja dari rumah. Kendala itu adalah, lampu utama sebelah kanan tiba-tiba mati. Sekitar 100 meter kemudian, menyusul lampu utama yang sebelah kiri. Akhirnya, kami berjalan menembus malam menggunakan lampu jauh saja.

Tepat jam 12 malam, kami berhasil masuk rumah. Secara umum, perjalanan nekat ini cukup berhasil, meskipun mobil yang digunakan baru bangkit dari kuburnya. Dan yang patut kami syukuri adalah, matinya lampu utama yang sudah menjelang sampai di rumah. Tidak terbayang jika matinya lampu utama tersebut ketika masih di Malang, Probolinggo, atau bahkan ketika masih berangkat?

Terimakasih Allah, terimakasih suzuki Carry ST 100. Terimakasih sobat dan saudara semuanya.

Wassalam….

follow twitter | find facebook | see you tube | 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar