Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Kamis, 25 September 2014

Suatu Hari Di Rumah Sakit

By :  Pakdhe U ®

JBR/id. Pernah suatu ketika saya mengantarkan sebuah keluarga untuk berobat jalan ke sebuah Rumah Sakit Pemerintah. Dua kali saya memberikan jasa angkutan tersebut. Yang pertama, mengantarkan untuk berobat jalan, sedangkan yang kedua, tentulah untuk kontrol. Dari dua perjalanan tersebut, saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan saya pikir sangat layak untuk saya share di sini. Semua ini tentang pelayanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.

Pagi itu, dengan ditemani hujan gerimis, saya membawa kendaraan dengan santai. Maklum, keluarga yang saya antarkan sudah cukup “sepuh” (bhs. jawa = Tua) dan tidak suka ngebut. Toh, mobil yang saya bawa juga tidak mendukung untuk perjalanan ngebut. Kami ngobrol santai dan tanpa terasa satu jam kemudian kami sudah sampai di tempat tujuan. Hujan juga sudah reda.

2014-06-23 11.15.22Yang saya antarkan ini kebetulan adalah Kakak ipar mertua saya, jadi saya juga mempunyai kesempatan untuk ikut masuk ke Rumah Sakit. Maksud hati sih untuk sekedar melihat-lihat, siapa tahu ada hal yang layak untuk di share. Kondisi rumah sakit saat itu cukup penuh sesak, bahkan beberapa calon pasien bersama keluarganya harus rela menunggu di depan lobby.

Oya, Pakdhe (saya menyebutnya begitu) ini mengeluh sakit mata dan merupakan pensiunan PNS yang cukup lama. Kebetulan saat itu kelupaan membawa kartu ASKES yang beliau miliki. Maka jadilah beliau didaftarkan sebagai pasien umum, dengan biaya sekitar 80 ribu rupiah. Setelah hampir 2 jam menunggu, akhirnya Pakdhe mendapat kesempatan untuk memperoleh nomor urut ke poli mata.

Di depan poli mata yang ada di lantai 2, kami masih harus menunggu sekitar 30 menit untuk dipanggil masuk. Sambil menunggu, saya melihat-lihat sekeliling Rumah Sakit yang sudah dibangun dengan megah tersebut. Sampai akhirnya giliran Pakdhe sudah tiba, dan hanya perlu waktu 15 menit untuk diperiksa, Pakdhe sudah keluar ruangan dengan membawa selembar resep dokter. Sambil pulang, resep tadi ditebus di apotek terdekat dengan biaya Rp. 180 ribu. Tidak sampai jam 2 siang, kami sudah sampai kembali ke rumah.

Satu minggu kemudian, pada saat Pakdhe harus kontrol, saya kembali mengantarkan beliau. Namun untuk kali ini, beliau ingin mencoba memanfaatkan fasilitas ASKES yang dimilikinya, dengan harapan bebas biaya. Meskipun sebenarnya oleh keluarga yang lain tidak begitu diperkenankan.

Singkat cerita, kami sudah sampai di Rumah Sakit jam 8 pagi, dan kondisinya tetap ramai seperti biasanya. Langsung saja, menantu Pakdhe mendaftarkan ke bagian pasien ASKES. Setelah 3 jam menunggu (beda 1 jam dengan pasien umum), akhirnya dapat nomor urut ke poli mata, sekitar jam 11 siang.

Berada di poli mata tidak ada bedanya dengan ketika mendaftar sebagai pasien umum. 30 menit menunggu dan 15 menit diperiksa. Setelah itu baru mendapatkan resep yang harus ditebus di apotek khusus ASKES, di dalam lobby. Menantu Pakdhe yang kebagian menebus resep tersebut.

Jam 2 siang, berarti sudah sekitar 2 jam 15 menit menunggu sejak dari keluar poli mata, menantu Pakdhe masih belum keluar juga dari Apotek. Akhirnya kami tinggal sholat di masjid dalam Rumah Sakit. Barulah 10 menit kemudian menantu Pakdhe menyusul dengan membawa obat yang hanya 2 macam dari 3 macam yang ditulis dalam resep.

Saya mencoba membaca, ternyata obat yang diresepkan tidak sama dengan yang diberikan ketika mendaftar sebagai pasien umum. Mungkin karena gratis, jadi diberikan obat yang biasa-biasa saja. Terbukti, ketika 1 macam yang tidak ada tersebut ditebus di apotek luar, harganya sangat murah. Akhirnya, tepat jam 3 sore kami baru pulang ke rumah dan sampai rumah jam 4 sore.

Bayangkan; jika mendaftar sebagai pasien umum, dengan biaya sekitar Rp. 300 ribu termasuk obat dan bensin, kami bisa sholat dhuhur di rumah, karena sebelum jam 2 sudah sampai. Pun dengan obat yang diresepkan, cukup baik, berkualitas dan ada harganya (baca mahal)

Sedangkan ketika mendaftar sebagai pasien askes, meskipun hampir tidak mengeluarkan biaya (karena cuma biaya makan dan bensin saja, berobat dan obat di apotek askes gratis), tapi waktu yanng diperlukan sangat luar biasa melelahkan. Jam 4 sore baru sampai di rumah. Itupun, obat yang diberikan juga tidak lebih baik dari sebelumnya.

Kenapa harus ada perlakuan seperti ini yang saya rasa cukup diskriminatif. Sebagai lembaga yang melayani kesehatan masyarakat, seharusnya memberikan pelayanan yang sama, tidak perduli membayar sebagai pasien umum atau mendaftar menggunakan askes.

Kalau begini caranya, mungkin berupaya untuk sekuat tenaga jangan sampai sakit adalah pilihan terbaik bagi kita. Daripada membuang waktu dan tenaga untuk pelayanan yang kurang pantas, bagi yang memanfaatkan fasilitas askes. Lalu apa gunanya iuran bulanan jika pelayanan yang diperoleh hanya seperti ini?

Mungkin, di tempat anda tidak demikian…

Wassalam….

follow twitter  | intip You Tube  | temukan facebook |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar