Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Jumat, 12 September 2014

Wacana "PILKADA TIDAK LANGSUNG", Dagelan Politik Gaya Baru

Opini By : Pakdhe U ®

Jember.id/ Gonjang-ganjing panggung politik Indonesia kian hari kian seru saja untuk diikuti, meskipun jika dinalar dengan akal waras, sangat jauh dari kata masuk akal. Yang terbaru, dan cukup membuat miris adalah tentang RUU Pilkada yang mengusulkan akan pemilihan Kepala Daerah Tidak Langsung. Alias, jika RUU ini di sahkan oleh DPR, pemilihan Kepala Daerah akan dilakukan oleh anggota Dewan. Saya rasa ini hanyalah sebuah dagelan belaka.

Meskipun sebenarnya, menurut yang saya ketahui, RUU ini sudah mulai dibahas di DPR RI sejak tahun 2010, namun gong-nya seolah mulai menggema tahun ini. Lihat saja, banyak pengamat politik yang kemudian ramai-ramai mengkritisi wacana tersebut. Alasan mereka mengkritisi adalah karena wacana tersebut sangat jauh menyimpang dari nilai luhur sebuah demokrasi murni rakyat yang sebenarnya sudah mulai terbangun.

Bahkan, menurut sebagian pandangan Pengamat, hal ini (disahkannya RUU Pilkada Tidak Langsung) akan menyeret kita kembali ke masa kegelapan dimana Kepala Daerah hanya akan menjadi sapi perah anggota Dewan. Akan membawa kita mundur ke era dimana kepentingan Partai Politik lebih dikedepankan daripada kepentingan Rakyat yang sesungguhnya lebih memiliki kedaulatan.

Bukan maksud saya untuk mendukung Sdr. Ahok, tapi yang jelas saya sangat sepakat dan memiliki pandangan yang sama terkait wacana ini. Menurut saya, sebagaimana menurut belliau, jika RUU ini benar-benar berhasil disahkan, selain rakyat dikibuli mentah-mentah dan hanya dimanfaatkan suaranya untuk mendulang kemenangan Partai dalam PILEG, akan mengarahkan kembali kepada suburnya deal-deal Politik yang bernuansa jual beli kekuasaan.

Bisa jadi, nantinya akan terjadi dalam Pemilihan Legislatif (PILEG) tingkat partisipasi rakyat dalam ikut pemilu menjadi nol persen. Mengapa demikian, karena mereka tidak memiliki keyakinan dan gambaran tentang siapa dan bagaimana tokoh yang akan dipilih anggota DPR untuk menjadi Kepala Daerah. Ketakutan mereka bisa diibaratkan bagai membeli kucing dalam karung. Akhirnya, daripada nanti kucing yang didapatkan tidak sesuai harapan, lebih baik tidak usah membeli kucing saja.

Ada juga yang berpandangan lain. Bahwa strategi ini memang sengaja di “push” oleh pihak-pihak yang merasa kalah dalam Pilpres yang lalu, dan merasa koalisinya di Parlemen menjadi yang mayoritas. Mungkin tujuan utama mereka adalah untuk menjegal setiap kebijakan Presiden Terpilih, yang posisinya gagal mereka dapatkan, melalui Semua Kepala Daerah yang mereka pilih.

Mungkin, bahasa lebih halusnya adalah; anggap saja RUU ini goal, maka setiap Kepala Daerah di Indonesia akan dipilih oleh Parlemen. Yang kebetulan mayoritas anggota parlemen adalah Koalisi dari lawan politik Pemenang Pilpres lalu. Boleh dikatakan, setiap Kepala Daerah tersebut bisa bertindak bagaikan boneka mainan yang kemungkinan akan dimainkan secara kotor oleh pemilihnya (di parlemen) dalam tanda kutip; dengan tujuan mengabaikan, menolak, dan bahkan merusak konsep kepemimpinan dari pemenang Pilpres.

Jika pandangan dari sahabat saya yang hanya seorang pencari rumput ini benar adanya, maka tamatlah riwayat Indonesia. Ingat, Majapahit runtuh karena perebutan kekuasaan, Mataram Hindu dan Islam juga runtuh karena hal yang sama, bukan tidak mungkin jika hal ini dibiarkan terjadi,Indonesia juga akan runtuh.

Tidak ada sejarahnya sebuah negara besar runtuh tak bersisa hanya karena mendahulukan kepentingan Rakyatnya. Yang ada justru Rakyat akan berusaha untuk membuat negara yang telah mendahulukan kepentingan mereka akan tetap berdiri gagah, berdaulat dan mengantarkan menuju kejayaan.

Apapun itu, ini hanya sekedar keluh kesah rakyat yang awam tentang Politik. Semoga saja RUU Pilkada Tidak Langsung akan berhenti di tengah jalan. Sukses Rakyat Indonesia.

terimakasih telah berkunjung pada Blog ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar