Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Selasa, 01 Juli 2014

Ketika Manusia Diciptakan Berbeda

Renungan Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Setidaknya begitu yang dikatakan dalam Kitab Al-Qur’an. Namun, apakah kemudian hal tersebut menjadikan manusia benar-benar sempurna? Tentu tidak! Karena, di lain sisi, manusia juga merupakan makhluk yang paling rapuh. Paling rentan terhadap perubahan dan yang lebih jelas nampak nyata adalah, makhluk yang paling sulit untuk memahami ayat ayat yang terbentang nyata.

SAM_1658Pun, jika kemudian disebutkan sebagai makhluk paling sempurna, itu hanyalah karena manusia diberi kelebihan karunia akal dan pikiran. Tidak seperti makhluk lainnya yang mungkin hanya dibekali dengan insting belaka. Tapi jangan salah, kelebihan akal dan pikiran inilah justru yang menjadi titik kelemahan manusia. Dengan kecerdasan akal dan keunggulan pikirannya, manusia menjelma menjadi makhluk yang egois, sombong dan bahkan menjadi biadab. Tak jarang, kebiadaban manusia sama, bahkan jauh melebihi kebiadaban binatang liar.

Hal ini tentulah menjadikan pembeda yang paling besar antara manusia dengan makhluk sesama ciptaan Allah yang lainnya. Ketika seekor buaya mengandalkan insting berburu dan kekuatan tubuhnya untuk bertahan hidup, manusia dengan mengandalkan kecerdasan dan akal pikirannya, bisa melakukan sesuatu yang tidak hanya sekedar untuk bertahan hidup saja.

Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia mampu mengolah sesuatu yang sederhana menjadi lebih berkelas dan memiliki nilai jual yang tinggi. Misalnya, dari beberapa rotan yang dibentuk sedemikian rupa menjadi suatu benda seni bernilai tinggi, manusia mampu mendapatkan penghasilan lebih kalau hanya untuk bertahan hidup saja.

Tidak hanya cukup sampai disitu, manusia juga memiliki satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan. Apakah itu? Keserakahan. Ya, keserakahan manusia telah nyata menghasilkan banyak perubahan di muka bumi ini. Alam yang tadinya begitu indah untuk dinikmati, dengan alasan pemanfaatan ekonomi, meskipun sebenarnya merupakan bentuk halus dari keserakahan, terpaksa harus tercabik-cabik demi mengeruk hasil tambang yang terdapat di dalamnya.

Manusia bukanlah binatang yang cukup puas mendapatkan apa yang diberikan dari alam dengan tidak meminta lebih; karena memang binatanng tidak memiliki kelebihan untuk mendapatkan yang lebih banyak dari alam. Tapi, manusia justru lebih dari sekedar binatang yang mendapatkan secuil kecerdasan yang kemudian menjadikannya lebih serakah atas segala hal yang dia inginkan.

Manusia terkadang melupakan satu hal yang paling mendasar, yaitu tentang titahnya terlahir di dunia, yaitu sebagai pemimpin. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa; manusia terlahir (tercipta) di dunia yaitu untuk menjadi Khalifah atau bahasa umumnya adalah Pemimpin. Setidak tidaknya untuk memimpin diri sendiri, memimpin “kehendak” hati yang lebih cenderung liar yang yang paling utama adalah memimpin “egoisme sesaat” yang menyesatkan manusia untuk menolak segala bentuk kepemimpinan manusia di sebelahnya, yang pada akhirnya manusia menjadikan dirinya lebih pantas memimpin daripada dipimpin.

Manusia lebih suka melupakan titik kenyamanan sebagai pihak yang dipimpin, diarahkan maupun ditunjukkan jalan, dan akan senantiasa mengingat bahwa manusia lain tidak ada yang sebaik dirinya dalam memimpin. Akibat nyata dari sikap ini adalah terjadinya perebutan kekuasaan di hampir semua sektor kehidupan. Politik, Pertahanan dan bahkan Budaya. Bahkan kerap kali, dengan bekal keserakahan yang sudah membuncah dalam sanubari kotor mereka, pertumpahan darah masih dipandang sangat mutlak diperlukan dalam mereguk keinginan yang sejatinya tidak pantas diperebutkan tersebut.

Seorang pemimpin yang baik, tidak akan pernah mengajukan dirinya untuk memimpin; tidak pernah menyatakan dirinya lebih layak untuk memimpin; melainkan dengan arif senantiasa mendapatkan kepercayaan dari orang banyak dan memperoleh keyakinan untuk memimpin berdasarkan kehendak massa.

Sebagaimana wajah manusia yang diciptakan berbeda satu dengan yang lainnya; tidak seperti monyet yang memiliki garis rupa wajah dan bentuk yang identik satu sama lainnya; pun dengan kedalaman hati,kematangan berpikir dan kejernihan niat dalam hati mereka yang hampir dapat dipastikan memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya, meskipun mereka sebenarnya adalah satu spesies yang sama, yaitu manusia.

Lalu, apakah kita harus memandang perubahan tersebut dengan sederhana? Tidak! Tuhan menciptakan manusia sebagai satu spesies yang memiliki (dilengkapi) akal dan pikiran, namun dari milyaran manusia yang memadati bumi, tidak ada satupun hal yang sama identik. Meski mereka kembar identik, secara psikologis tentu ada saja perbedaannya. Kita harus memandang hal (perbedaan) tersebut sebagai satu cara untuk merenungkan sebuah formula terbaik dalam menjalani hidup dalam titah kita sebagai Pemimpin (setidaknya) diri sendiri maupun orang lain. Diharapkan dengan adanya perbedaan tersebut kita mampu menggali formula yang tepat yang sekiranya mampu menjauhkan diri kita dari kesesatan berpikir sebagai dampak dari penguasaan ego, kerakusan dan ke”aku”an yang begitu kuat.

Akhirnya; bagaimana dengan anda selama ini?

Ditulis untuk direnungkan> Pakdhe U | Windows Live Writer | You Tube | Copyright@2014-01.07 |

Sampai ketemu di Tulisan Selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar