Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Jumat, 16 Desember 2011

Riwayat Belalang Tempur

clip_image002Pakdhe U, Jember-Indonesia. Sebuah sepeda mini jenis BMX, dari dua sudut pandang yang berbeda, sebagaimana tampak pada gambar yang penulis sertakan dalam posting saat ini, merupakan merupakan saksi sejarah masa-masa berat penulis. Sepeda bersejarah tersebut penulis beri nama “Belalang Tempur”, mengingat tugasnya yang memang untuk bertempur menaklukkan segala keterbatasan penulis, pada masa itu.

Si Belalang Tempur, mula-mula adalah merupakan sepeda bekas yang dibeli dari sebuah pasar loak Kecamatan. Tujuan dari dibelinya sepeda tersebut adalah sebagai hadiah atas kelulusan penulis menempuh pendidikan dasar dan diharapkan bisa digunakan untuk alat transportasi selama menempuh pendidikan lanjutan.

Namanya saja sudah hadiah, sejelek apapun bentuknya, seburuk apapun kondisinya dan bagaimanapun keadaannya, penulis menerimanya dengan perasaan yang sangat senang. Setidak-tidaknya, penulis merasa bahwa prestasi yang diraih, memang layak untuk diapresiasi. Saat pertama mendapatkan sepeda tersebut, nama Belalang Tempur masih belum menjadi nama resmi. Baru setelah enam tahun kemudian, nama Belalang Tempur disematkan sebagai nama resmi.

Setiap pagi jam 06:00 wib, selama enam tahun tanpa henti, Belalang Tempur selalu bisa diandalkan untuk mengantarkan penulis menuju sekolah. Sedangkan sepulang sekolah jam 14:00 wib, Belalang Tempur juga tetap bisa diandalkan untuk bermain bersama teman yang lain. Singkat kata, kemanapun penulis pergi bermain, Belalang Tempur selalu siap untuk diandalkan.

Pada tahun ke enam memiliki Belalang Tempur, setelah lulus sekolah menengah, kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Kota Malang. Saat hijrah ke Malang tersebut, Belalang Tempur juga tak luput dari daftar barang yang harus dibawa. Dengan tanpa sedikitpun gengsi dan rasa malu, Belalang Tempur penulis jadikan sebagai moda utama menuju kampus. Itulah alasannya mengapa nama Belalang Tempur dipilih menjadi nama resmi.

clip_image004Selama di Kota Malang, jalan utama, jalan arteri, bahkan gang-gang sempit sudah pernah dijelajahi oleh sepeda ini. Jalan Soekarno Hatta, jalan Panjaitan, Veteran, Raya Dieng, bahkan Ahmad Yani juga pernah menjadi santapan Belalang Tempur. Tempat parkir Gramedia, Hero, Alun-alun, Brawijaya, Unmuh, Widya Gama, IKIP (Univ. Negeri Malang), semuanya pernah merasakan jejak-jejak roda si Belalang Tempur.

Namun, diantara semua kenangan tersebut, yang paling menjadi sejarah bagi penulis adalah saat sepeda tersebut menjadi saksi bisu jatuh cintanya penulis kepada seorang gadis. Gadis tersebut adalah Swandari Safrida. Seseorang yang manis, cantik, dengan mata coklat berbinar, cerdas dan anything she can do.

Meskipun begitu, penulis lebih nyaman menyebutnya dengan nama Ais. Selama penulis terdampar di rimba Malang Raya, hanya Ais, satu-satunya gadis cantik yang pernah penulis bonceng dengan Belalang Tempur. Karena jenis sepedanya BMX, dan kebetulan memang tidak ada boncengannya di belakang, maka Ais penulis tempatkan di depan.

Sebenarnya Ais tidak cukup lama berada dalam boncengan. Namun menit-menit yang indah tersebut, menghasilkan kenangan tersendiri bagi penulis terhadap seorang Ais. Mungkin saat itu Ais tidak menyadari jika penulis sedang menaruh hati padanya. Yang pasti, hingga detik terakhir meninggalkan Malang, dia masih belum memberikan hatinya untuk penulis. Bahkan hingga seratus purnama berikutnya, hatinya tetap masih belum takluk.

Itu semua adalah riwayat penulis bersama Belalang Tempur yang butut dalam menemukan oase kehidupan tentang cinta serta ilmu. Riwayat yang indah untuk dikenang, meski pahit untuk dirasakan. Dan saat ini, seorang Merak Kecil, yang meskipun tidak sekelas anything she can do, dia memberikan cintanya yang luar biasa untuk penulis hingga detik ini. Dia tahu dan paham tentang semua riwayat penulis, khususnya bersama Belalang Tempur. Karena Belalang Tempur jugalah yang menyertai penulis untuk menaklukkan hatinya.

Selama dua tahun, setiap malam penulis mengunjungi Merak Kecil demi meraih hatinya. Akhirnya, beberapa waktu kemudian dia resmi menjadi istri penulis, bahkan saat ini sedang dalam tahap menjadi ibu dari anak-anak penulis. Belalang Tempur, saksi bisu tentang perjuangan meraih cinta. Saksi sejarah penolakan demi penolakan cinta dan saksi atas bersatunya dua hati untuk selamanya. Belalang Tempur dalam perjuangan, kesedihan, kepasrahan, ketegaran dan kebahagiaan.

**Hentikan PERANG sekarang juga! Hentikan KEKERASAN sekarang juga! Stop WAR, right now!**

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer | Copyright@11122011/2017 |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar