Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Sabtu, 17 Desember 2011

Janji Manis Buaya

Pakdhe U, Jember-Indonesia. Pernah mendengar atau melihat, baik secara langsung maupun melalui media massa, televisi maupun cetak, tentang seseorang atau sekelompok politisi, menandatangani janji politik? Dalam perjanjian yang mereka tandatangani di atas materai tersebut tertulis kesediaan mereka untuk; mundur dari jabatan, dimiskinkan, diasingkan, dikucilkan bahkan ada yang dengan tegas menyatakan siap dihukum mati, jika mereka "terbukti" terlibat kasus korupsi.

Dengan kata lain, mereka sudah memberikan janji kesediaan mereka untuk diperlakukan sebagaimana tertulis dalam kontrak politik mereka. Namun semua itu dengan catatan, jika dalam sebuah kasus korupsi, mereka "terbukti" terlibat. Terbukti, dengan tanda kutip, memiliki makna yang teramat sangat luas. Bahkan kalau boleh dikatakan oleh penulis, kata terbukti adalah peluang atau celah sempit untuk mengelak dari semua tuduhan korupsi; kalau memang ada.

Sejak jaman Romawi kuno, sampai sekarang, politik itu abu-abu, untuk lebih menghindari kata "kotor", dan siapapun yang terlibat dalam politik tersebut sudah dapat dipastikan akan terkena imbas abu-abu. Penulis tidak menafikkan, bahwa masih ada juga diantara mereka para pelaku politik yang bersih dan santun. Namun kebanyakan dari mereka, justru diasingkan, disingkirkan bahkan nomor duakan dalam setiap kegiatan politik.

Mungkin, mereka yang sudah meneken janji tersebut, memang benar-benar tulus untuk berjanji dari lubuk hatinya yang terdalam. Namun bukan berarti kita harus begitu saja menerima janji tersebut dan menganggap semua permasalahan selesai. Tidak! Kita sebagai rakyat yang diwakili oleh mereka, yang sangat menggantungkan nasib kepada mereka para politisi, juga harus jeli melihat janji tersebut. Jangan-jangan itu hanya janji manis buaya!?

Jangan-jangan {ini hanya prasangka}, mereka berani menjanjikan hal tersebut karena sudah mengetahui sebuah cara untuk menghindar dari kejaran hukum, jika ternyata mereka memang benar-benar terlibat korupsi? Katakanlah, mereka mempunyai cara agar kejahatan mereka "tidak terbukti", atau "tidak cukup bukti". Caranya bagaimana? Mereka bukan orang bodoh yang dengan mudahnya melakukan segala bentuk korupsi seorang diri. Untuk menghilangkan jejak, bisa saja mereka "pinjam" tangan orang lain yang bisa dan mau dipinjam. Contoh kasus; Gayus Tambunan, yang diperkirakan hanyalah alat atau tangan pinjaman dari "aktor korupsi" yang sebenarnya. Bisa saja "aktor" tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh yang pernah menyediakan diri untuk dihukum dan sebagainya, jika terbukti korupsi.

Dengan caranya yang licik, mereka para aktor tersebut juga memanjakan bang Gayus selama di penjara. Fasilitas mewah, liburan ke Bali bahkan layanan "kebutuhan khusus" juga disediakan. Mungkin {prasangka saja}, semua itu diberikan agar bang Gayus tidak "menyanyi" tentang "lagu lama" sang aktor. Atau juga, layanan liburan tersebut ditujukan untuk memberikan konseling atau briefing tentang apa saja yang harus dijawabkan jika ditanya oleh penyidik. Siapa yang tahu?

Jadi, saat penulis melihat tayangan televisi atau membaca koran tentang janji muluk, kontrak politik dan apalah itu namanya, penulis hanya bisa tertawa dalam hati. Sampai kapanpun, walau bersumpah janji hingga mulutnya berbuih, yang namanya hati busuk tetaplah hati busuk. Niat untuk korupsi akan tetap ada, selama hati busuk masih dipelihara! Mungkin mereka tidak berani jika diajak untuk "sumpah pocong?", karena keberanian mereka hanyalah sebatas janji manis buaya.

Menurut penulis yang hanya "tukang rumput" ini, korupsi di Indonesia sudah teramat sangat kronis, sehingga akan sangat sulit untuk membuktikan ada atau tidak adanya korupsi, apalagi untuk memenjarakan pelaku korupsi? Hal ini disebabkan; hampir semua lini birokrasi, hukum dan masyarakat, sudah fasih berkorupsi. Meskipun ada juga sebagian {kecil} yang tidak demikian. Mau urus ini, bayar sekian; mau daftarkan itu, bayar sekian; mau ini, mau itu, semuanya ada tarif silumannya. Bukannya itu merupakan tanda korupsi?

Semoga mereka yang membaca artikel ini tidak ada yang tersinggung, soalnya kalau ada yang merasa tersinggung, penulis berani jamin kalau mereka juga sama dengan "buaya". Sekarang mengapa harus tersinggung jika memang anda tidak pernah melakukan hal yang dimaksud dalam tulisan artikel ini? Heheh..

Sekian saja dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya..

**Hentikan perang, sekarang juga! Stop War, right now!**

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Sumber : Gagasan Pribadi | Blog Client : MS Word 2007 | Copyright@121211/1613

Tidak ada komentar:

Posting Komentar