Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 29 Januari 2012

Meninggalkan Budaya Instan

Pakdhe U®, Jember-IDN. Di jaman serba cepat sekarang ini, dituntut segala sesuatunya juga serba cepat. Instan, adalah istilah yang tepat untuk menerjemahkan bahasa tersebut. Instan, yang memiliki makna siap dalam sekejap, siap tanpa perlu banyak tenaga atau siap tanpa banyak persiapan, memang memberikan kesan praktis.

Praktis, karena memang kita tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu atau apapun yang kita inginkan. Jika dulu, sebelum ada mie instan, kita masih harus membuat adonan mie dan  meracik bumbunya sedemikian rupa; maka sekarang kita hanya tinggal menyeduhnya saja dengan air mendidih.

Kenapa? Karena di era yang serba instan ini, semua yang kita butuhkan untuk membuat semangkuk mie sudah disiapkan dalam satu bungkus mie tersebut. Kita tinggal meracik dan menyeduhnya dengan air mendidih. Sangat praktis!

Tidak hanya mie saja yang instan. Menurut pendapat penulis pribadi, saat ini instan sudah menjadi budaya yang bahkan sudah sangat mengakar dan menyentuh semua aspek kehidupan di masyarakat. Mulai dari aspek makanan, sebagaimana dicontohkan, sampai aspek pendidikan.

Instan, jika diterapkan dengan benar memang akan menciptakan sebuah kepraktisan dan kecepatan kinerja yang luar biasa. Namun, jangan salah; sikap instan yang salah justru akan menjadikan kita menjadi bangsa yang terpuruk.

Bayangkan jika ada diantara kita yang menghendaki mendapatkan gelar S-2 demi untuk meraih gaji yang tinggi atau menduduki jabatan tertentu dengan syarat S-2, tapi mereka memilih jalur instan? Dalam arti, mereka tidak perlu bersusah payah kuliah S-2, mengerjakan tesis, disertasi dan sebagainya namun cukup menyediakan dana sekian puluh juta, sudah mendapat gelar S-2.

Kita tidak perlu menutup mata rapat-rapat. Kita juga tidak perlu menutup telinga rapat-rapat. Sudah menjadi rahasia umum di tempat tinggal penulis, ada banyak lembaga pendidikan yang menawarkan program pasca sarjana dengan cara instan. Mereka terang-terangan menawarkan gelar S-2 dengan lama studi tidak sampai satu tahun, dari yang normal bisa sampai dua tahun. Tentu dengan kompensasi biaya yang tidak sedikit.

Sikap instan yang salah bisa juga disebut upaya menghalalkan segala cara untuk meraih segala keinginan kita. Kalimat “ menghalalkan segala cara “, memiliki konotasi yang sangat buruk. Karena, dengan menggunakan dalil tersebut, siapapun bisa menjadi apapun demi meraih apa yang diharapkan. Bahkan, seorang ulama pun bisa menjadi pembunuh. Sangat mengerikan.

Saat ini tanpa kita sadari, kita sudah tergiring menuju era serba instan. Era dimana kita tidak lagi menggunakan akal sehat kita untuk beraktifitas. Kita hanya dituntun untuk menggunakan ego, ambisi dan kekuasaan kita untuk bertindak. Sehingga, kita tak ubahnya seperti sebuah robot yang bisa dengan mudah diprogram untuk apapun.

Budaya instan, bertolak belakang dengan budaya mandiri. Nenek moyang kita sejak dulu terkenal dengan budaya mandiri. Budaya yang sebenarnya sangat baik dan mampu mencetak generasi yang kreatif. Namun, sayangnya budaya mandiri tersebut harus tergerus oleh kemajuan jaman dan berubah menjadi budaya instan.

Mulai detik ini, ayo kita coba bangun kembali sisa-sisa budaya mandiri dari nenek moyang kita. Kita tinggalkan budaya instan dan kita raih kemajuan dengan kemampuan kita bukan engan cara instan. Indonesia, akan menjadi sebuah raksasa jika dibangun dengan sikap kemandirian dan kekreatifan. Dan sebaliknya, akan menjadi liliput jika dibangun dengan sikap instan.

Sekian saja artikel singkat penulis dan sampai jumpa pada artikel-artikel selanjutnya.

^^ Di balik kepraktisan yang ditawarkan oleh sesuatu yang instan, pasti terselip satu poin yang kelak akan menjadikan kita lemah ^^ {Pakdhe U}

>>> Hentikan peperangan sekarang juga !!!

Sumber : Gagasan pribadi dan diolah dari berbagai sumber.

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Blog Client : Windows Live Writer 2011 | Copyrights © 290112/1718 www.pakdheu.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar