Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Kamis, 05 Januari 2012

Bendera Merah Pendidikan Indonesia

Pakdhe U, Jember-Indonesia. Dunia pendidikan Indonesia sedang menggeliat, mengejar ketertinggalannya dengan negara-negara lain, di dunia. Prestasi demi prestasi, baik di ajang Internasional maupun Regional, dengan gemilang berhasil diraih. Olympiade sains, Olympiade matematika dan berbagai lomba lainnya juga berhasil ditaklukkan.

Namun sayangnya, gambaran tersebut bukanlah representasi atau pengejawantahan dari dunia pendidikan Indonesia yang sesungguhnya. Dunia pendidikan di Indonesia, boleh dikatakan sedang menghadapi “bendera merah,” atau sedang dalam keadaan kritis!

Coba lihat gedung-gedung sekolah di berbagai pelosok nusantara. Coba hitung, ada berapa banyak gedung-gedung tersebut yang memprihatinkan? Hitung juga berapa banyak siswa yang bersedia sekolah di tempat tersebut? Atau, coba lihat di perempatan jalan di setiap kota besar. Berapa banyak anak-anak yang berkutat dengan kerasnya kehidupan, dan mungkin sebagian dari mereka sudah melupakan pendidikan?

Sekarang kita lupakan tentang itu semua. Penulis akan mencoba menyajikan fakta pendidikan dari sudut pandang yang lain, dan tentunya pasti mengejutkan.

Di tempat dimana penulis tinggal, terdapat sebuah sekolah Menengah Negeri yang mempunyai siswa cukup banyak. Sekolah tersebut adalah merupakan satu-satunya sekolah Menengah Negeri yang ada. Sedangkan, sekolah Menengah Negeri yang terdekat, jaraknya sekitar 8 km.

Sebagai daerah pesisir, dan mayoritas penduduknya adalah nelayan dan petani, maka tidak heran jika hampir 90% siswa sekolah tersebut adalah anak-anak kurang mampu. Buku dan perlengkapan sekolah lainnya, bisa dikatakan alakadarnya. Meskipun begitu, semangatnya untuk belajar patut kita apresiasi.

Mayoritas dari siswa-siswa sekolah Menengah Negeri tersebut, menuju ke sekolah dengan menggunakan sarana sepeda kayuh, meskipun jarak dari rumah ke sekolah ada yang sampai 7 km. Yang lebih mengenaskan lagi adalah, ketika sekolah sudah usai, mereka tidak serta merta bisa langsung belajar. Melainkan harus bekerja membantu kedua orang tuanya.

Penulis pernah berkesempatan untuk mengamati beberapa diantara mereka, dengan cara ikut ke rumah mereka setelah pulang sekolah. Selain harus mencari rumput untuk ternak orang lain,yang dipercayakan kepada orang tua mereka, mereka juga harus mencari kayu bakar dan beberapa yang lain bahkan harus menjadi buruh di sawah.

Mengenaskan.

Kalaupun pada akhirnya, nilai-nilai raport mereka cukup bagus, itu bukanlah nilai yang sesungguhnya. Karena, menurut beberapa tenaga pengajar yang penulis temui, yang kebetulan diantaranya ada saudara ipar penulis, mereka mengatakan bahwa nilai tersebut sudah di “olah” terlebih dulu.

Sehubungan dengan status sekolah tersebut yang sudah SSN (Sekolah Standar Nasional), maka ada aturan khusus yang entah datangnya darimana, bahwa nilai raport siswa “diharamkan” berada di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimum). Maka, demi mengejar target tersebut, nilai-nilai siswa harus di “olah” sedemikian rupa.

Karena penasaran dengan praktik “nilai sulapan” tersebut, penulis mencoba untuk mencari keterangan pada sekolah-sekolah lain di wilayah terdekat. Ternyata hasilnya juga sama. Menyedihkan!

Seharusnya, sekolah-sekolah pinggiran yang mayoritas siswanya juga bekerja, tidak perlu diberi status SSN. Asal mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak saja sudah cukup. Dengan pendidikan yang layak tersebut, kelak diharapkan mereka bisa merubah nasib mereka.

Inilah fakta yang penulis temui di sekitar tempat penulis. Semoga kenyataan ini hanya ada di sini, di tempat penulis. Sebab, jika ternyata hal ini juga terjadi di daerah-daerah lain, ini artinya bendera merah bagi dunia pendidikan kita. Semoga tidak terjadi di tempat lain saja yaah?

Salam untuk semuanya dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya…

Sumber :

  • Pengamatan Penulis
  • Pengalaman Pribadi

==Berpikirlah dengan lebih terbuka dan cobalah untuk memulai menghentikan semua permusuhan yang ada, sehingga kedamaian akan hadir. Hentikan Perang Saat Ini Juga! Stop War, Right Now!==

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Copyright@201211/2059 | Blog Client : Windows Live Writer 2011

+ Belajarlah untuk menjadi apa adanya, karena apapun yang sebagaimana apa adanya adalah tak ternilai + (Pakdhe U)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar