Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Kamis, 28 November 2013

Yuuk Kita Korupsi, Bro…

Something else By : Pakdhe U ®

Jember.id.. Membaca judul di atas, siapapun pasti akan bertanya dengan sedikit hati terhenyak. Masa mungkin saya mengajak kita semua melakukan korupsi? Satu hal yang sebenarnya menjadi perbuatan terlarang (berdasarkan undang-undang) di Indonesia, tapi sebenarnya masih belum tuntas terberantas.

Oleh karena itu, saya sengaja mengajak kita semua untuk melakukan korupsi, dengan terang-terangan dan kalau perlu dibuat payung hukum, sehingga tindakan (korupsi) ini menjadi sah. Ini semua saya lakukan sebagai kesengajaan karena saya sudah teramat sangat geregetan sekali dengan kebiasaan korupsi yang dilakukan oleh pejabat kita,baik di tingkat atas maupun di tingkat desa.

Beberapa jam yang lalu saya bertemu dengan seorang kenalan yang kebetulan mengabdi menjadi BPD (kalau tidak salah kutip;Badan Perwakilan Desa), dan baru pulang dari Kantor Desa. Dia, bersama anggota BPD yang lain dipanggil oleh Pak Kades terkait rumors di masyarakat tentang akan adanya demontrasi menyangkut PRONA, atau Program Nasional Sertifikat Tanah Gratis.

Masyarakat berdemo karena dalam pengurusan Sertifikat tanah tersebut, ternyata masih dipungut biaya sampai Rp. 700 ribu. Pak Kades memang mengakui adanya pungutan itu, tapi beliau juga menerangkan kemana larinya uang sebanyak itu?

Ternyata, uang sebanyak itu digunakan untuk “Menjamu” team pertanahan yang datang dari Kabupaten untuk melakukan verifikasi lahan. Team tersebut berjumlah 8 sampai paling banyak 10 orang, datang setiap minggu. Setiap kali selesai melakukan pengukuran, mereka selalu mengajak Pak Kades untuk makan-makan Ayam Panggang dengan nilai transaksi Rp. 200 Ribu.

Bahkan ada diantara mereka yang juga dengan bahasa tubuh mengisyaratkan kalau mobil yang mereka tumpangi membutuhkan bensin. Terpaksa mereka diberi uang bensin Rp. 100 ribu. Di lain pihak, menurut Pak Kades, Perangkat Desa yang mengantarkan para petugas tersebut juga meminta jatah uang bensin dan uang makan.

Kalau tidak melakukan sedikit pungutan, dari mana Desa akan mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk memenuhi keinginan para petugas dari Kabupaten? Sebab, mereka mengancam akan memperlama proses jika kebutuhan mereka (makan enak dan bensin) tidak terpenuhi. Waah, kalau begitu ya repot!

Saya mencoba menghubungi warung tempat Pak Kades biasa “dipaksa” menjamu orang-orang Kabupaten tersebut. Dan, berdasarkan pengakuan pemilik warung, memang benar bahwa Pak Kades bersama tamu-tamunya dari Kabupaten selalu makan di tempat tersebut setiap minggunya.

Yang jadi pertanyaan saya? Apakah team tersebut tidak mendapatkan uang operasional dari Pemerintah? Bukannya setiap ada program gratis, apapun yang terkait dengan pengeluaran sepertinya dan memang seharusnya ditanggung oleh negara. Lalu, dalam rangkaian peristiwa ini, yang sebetulnya menggelapkan uang negara itu siapa? Siapa yang korupsi?

Saya jadi teringat ucapan salah seorang rekan saya yang lain, seorang mantan Kepala Desa yang akhirnya berhenti karena tidak tahan dengan kelakuan Camatnya. Bagaimana tidak, setiap ada bantuan program dari Pusat, bapak camatnya selalu meminta bagian. Ngomongnya sih seikhlasnya, tapi ketika cuma diberi Rp. 100 Ribu malah mencak-mencak.

Rekan saya ini langsung menyodorkan kuitansi ke camat, sambil mengatakan untuk mengambil berapapun yang dimau asalkan ditulis di kuitansi. Eh, Pak Camatnya marah-marah dan tak berapa lama, rekan saya ini berhenti menjadi Kades. Pusing, katanya. Mana dana dari pusat cuma turun (terealisasi) 60%, eh masih dimintai bagian sama Pak Camatnya.

Tapi kemudian rekan saya yang satu ini mengatakan pada saya; “Ya ibaratnya pipa air, meskipun bertugas mengalirkan air, masa juga tidak basah?”, yang kalau diartikan mungkin begini; Sebagai rantai birokrasi yang menyalurkan bantuan dari pusat, masa tidak ada sebagian kecil bantuan tersebut yang tersangkut ke badan? Kalau pendapatnya seperti ini, ya repot!!

Dilewati bantuan seharusnya bertindak jujur dan amanah, kok malah mencoba mencari celah untuk bisanya kecipratan. Lalu, bagaimana bisa, dan kapan Indonesia akan terbebas dari kebiasaan korupsi? Maka dari itu, Yuuk Kita Korupsi, Bro….

Bagaimana dengan di Desa anda? Bagaimana dengan di Kabupaten anda? Bagaimana dengan di Provinsi anda? Jika anda menemukan kesamaan cerita dengan apa yang saya sampaikan, itu menandakan bahwa korupsi memang tidak akan pernah bisa diberantas!!! Jika demikian, lebih baik kita tetap berpegang teguh dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita.

Bertani…ya bertani saja. Sopir…ya sopir saja. Koruptor….ya silahkan saja korupsi, karena sesungguhnya semua apa yang kita kerjakan akan selalu dimintai pertanggung jawabannya kelak. Kapan? Bahkan sang waktu pun tidak akan bisa memberikan kepastian. Namun yang pasti, masa itu akan segera datang!!

Pakdhe U ® | Windows Live Writer | Blogger | You Tube | Copyright @2013.

Terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar