Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Sabtu, 23 November 2013

Sandal Jepit DILARANG MASUK!

Oleh : Pakdhe U®

Jember.id.. Pernah suatu ketika, saat saya berkunjung ke Jakarta, ke rumah saudara yang berdomisili di sana, saya melewati sebuah Mall yang sangat besar. Mungkin besarnya Mall tersebut lima kali dari Mall terbesar di kota saya (Jember). Mall tersebut memang kelihatan sangat megah dan membuat saya penasaran untuk memasukinya.

Tapi, begitu saya berniat memasukinya, Kakak ipar saya langsung mencegahnya, dengan alasan karena kami semua memakai sandal jepit. Suatu alasan yang terdengar sepele namun sebenarnya cukup menggelitik juga. Bukannya sebuah Mall itu adalah tempat publik? Tempat umum yang tentunya siapapun dengan tanpa batasan, boleh memasukinya. Apalagi jika memang tujuannya untuk belanja.

Tapi, demi mengurangi rasa penasaran, saya nekat mencoba masuk ke Mall tersebut, sementara keluarga yang lain menunggu di kejauhan. Apa lacur yang terjadi? Dua orang berpakaian security, dengan tampang garang dan serius langsung keluar dari pos penjagaan. Mereka mencegat saya dan langsung mengatakan; “Bang, pakai sandal jepit dilarang masuk Mall!”

Saya menjawab dengan santai;”Emang gak boleh ya?,” lalu apa jawab security tersebut? “Kamu gak lihat tanda ini?” sambil menunjuk gambar sepasang sandal jepit yang dicoret. “Yaudah.” Sahut saya sambil ngeloyor pergi.

Mungkin jika yang melarang masuk sandal jepit adalah sebuah kantor pemerintahan, sekolah atau gedung perkantoran, saya masih bisa menerimanya dengan wajar. Tapi ini sebuah Mall! Bayangkan, sebuah Mall, tempat umum yang merupakan tempat orang berbelanja. Tapi ternyata tidak cukup sampai disitu, yang dilarang masuk Mall tersebut selain sandal jepit, juga pengunjung yang bawa motor roda dua.

Tapi tak seberapa lama kemudian, saya melihat sepasang wisatawan manca (bule) yang turun dari taxi yang ternyata memakai sandal jepit (bermerek) yang tidak ditegur oleh security. Saya merasa ada diskriminasi, maka saya datangi lagi security yang tadi dan komplain tentang dua turis tadi. Apa jawaban mereka? “Mereka kan orang asing yang berlibur. Pasti mereka bawa uang banyak untuk belanja, emang kamu mau apa?”

Oh my God! Ternyata penjajahan itu masih belum hilang dari Indonesia. Saya, orang Indonesia, di tanah Indonesia, dengan gaya Indonesia (sandal jepit) dilarang masuk sebuah Mall yang sepertinya milik waralaba asing, yang mungkin dibangun dengan dana pinjaman Pemerintah Indonesia, namun hanya sebagian kecil pajaknya yang dibayar. Apalagi kalau bukan penjajahan namanya? Saya jadi ingat pelajaran sejarah, saat jaman penjajahan dulu pernah ada tulisan “Pribumi dilarang Masuk!”, sepertinya sekarang terjadi kembali.

Rupanya sepatu dan roda empat sudah menjadi simbol status yang menunjukkan suatu kalangan elit, sosialita dan mewah! Padahal untuk mencapai ke-elitan dan tingkat sosialita yang mewah tersebut, umumnya mereka menggadaikan harga diri mereka sebagai manusia. Mereka bangga dengan mobil-mobil mewah mereka, sepatu-sepatu mahal mereka, kebebasan mereka memasuki Mall-Mall besar yang memasang tanda larangan masuk bagi sandal jepit, tanpa perduli darimana mereka mendapatkan semua itu?

Pejabat yang mengkorupsi uang rakyat, tidak terhitung jumlahnya, bahkan hingga di tingkat desa/kelurahan. Pengusaha yang memanipulasi pajak dan merekayasa keuntungan untuk kekayaan pribadi, juga tidak lebih sedikit dari pejabat yang korupsi. Kaum remaja hedonis yang dengan riang memamerkan mainan mewahnya (mobil, gadget dan sebagainya) tanpa malu meskipun mereka mendapatkannya dengan menjual diri sebagai penghibur dan simpanan pejabat, juga tidak bisa dihitung dengan jari. Kita tidak bisa tutup mata atas semua ini, karena memang kenyataannya ada di sekitar kita.

Kembali ke masalah Mall yang melarang sandal jepit masuk tadi. Jika mereka memandang orang yang berpakaian biasa, bersandal jepit dan nampak sebagai pribumi dungu, adalah orang yang tidak berduit, itu berarti mata mereka sudah dibutakan oleh penampilan luar yang gemerlap. Padahal, kebanyakan mereka yang belanja di Mall tersebut tidak menggunakan uang cash, melainkan memakai kartu kredit.

Artinya apa? Mereka menampakkan dirinya sebagai orang berada, mewah dan elit, namun sebenarnya mereka hanya becus berhutang. Mereka sepertinya terjebak oleh tabiat konsumerisme tanpa memandang kemampuan keuangan mereka sehingga selalu menjagakan keberadaan kartu kredit, yang notabene sama dengan hutang.

Padahal kenyataannya, saat itu saya sedang membawa misi untuk belanja keperluan usaha kolega saya yang memang sengaja titip karena saya kebetulan berkunjung ke Jakarta. Dengan asumsi harga yang lebih murah dan belanja dalam jumlah besar. Total belanja saya sebesar Rp. 75 juta yang sebagian diantaranya transaksi cash dan sisanya menggunakan kartu debit. Ingat, kartu kredit tidak sama dengan kartu debit. Kalau kartu kredit belum tentu dananya tersedia di rekening tapi jika kartu debit sudah dipastikan saldo rekeningnya melebihi kemampuan debit kartu tersebut.

Jadi, kesimpulannya apa? Saya hanya bisa melihat bahwa saat ini Indonesia terjebak dalam pandangan bahwa Korupsi, kecurangan dalam usaha, menjual diri dan tindakan-tindakan (yang sebenarnya bejat) sejenisnya adalah sah-sah saja (selama tidak ketahuan) untuk memperkaya diri sendiri dan meningkatkan status sosial meskipun harus mengorbankan status harga diri (bangsa). Biarkan mereka bangga dengan kebusukan mereka dan saya akan tetap menjadi saya yang sederhana sedemikian adanya. Tak perduli meskipun mendapat cap terlalu idealis, cupu, kepo dan pribumi.

Penulis : Pakdhe U® | windows Live Writer | Blogger | You Tube | Copyright @ 2013

4 komentar:

  1. sungguh,aku terhenyak membacanya. terima kasih atas pengalamannya.

    BalasHapus
  2. parah emang ya, di hina di negri sendiri

    BalasHapus
  3. security yg kaya gini yg udah dibutakan matanya karena menilai seseorang dari luarnya,indonesia kembali dijajah harga dirinya dengan bangsa lain,dan securitynya sudah mengkhianati negaranya sendiri hanya karena sebuah jabatan

    BalasHapus
  4. security yg kaya gini yg udah dibutakan matanya karena menilai seseorang dari luarnya,indonesia kembali dijajah harga dirinya dengan bangsa lain,dan securitynya sudah mengkhianati negaranya sendiri hanya karena sebuah jabatan

    BalasHapus