Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Sabtu, 20 April 2013

Lagi Lagi Bikin Pusing

Kenaikan Harga BBM, Harga Mati

Artikel By: Pakdhe U®

Jember—INA. Baru beberapa hari yang lalu, saya menulis tentang BBM, Baca Ini, sekarang saya juga akan kembali mengulas tentang BBM. Jika dalam artikel sebelumnya saya lebih mengulas tentang pembatasan-pembatasan yang memusingkan, saat ini saya akan menyinggung tentang wacana, atau mungkin sudah diputuskan, tentang kenaikan harga BBM yang sepertinya sudah harga mati. Saya menulis ini, setelah melihat tayangan di berita televisi tentang rencana kenaikan harga BBM, yang keputusannya diperkirakan akan ditentukan akhir pekan lalu (14/04) oleh Pemerintah.

Yang sangat menarik perhatian saya adalah, rencana Pemerintah menetapkan harga BBM dalam dua harga yang berbeda. Satu harga untuk masyarakat miskin sedangkan harga yang lain untuk masyarakat kaya. Untuk sementara, menurut keterangan Pemerintah, penerapan disparitas harga tersebut masih dipertimbangkan, dan salah satunya adalah menggunakan teknologi IT agar tidak salah sasaran. Opsi yang paling cepat bisa dilaksanakan adalah pembedaan berdasarkan warna Pelat Nomor Kendaraan; Pelat warna kuning, atau angkutan umum, mendapat jatah harga BBM murah, sedangkan yang berpelat hitam, dalam hal ini adalah kendaraan pribadi, diharuskan menggunakan harga BBM yang lebih mahal. Namun, sekali lagi ini masih perlu dibicarakan lebih jauh tentang penerapannya, begitu menurut sumber pemerintah.

Keputusan ke arah itu (disparitas harga) sepertinya memang sudah bulat, meskipun belum jelas kapan implementasinya. Ini terindikasi dari keterangan dua Menteri kita, Menteri ESDM dan Menko Ekuin, yang menyatakan bahwa akan ada penerapan harga ganda untuk BBM. Katanya dalam keterangan tersebut, untuk motor, angkutan umum pelat kuning dan petani nelayan, akan tetap menikmati harga BBM Rp. 4.500,- / liter. Sedangkan untuk mobil pribadi atau kendaraan pelat hitam, harus menebus harga BBM Rp. 6.500,- / liter. Cukup membuat pusing, apalagi jika penerapan harga berbeda tersebut tidak pada satu SPBU yang sama. Jadi nantinya, bagi pemilik kendaraan pelat hitam, kecuali motor, harus membeli di SPBU A, sedangkan yang lain harus di SPBU B.

Tapi, sialnya keputusan itu masih menunggu selesainya sosialisasi ke masyarakat dan kesiapan SPBU dalam memberikan layanan. Hal ini yang kemudian menjadikan masyarakat panik dan melakukan aksi borong BBM gila-gilaan, yang pada akhirnya semakin memperburuk kondisi kelangkaan BBM yang sudah terjadi. Kalau sudah begini, yang susah sekali lagi juga Rakyat kecil. Kalau pejabat mah, enjoy aja dan malah memamerkan ke masyarakat kalau akun twitternya memiliki followers sekian ratus ribu. Hahahah, masih sempat-sempatnya maen twitter disaat masyarakat kelimpungan mencari BBM untuk modal mencari nafkah!? Kalau sudah begini, yang gila siapa? Eh, bahkan ada yang lebih parah loh, ditengah krisis BBM yang mendera rakyat ada juga anggota DPRD yang terhormat menikahi sirri tiga PSK sekaligus. Oalah Pak-Pak, kalo sama PSK mah bukan nikah namanya, tapi jajan. Mau apa doyan tuh?!

Sepertinya, pengaturan seperti ini sangat tidak praktis. Mengapa? Konsumen masih akan dipusingkan untuk mencari SPBU yang sesuai dengan kendaraan mereka. Belum lagi potensi penumpukan kendaraan pada SPBU “murah” yang sudah pasti akan diserbu konsumen. Tapi entahlah, saya tidak mau ambil pusing. Itu sudah menjadi urusan Pemerintah. Becus tidak becus, itulah kenyataan yang harus kita hadapi.

Kembali ke soal BBM, Seharusnya pemerintah tegas. Kalau mau naik, ya naikkan aja sekarang, jangan tunggu ini dan itu. Kalau kelamaan tunggu ini dan itu, para mafia-mafia BBM justru bersorak kegirangan karena sudah hampir pasti akan menangguk untung lebih besar. SPBU jangan dibeda-bedakan, yang ini untuk kaya, yang itu untuk miskin. Jadikan satu saja, toh mesin dispensernya kan sangat banyak. Selama ini ada tuh mesin dispenser yang di sendirikan khusus untuk motor, kenyataannya bisa. Kalau yang dipermasalahkan adalah harga pembelian ke Pertamina? Kok Goblok banget, bukannya setiap dispenser ada komputernya yang memberikan catatan berapa liter BBM dikeluarkan. Untuk dispenser non subsidi habis berapa liter dikalikan harga non subsidi. Begitu juga yang subsidi, habis berapa liter dikalikan harga subsidi. Semuanya dijumlahkan baru itu yang dibayarkan ke Pertamina. Toh BBM yang dijual jenis, tipe maupun kualitasnya juga sama kan?  Yang beda kan harganya? Kecuali kalau beda jenis, tipe dan kualitasnya, ya lain lagi. Eh, tapi tunggu sebentar, mungkin saya yang Goblok kalau ternyata gak semudah itu. Heheheh, Maaf.{Pakdhe U | Pakdhe U | Windows Live Writer© 2004-2013}

Disarikan dari berbagai sumber.

ARTIKEL TERBARU >>

Artikel Terkait:

  1. Beban Rakyat Kecil Semakin Berat
  2. BBM = Benar Benar Menyusahkan
  3. BBM Naik, Salah Siapa?

^^ Sudah, kalau mau perang, ya perang saja sana. Tapi jangan sampai ajak-ajak saya ya? Soalnya saya benci perang! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar