Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 21 April 2013

Kartini

Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia

Ditulis Oleh : Pakdhe U®

Jember—INA. Kartini, atau nama yang banyak ditulis dalam sejarah Indonesia, Raden Ajeng Kartini, adalah sosok pejuang emansipasi wanita di Indonesia.  Tanggal 21 April adalah tanggal kelahiran beliau, dan pada tanggal tersebut pula selalu diperingati sebagai hari Kartini, atau hari emansipasi wanita Indonesia. Lalu, mengapa harus Kartini dan bukan yang lainnya? Padahal Indonesia juga mempunyai banyak tokoh-tokoh wanita yang tidak kalah hebat. Seperti; Cut Nya’ Dien, Martha Christina Tiahahu, Dewi Sartika, Nyai Ageng Serang, dan banyak lagi yang lainnya.

KartiniJawabnya hanya satu, Karena Kartini adalah sosok wanita yang berjuang dalam mengentaskan wanita Indonesia dari jurang kebodohan. Kebodohan, yang saat itu masih membelenggu kaum hawa, khususnya para wanita Pribumi non Aristokrat, membuat prihatin Kartini. Kartini menyadari, bahwa persamaan hak, khususnya di bidang pendidikan harus segera terwujud. Seperti kita ketahui, pada masa itu wanita pribumi, khususnya suku jawa dan bangsa Indonesia secara umum, tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk bersekolah tinggi jika bukan keturunan ningrat. Kalaupun keturunan ningrat, hanya sampai usia 12 tahun sebelum kemudian harus dipingit. Karena keinginan dan perjuangannya tersebut, sehingga Kartini kemudian dikenal sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi Indonesia.

Sementara tokoh-tokoh wanita lainnya berjuang secara fisik untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka, bebas dari belenggu penjajahan, tanpa memandang gender pria atau wanita, semua mendapatkan hak kemerdekaannya. Kartini juga berjuang mewujudkan wanita-wanita Indonesia yang cerdas, intelektual dan terbebas dari belenggu kebodohan serta memperjuangkan hak yang sama besar atas kecerdasan dan keilmuan bagi wanita-wanita Indonesia tersebut.

Dalam bukunya; “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang merupakan kumpulan surat-surat korespondensi Kartini dengan sahabat-sahabatnya di Belanda dan Eropa, yang salah satunya adalah Rosa Abendanon, terungkap kegundahan Kartini pada masa itu tentang nasib wanita Indonesia yang seolah terkungkung dalam bilik kegelapan. Dan terbersit niat Kartini untuk mengentaskan wanita-wanita tersebut dari jurang kegelapan.

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Namun begitu ada juga kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu, merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda.

Terlepas dari adanya Pro Kontra seputar surat-surat Kartini, ide-ide dan gagasan Kartini tentang wanita pribumi Indonesia layak untuk diapresiasi lebih lanjut. Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional; artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah melingkupi perjuangan nasional.

Berkat jasa beliau dengan pemikirannya yang maju, kini wanita Indonesia tidak kalah dengan wanita-wanita dari Negara dan Bangsa lain. Wanita Indonesia juga bangkit menjadi tokoh-tokoh berpengaruh di Dunia, sebut saja contohnya; Megawati Soekarno Putri, Sri Mulyani dan banyak lagi yang lainnya. Banyak pula wanita Indonesia yang menduduki posisi penting dalam Perusahaan Multinasional, Pemerintahan dan kedudukan-kedudukan lain yang tidak bisa dipandang remeh.

Tapi, dari semua kehebatan tersebut, janganlah kita melupakan apa yang seharusnya tidak boleh dilupakan. Yaitu, kodrat wanita sebagai Ibu, sebagai pendamping suami dalam membina rumah tangga dan sebagai guru utama dalam mendidik anak-anak menjadi cerdas, pintar dan berkualitas. Boleh-boleh saja wanita memiliki kesibukan pekerjaan, sebagai bentuk emansipasi, namun janganlah pernah karena kesibukan tersebut kemudian masa depan anak-anak sebagai generasi pewaris bangsa diserahkan bulat-bulat ke tangan baby sitter atau pembantu. Bukannya saya meremehkan pembantu, baby sitter atau apalah namanya, tapi yang pasti kita bisa mencetak masa depan anak-anak kita dengan kasih sayang kita sendiri dan bukan kasih sayang orang lain.

Emansipasi adalah kesetaraan dalam berbagai bidang, tidak memandang gender, latar belakang dan status lainnya. Namun emansipasi juga harus disikapi dengan cerdas, dimana masing-masing memiliki peranan yang berbeda dan sama-sama penting dalam keluarga. Emansipasi dikatakan berhasil ketika Ayah dan Ibu berhasil menempatkan diri dalam keluarga sebagai motivator, figur teladan dan pembimbing yang baik bagi anak-anak dan anggota keluarga yang lainnya.

Semoga bermanfaat, terimakasih, sampai jumpa pada tulisan selanjutnya.

Pakdhe U®/Windows Live Writer/Blogger/Copyright-2013

Sumber:

  1. Wikipedia Indonesia
  2. Sejarah Nasional Indonesia
  3. Pandangan Pribadi

ARTIKEL TERBARU >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar