Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Rabu, 10 April 2013

Benih Permusuhan Itu Terpampang Nyata

Artikel By. Pakdhe U®

Jember—INA. Meminjam kata-kata Artis fenomenal, Syahrini, “Terpampang Nyata”, saya ingin mengupas beberapa hal yang sedikit mengusik nurani terkait beberapa kekerasan yang muncul akhir-akhir ini, dalam bentuk Artikel yang sederhana. Mungkin apa yang saya sampaikan dalam Artikel ini tidak sepenuhnya benar, tapi itu setidak-tidaknya cukup mewakili kegundahan saya dalam menyikapi semakin maraknya kekerasan beberapa waktu terakhir ini.

Pernahkah Anda menemui sebuah tawuran antar pelajar, tawuran antar kampung atau mungkin tawuran antar komunitas tertentu? Atau justru Anda pernah terlibat di dalam tawuran tersebut? Mengapa? Apa yang sebenarnya diperebutkan atau dipermasalahkan sehingga harus terjadi tawuran semacam itu? Masalah harga diri? Masalah perempuan? Atau masalah lain yang sebetulnya tidak perlu terlalu untuk dipermasalahkan? Entahlah, yang saya tahu hanyalah sebatas tawuran itu sangat menyusahkan bagi orang lain yang sebenarnya tidak harus terlibat dalam kondisi seperti itu. Tawuran itu juga sangat berpotensi mengganggu jalannya roda perekonomian, merusak sarana umum dan yang lebih pasti adalah membuang energi dengan percuma.

Saya heran, padahal mereka adalah orang yang cukup berpendidikan, terpelajar dan mengerti norma-norma yang berlaku, tapi masih juga mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Atau, jangan-jangan hanya baju mereka saja yang “nampak” terpelajar, dan berdedikasi, padahal “dalemannya” tidak lebih baik dari (maaf) binatang liar di rimba belantara. Kenapa seolah dalam hati mereka yang ada hanya permusuhan dan kekerasan? Itulah yang harus segera kita cari tahu jawabannya.

Tapi, believe it or not, percaya apa tidak, mereka berbuat seperti itu (kekerasan dan tawuran) karena memang dalam diri mereka sudah ditanamkan benih permusuhan sejak kecil. Coba lihat saja isi tayangan sinetron televisi kita; isinya melulu tentang permusuhan yang didasari dendam, persaingan dalam perebutan harta, wanita dan kedudukan. Ini sudah pernah saya ulas dalam Blog saya, kurang lebih setahun yang lalu. Mereka dibiarkan, atau bahkan diajari untuk menonton sinetron demi sinetron tanpa mendapat bimbingan dan arahan yang benar.

Coba simak baik-baik permainan modern yang ada saat ini. Bukannya hampir semua Developer Game merilis game-game yang bertemakan kekerasan? Bahkan diantara game-game tersebut sengaja dibuat secara berseri (sekuel) dengan alasan karena banyak peminatnya. Lihat saja; Crysis, Darksiders, Call Of Duty dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan. Apakah ada,  game-game edukatif yang layak untuk dikembangkan? Mungkin ada tapi tidak banyak, dan parahnya, game-game tersebut sepi dari peminat alias tidak laku.

Bagaimana pula dengan bermunculannya sinema-sinema asing yang dikemas dalam format canggih (3D), yang semuanya bertema kekerasan, kebrutalan dan kebiadaban sebuah kaum? Yang mengerikan lagi, diantara sinema-sinema tersebut justru menuai kesuksesan mencapai box office dalam penjualan. Bahkan tidak jarang, ada diantaranya yang mendapat penghargaan sebagai yang terbaik. Tidak salah?

Belum lagi tayangan infotainment yang mengulas (kebanyakan) aib, persellisihan maupun konflik publik figure secara terang-terangan. Ini semakin menambah panjang daftar penebar benih-benih permusuhan dalam diri generasi saat ini. Tidak perduli mereka terpelajar, berdedikasi maupun terhormat, mereka sudah tertanami benih permusuhan sejak awal, dan akan terus tumbuh berkembang tanpa terkontrol. Jelaslah Benih permusuhan itu terpampang nyata!

Lalu, apa yang bisa kita perbuat? Tidak ada! Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Selama ini, pembiaran demi pembiaran seolah menjadi bagian dari solusi yang ditawarkan. Tidak ada yang lebih baik dari sekedar pembiaran. Kalaupun ada tindakan yang bisa kita lakukan, tidaklah kiranya hal tersebut mampu membawa perubahan berarti. Yang ada, justru kita dipinggirkan dan dicap terlalu idealis, sok suci dan tidak “gaul.”

Kita hanya bisa menerapkan aturan dan solusi tersebut kepada diri kita sendiri, keluarga dekat kita dan orang-orang yang percaya dengan kita. Kita hanya bisa menjaga diri kita dan orang-orang yang kita cintai dengan cara yang orang lain tidak pernah pikirkan, yaitu dengan kedekatan dan cinta kasih tulus. Pada akhirnya, semuanya terserah pada diri Anda sendiri. Ingin terus terpapar benih permusuhan yang terpampang nyata, dengan konsekuensi kedamaian serta ketenangan hidup sedikit tereduksi oleh kebrutalan-kebrutalan yang sadis. Atau, sedikit lebih menjaga hati dan pikiran kita dari pengaruh-pengaruh luar yang menanamkan benih permusuhan, dengan hasil akhir ketenangan hati dan jiwa tercapai, meski sedikit mengorbankan sudut pandang orang lain kepada kita.

Pilih Mana? Oke, sampai jumpa pada Artikel selanjutnya…

Penulis, Editor : Pakdhe U | Windows Live Writer © 1004-2013

** Mau tidak mau, Perang hanya membawamu ke bibir jurang kenisthaan **

ARTIKEL TERBARU >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar