Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Jumat, 12 Juni 2015

MEMBACA KEMATIAN

By : Pakdhe U ®


DJ. Siapapun, apapun dan dengan cara bagaimanapun, jika nanti sudah tiba saatnya, dapat dipastikan akan menemui yang namanya mati. Mati, adalah sebuah peristiwa besar yang bisa dipastikan kehadirannya, meskipun masalah kapan waktunya masih tetap merupakan sebuah rahasia terbesar yang bahkan para Malaikat-pun tidak akan mengetahuinya.

Mati, kematian, penghabisan dari kehidupan bisa menjemput kita kapan saja. Bahkan ketika kita masih belia, segar dan kedatangan kematian memang sungguh tanpa bisa diduga. Tapi, saat ini saya tidak ingin membahas tentang kapan, atau rahasia di balik kedatangan ajal (kematian). Saya hanya akan membahas tentang suatu pelajaran besar yang penting, yang senantiasa menyertai sebuah peristiwa kematian.

Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi, dan beberapa cerita dari orang-orang yang saya kenal dengan baik latar belakangnya. Bahwa kematian itu memberikan petunjuk kepada mereka yang masih hidup untuk melangkah menuju jalan yang dikehendaki Allah, dan sesungguhnya yang demikian ini benar adanya bagi orang-orang yang mau berpikir.

Setiap kali ada peristiwa kematian di sekitar saya, sebagai manusia yang bertetangga, dan bentuk empati kepada yang mengalami kedukaan, tentulah saya tidak pernah ketinggalan untuk bertakziah, atau melayat. Satu hal yang selalu saya lakukan adalah menjadi bagian dalam prosesi pemakaman, yaitu turut memikul keranda jenazah menuju tempat pemakaman.

Alasan saya turut memikul keranda adalah untuk mengetahui perbedaan antara satu orang dengan orang lain sesuai dengan riwayat mereka semasa masih hidup. Ternyata, apa yang mereka perbuat selama hidup sangat menentukan berat ringannya pikulan keranda mereka. Tak perduli mereka kurus atau gemuk.

Dalam satu kesempatan saya pernah memikul keranda jenazah yang benar-benar sangat ringan. Bahkan jauh lebih ringan dibanding ketika hanya membawa keranda kosong dari pemakaman. Selain itu, saya yang selalu berada di bagian belakang juga merasakan aroma wangi yang luar biasa, yang bukan dari rangkaian bunga atau minyak wangi. Benar-benar wangi segar yang sangat berbeda. Padahal saat meninggal, orang ini masih segar, tidak kurus dan badannya cukup besar.

Memang, semasa hidupnya jenazah ini mengabdikan diri sebagai guru ngaji yang tidak pernah memasang tarif, bahkan kebanyakan gratis bagi anak-anak didiknya. Hidupnya juga selalu ramah, dermawan kepada setiap orang. Selalu hormat pada siapapun, dan yang paling utama adalah, beliau selalu tepat waktu dalam menjalankan ibadah sholat lima waktu. Mungkin,karena segala amal ibadahnya, amal kebaikannya tersebut, keranda yang membawa beliau terasa sangat ringan.

Dalam kesempatan yang lain, saya juga pernah memikul keranda jenazah seorang yang berprofesi sebagai rentenir. Orang ini tubuhnya kurus kering dan pada saat meninggal karena sakit, tubuhnya hanya tinggal tulang dan kulit belaka. Sebenarnya beliau sudah berhaji, dan cukup rajin berjamaah di mushola, tapi sayang profesinya yang rentenir itu cukup mengurangi nilai kebaikannya. Ternyata benar, saat saya memikul keranda jenazahnya, terasa lumayan berat. Seperti membawa 3 atau 4 keranda kosong, pun begitu dari balik keranda tidak tercium aroma apapun, padahal untaian bunga melati dan bunga-bunga yang lain penuh menutupi keranda.

Lain lagi ketika ada seorang tetangga yang semasa hidupnya tidak pernah beribadah. Hidupnya hanya digunakan untuk mengumpulkan materi duniawi, sehingga kewajiban ibadahnya terbengkalai, pun dengan hubungannya kepada para tetangga cukup terkenal pelit. Dalam kesehariannya selalu iri, drengki, dan tidak pernah mau kalah dari tetangganya. Intinya, dia harus yang paling unggul.

Saya memikul keranda jenazah orang ini terasa beratnya bukan main, padahal saat meninggal tubuh orang ini cukup kecil dengan berat badan kira-kira hanya 50 Kg. Dengan 4 orang memikul keranda, masih terasa sangat berat. Bahkan saking beratnya, seolah-olah keranda jenazah tersebut enggan untuk melangkah menuju pemakaman. Dan yang cukup menjadi perhatian adalah ada tercium aroma busuk dari balik kerandanya.

Belum lagi ketika sampai di pemakaman, orang-orang yang bertugas menggali makam ternyata masih belum selesai menggali. Kata mereka, sebenarnya lubang  makam yang mereka gali sudah cukup dalam, sebatas dada. Tapi setelah ditinggal istirahat minum dan menunggu datangnya jenazah, begitu dilihat kembali ternyata lubang makam tersebut kembali dangkal hanya sebatas perut saja. Itu berulang sampai 3 kali.

Terpaksa jenazah menunggu lubang makam cukup dalam dan barulah prosesi pemakaman bisa terlaksana. Tapi yang aneh kemudian adalah, gundukan tanah yang sebegitu banyak ternyata tidak cukup menutup lubang makam tadi. Kalau biasanya masih ada sisa sampai makam menggunduk cukup tinggi, yang ini malah makam terlihat celong. Akhirnya terpaksa mengambil tanah dari sekitar makam untuk menutupi kekurangan tanah tersebut.

Apa yang saya ceritakan di atas, ternyata juga dialami oleh beberapa orang saudara saya, teman saya dan banyak kolega saya yang lain, di tempat-tempat yang lain. Ketika saya berdiskusi tentang masalah ini kepada seorang Ustadz, beliau menjawab bahwa memang dalam setiap kematian terselip sebuah pelajaran berharga. Hanya tinggal bagaimana kita bisa membaca kematian sebagai sebuah pelajaran.

Semoga kita digolongkan sebagai orang-orang yang mati dalam keadaan Iman, Islam, dan baik, amin!

Pakdhe U ® | 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar