Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Rabu, 30 November 2011

Karya Sinetron Indonesia Dinilai “Sangat Buruk”

Jember – Indonesia. Bagi anda yang dalam kesehariaannya senantiasa berada di depan televisi, sudah tentu paham dan tahu program yang disebut "sinetron". Sinetron adalah singkatan dari Sinema Elektronik, atau sebuah tayangan film (sinema) dalam media elektronik (TV). Namun, apakah anda juga paham dengan tingkatan kualitas yang disajikan dalam tayangan sinetron tersebut?

Percayakah anda jika kualitas sinetron televisi Indonesia dinilai sangat buruk? Penulis sangat mempercayai penilaian tersebut, ditinjau dari hal-hal berikut;

  1. Tema.

    Dari awal penulis mengenal dan mengetahui adanya sinetron, tema yang diambil masih tetap sama. Tidak pernah berubah dari satu judul ke judul lainnya. Yaitu tema tentang "cinta dan perebutannya dengan segala cara". Tema cinta yang senantiasa dibumbui oleh intrik dan dendam. Seandainya tema yang diambil adalah tentang perjuangan hidup, tema-tema sosial dan pendidikan, tentu hasilnya jauh lebih menarik. Apalagi jika materi cinta dijadikan sebagai bumbunya. Jadi, menurut penulis; tema sosial dengan bumbu cinta akan lebih baik dibanding tema cinta dengan bumbu sosial.


     

  2. Alur Cerita.

    Kebanyakan alur cerita sinetron kita bertele-tele, membosankan dan samasekali tidak terarah. Apalagi jika ternyata sinetron kejar tayang tersebut disukai oleh banyak penonton (ratingnya bagus), dapat dipastikan akan ada penambahan episode meskipun dengan resiko alur cerita yang menjadi bertele-tele. Jika ditinjau secara menyeluruh, alur ceritanya menjadi tidak menyambung, tidak rasional dan bahkan mengada-ada.


     

  3. Setting Cerita.

    Setting yang diambil, menurut pengamatan penulis samasekali tidak mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Meskipun dalam cerita disebutkan sebagai pemulung, namun setting tempat adegan tidaklah benar-benar seperti tempat tinggal pemulung. Yang lebih banyak ditonjolkan adalah justru lingkungan kemewahan yang aneh.


     

  4. Bahasa.

    Kebanyakan sinetron mempergunakan bahasa yang bukan merupakan bahasa Indonesia yang benar. Sudah jamak kita dengar dialog dalam sinetron menggunakan kata "elo, gue, samperin, coy" dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Jika hal ini dibiarkan berlanjut, selain mencederai semangat sumpah pemuda, juga akan menyebabkan generasi muda kita (generasi sinetron khususnya) samasekali tidak mengenal bahasa nasional kita.


     

  5. Akting.

    Akting para pemain sinetron kita bisa dikatakan cukup bagus, apalagi pemain seniornya. Namun ada juga beberapa pemain pendatang baru yang aktingnya masih kaku, mentah dan tidak luwes masih juga dipaksakan untuk main. Apalagi mereka yang memiliki wajah cukup menjual (cantik / tampan) sehingga muncul kesan apa yang ditonjolkan dalam sebuah sinetron bukanlah ceritanya melainkan wajah-wajah imut para pemainnya.


     

  6. Rasionalitas Adegan.

    Adegan yang sering muncul dalam sinetron kita, adakalanya terlihat bagus, menegangkan dan menyentuh perasaan, namun jika lebih didalami kembali adegan-adegan tersebut justru terlihat tidak rasional. Rasionalkah jika kita membenci seseorang sampai kita mengangkat kendaraan dia menggunakan alat berat dan dengan tangan kita sendiri, lalu menceburkannya ke danau? Bukankah aturan para penjahat dalam menjalankan aksinya adalah tidak meninggalkan jejak. Disini nampak sekali ke-tidakrasionalan adegan. Belum lagi adegan-adegan yang lainnya; misal secara diam-diam masuk ke ruang operasi untuk mencabut alat bantu pernapasan. Semudah itukah dan selemah itukah penjagaan rumah sakit?

Terlepas dari semua itu, sinetron memang cukup menghibur. Cukup mampu mengisi ruang waktu kita dengan adanya hiburan. Meskipun dari fakta-fakta yabg penulis uraikan, sinetron kita bisa dikatakan masih belum berkualitas.

Sampai jumpa dalam artikel selanjutnya....

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Copyright@2011 |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar