Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 01 Desember 2013

Beragam Cara Menghadapi Kematian

Oleh : Pakdhe U ®

2013-10-27 15.50.38Jember.id.. Kematian adalah sesuatu yang misterius. Tidak ada satu makhlukpun di jagat raya yang mengetahui kapan datangnya kematian itu. Bahkan, kapan kematian mendekat saja tidak ada yang tahu. Meskipun ada juga yang menganggap dirinya tahu akan mati, misalnya sengaja bunuh diri, tapi ada juga kejadian dimana bunuh diri itu gagal. Singkatnya, kematian datang tidak akan perlu diundang dan tidak akan ada yang tahu kepastiannya.

Namun, membicarakan tentang kematian adalah sesuatu yang sangat menarik dicermati, direnungkan dan bahkan untuk diteladani. Pernah terlintas dalam benak saya, bagaimana sebenarnya manusia, dengan akal pikirannya yang beragam, serta dengan tingkat intelektualitas yang berbeda, menghadapi datangnya kematian? Yang coba saya hadirkan dalam tulisan ini adalah saat-saat orang menghadapi maut pada kondisi sakit parah, kecelakaan tragis, bunuh diri dan segala macam bentuk kematian yang bisa diprediksi.

Sakit Parah

Pernah saya bertemu dengan beberapa orang di Rumah Sakit, yang salah satu diantara keluarga mereka didiagnosa oleh dokter jika umurnya tinggal hitungan bulan. Saya tidak ingin berdebat tentang kemampuan dokter tersebut menentukan umur manusia, karena saya tahu dokter tersebut menggunakan parameter keilmuan yang dia kuasai. Selebihnya, saya rasa hanya Allah, Tuhan kita semua yang menentukan.

Saya amati orang tersebut, karena memang cukup dekat, bagaimana sikap dan perilaku dia menjelang hari-hari kematiannya (menurut dokter). Ternyata, hari-harinya selalu diisi dengan berdo’a dan beramal baik kepada orang lain. Dulunya dia memang senang beribadah dan ketika hari kematiannya semakin dekat, kesenangannya itu semakin bertambah.

Mungkin karena perilakunya yang tekun beribadah, oleh Allah diberikan mukjizat yaitu sampai batas waktu yang ditentukan oleh dokter, masih tetap hidup dan justru semakin sehat. Bahkan dia tetap hidup sampai tujuh tahun melewati hari yang ditentukan oleh dokter. Hebatnya lagi, sampai akhir hayatnya, dia tidak pernah berhenti untuk beramal dan berbuat kebaikan. Mungkin inilah cara terbaik menghadapi kematian?

Kecelakaan Tragis

Masih ingat dengan kisah Titanic? Cerita tentang sebuah kapal laut besar yang tenggelam di Atlantik pada pelayaran perdananya, dan kapal tersebut disebut-sebut sebagai kapal yang tidak akan tenggelam? Siapapun tentu akan panik ketika kapal yang ditumpanginya tenggelam. Detik-detik menjelang tenggelamnya kapal adalah saat yang paling menegangkan bagi siapapun juga.

Antara hidup atau mati. Antara selamat atau tidak selamat. Hanya itu yang selalu berkecamuk dalam benak semua penumpangnya. Bagi manusia yang egois dan sangat takut dengan kematian, tanpa memperdulikan anak-anak atau wanita, mereka pasti berebut mendapatkan pelampung dan naik sekoci terlebih dahulu.

Bagi manusia yang sebenarnya takut menghadapi kematian, namun masih mempunyai hati nurani, mereka akan dengan bijaksana mendahulukan orang-orang yang memang seharusnya didahulukan mendapatkan pelampung dan sekoci. Meskipun pada detik terakhir, ketika pelampung yang tersisa hanya tinggal satu saja, dia pakai untuk diri sendiri, selagi disebelahnya ada wanita yang seharusnya didahulukan.

Bagi manusia yang sombong dan arogan, yang merasa dirinya superior tidak akan mati hanya karena tenggelam, mungkin mereka akan menghabiskan sisa makanannya, menghabiskan sisa bir atau anggur, melanjutkan bercinta dengan wanita jalang, yang semuanya sudah terlanjur dibayar untuk kemudian baru berusaha menyelamatkan diri dari kematian.

Sedangkan bagi manusia yang religius, tentu tidak ingin kehilangan kesempatan untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Berdo’a, memuji kebesaran Allah dan segala bentuk ibadah, pasti tak henti-hentinya dilakukan sambil dan pernah putus berusaha untuk selamat. Karena, dalam keyakinan mereka yang religius ini, kematian hanya kuasa Allah, Kuasa Tuhan semesta alam yang bisa datang kepada siapa saja dan kapan saja. Manakah cara menghadapi kematian yang terbaik?

Bunuh Diri

Tidak usah berpanjang lebar, dimanapun kita berada, pelajaran agama apapun, sudah pasti mengatakan bahwa bunuh diri adalah cara paling bodoh dalam menghadapi kematian. Orang yang memiliki niat untuk bunuh diri, karena malu, karena frustasi atau karena alasan apapun juga, sebenarnya adalah orang-orang yang takut menghadapi kehidupan (justru sangat berani menghadapi kematian).

Tapi, saya yakin 100% bahwa di balik setiap peristiwa, apakah itu kematian saudara kita, apakah itu sebuah kecelakaan tragis yang menimpa saudara kita, ataukah kematian-kematian mendadak di sekitar kita, mengandung pelajaran berharga untuk kita renungkan.

Jika nanti kematian itu mendekati kita, apakah sudah cukup bekal kita menghadapinya? Dengan gaya dan cara bagaimana kita akan menyambut datangnya kematian itu? Dan apakah gaya yang kita gunakan termasuk digolongkan kepada cara menghadapi kematian yang paling baik (di Mata Allah, Tuhan semesta alam)?

Penulis : Pakdhe U ® | Windows Live Writer | Blogger | You Tube | Copyright @2013.

Foto : Dokumen Pribadi.

 Surprised smileWinking smilePrincessIn love

Tidak ada komentar:

Posting Komentar