Orang Indonesia Sulit Bangkrut!
Oleh : Pakdhe U ®
Jember,IN—Bangkrut? Mungkin itu kata yang tidak akan pernah ada dalam kamus (sebagian) orang Indonesia. Mengapa? Meskipun mereka tidak akan pernah bisa kaya sampai berlebih, mereka yakin tidak akan pernah bangkrut. Beberapa hal yang mendasari pernyataan ini adalah sebagai berikut :
Terbiasa Hidup Prihatin
Benar! Orang Indonesia, berbekal pengalamannya dijajah Bangsa Asing selama ratusan tahun, tentu sudah terbiasa hidup dalam keprihatinan. Makan nasi aking, nasi tiwul atau cuma makan umbi-umbian, adalah hal yang lumrah bagi (sebagian besar) masyarakat Indonesia. Orang Indonesia, khususnya yang tinggal di pedesaan, tidak akan pernah merasa kekurangan pangan. Asal ada air dan umbi-umbian, sudah cukup untuk hidup.
Lain ceritanya bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Perkotaan. Apalagi mereka yang sudah teracuni gaya hidup hedonis ala kapitalis kebllinger, mereka akan mati-matian hutang sana hutang sini asal gaya hidup mereka terpenuhi dan yang terpenting tidak kelaparan. Meskipun demikian, orang-orang yang demikian juga tidak pernah mengenal kata bangkrut. Asal masih bisa hutang, atau meminjam uang perusahaan, atau juga korupsi, mereka masih bisa melenggang.
Coba lihat saja kasus Century, kasus Lapindo dan kasus-kasus sejenis lainnya. Meskipun secara finansial mereka (pengusaha-pengusaha itu) bangkrut dan dinyatakan pailit, toh mereka masih tetap berjaya dengan kemewahan hartanya. Mengapa? Karena yang menanggung kebangkrutan mereka adalah Pemerintah!
Bayangkan saja, yang bikin ulah pengusaha Century, eh yang bayar kerugian (bail out) kok pemerintah. Demikian juga dengan Lapindo; yang bikin ulah Lapindo, eh yang bayar ganti rugi kok Pemerintah. Pemillik Lapindo? Ya masih tetap bermewah ria deh!
Punya Prinsip : Asal Bisa Makan
Khusus bagi masyarakat kelas bawah, kelas yang selama ini hanya menjadi pelengkap kehidupan perpolitikan di Indonesia (karena tidak pernah didengar dan hanya dibutuhkan kuantitasnya demi mendulang suara pemilu), memegang teguh prinsip Asal Bisa Makan adalah kunci berikutnya dalam menghadapi krisis ekonomi, sehingga mereka tidak mungkin bangkrut. Kelaparan? Iya! Tapi bangkrut, sampai habis-habisan, maaf saja, tidak!
Pun demikian dengan masyarakat kelas atas, kelas yang selama ini selalu menjadi anak emas dalam perebutan kekuasaan (karena penghasilannya yang berlebih diharapkan mampu didulang demi membiayai keperluan politik dengan imbalan kemudahan usaha dan sebagainya), juga menomor-satukan prinsip yang sama, Asal Bisa Makan, meskipun tidak jelas halal atau haramnya.
Nekat
Hal terheboh berikutnya dari masyarakat Indonesia yang membuat sulit bangkrut adalah Nekat. Tidak perduli penghasilan pas-pasan, tidak perduli keadaan perusahaan kembang kempis, demi gaya dan penampilan, kebanyakan dari masyarakat Indonesia sengaja mengambil kredit kendaraan, baik motor maupun mobil. Meskipun demikian, mereka hanya membayar angsurannya sebulan dua bulan saja. Selebihnya, biarkan diambil kembali oleh pihak leasing. Atau, bahkan ada pula yang sengaja digelapkan. Yang penting gaya! Uang nipis, makan terbatas, yang penting bawa motor sport mahal. Butuh uang? Dijual saja!
Berburu Pesugihan
Indonesia terkenal dengan gudangnya ilmu klenik (ilmu yang terkait dengan hal-hal ghaib atau supranatural), diantaranya adalah terkait dengan ritual pesugihan. Ritual pesugihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan penghasilan pribadi atau meningkatkan kekayaan materi secara instan. Mungkin, hanya berbekal kembang tiga rupa, kemenyan dan beberapa pantangan yang harus dihindari, sudah cukup menjadikan seseorang lebih cepat kaya.
Menurut seorang yang saya kenal, dia adalah seorang juru kunci di sebuah makam keramat tempat orang-orang biasa berburu pesugihan, kategori dan jenis pesugihan ada bermacam-macam. Diantaranya adalah:
-
Ritual penglaris; biasanya lebih diminati oleh para pedagang pasar maupun pemilik toko kelontong. Ritual ini termasuk jenis pesugihan yang ringan, karena tidak memerlukan tumbal atau persyaratan apapun kecuali hanya menyediakan mahar dan waktu tertentu untuk melakukan ritual secara rutin. Biasanya hanya bakar kemenyan di waktu-waktu tertentu (biasanya jum’at legi, dalam penanggalan jawa) serta menyediakan kembang tiga rupa.
-
Ritual Uang Kembali; biasanya hal ini diminati oleh orang-orang dengan penghasilan tidak tetap atau keluarga kecil yang penghasilannya pas-pasan. Ciri dari pesugihan ini adalah dengan menggunakan uang pecahan besar (Rp. 100.000,- atau setidaknya Rp. 20.000,-) yang tentunya sudah perlakukan ritual khusus, untuk membeli barang-barang dengan harga yang murah. Atau bisa juga dengan modus pura-pura menukar uang dengan pecahan yang lebih kecil. Saya pernah mengalami hal ini; ketika itu saya curiga ketika ada tetangga (yang disinyalir kaya terlalu cepat) tiba-tiba berniat menukar uang Rp. 100.000,- dalam pecahan kecil. Uang tersebut sengaja saya simpan khusus di tempat yang hanya saya yang tahu. Ternyata, pada keesokan harinya, uang tersebut sudah hilang. Pesugihan jenis ini termasuk jenis sedang, karena hanya merugikan secara ekonomi bagi korban atau target yang akan dituju tanpa memerlukan tumbal nyawa.
-
Ritual Ngipri; Ritual ini sama halnya menukar jiwa kita dengan perwujudan binatang yang kita pilih (biasanya babi, celeng, kera atau anjing), dengan begitu menjadi lebih leluasa dalam menghisap kekayaan target atau korban kita. Pesugihan ini memiliki banyak istilah; diantaranya adalah babi ngepet, asu daden, dan sebagainya. Hal ini termasuk pesugihan jenis agak berat, karena sangat beresiko terhadap nyawa pelakunya. Ini mengingat dalam melakukan ritual ini, lilin atau lampu minyak yang dipersiapkan khusus tidak boleh mati. Sebab, kalau mati maka tamatlah riwayat pelaku tersebut. Atau juga jangan sampai tertangkap atau ketemu orang, sebab bisa-bisa wujud si pelaku tidak akan pernah kembali. Yang menjadi tumbal dalam ritual jenis ini adalah si pelaku itu sendir.
-
Ritual Barter atau Perjanjian; Ini adalah jenis pesugihan yang paling berat, karena peminat pesugihan jenis ini langsung melakukan perjanjian dengan siluman atau setan yang menempati makam keramat atau punden pesugihan. Isi perjanjiannya macam-macam; bisa memberikan anak pertamanya sebagai tumbal, Istrinya, Mertuanya dan bahkan orang lain yang dikehendakinya. Dalam kurun waktu tertentu,orang-orang yang diajukan sebagai tumbal tersebut akan mati dengan (kelihatannya) wajar, namun setelah itu, kekayaan si pelaku akan berlipat ganda. Cara mendaftarkan seseorang untuk menjadi tumbal juga cukup mudah, yaitu melalui makanan atau barang-barang pemberian yang sudah diperlakukan secara khusus kepada target pada saat-saat tertentu; misalnya setiap selasa wage atau jum’at legi (dalam penanggalan jawa).
Meskipun hal-hal tersebut di atas termasuk tindakan yang tidak dibenarkan oleh Agama, Islam khususnya, karena termasuk Syirik dan Musyrik (maaf, kalau tidak salah), ternyata orang-orang yang berminat melakukan hal tersebut banyak juga yang bertitel Haji, termasuk juga pandai membaca Al-Qur’an dan termasuk golongan orang-orang yang mengerti Agama. Ini berdasarkan penjelasan dari kenalan saya yang juru kunci makam keramat tersebut.
Sebagai catatan, saya mengenal orang ini (yang menjadi juru kunci makam keramat) pada saat perjalanan naik bus malam menuju Jakarta, mengunjungi keponakan yang hendak khitan. Mengingat profesinya yang cukup menarik, sekalian saja saya gali informasi tentang profesi tersebut. Bahkan, saya juga ditawari untuk mengambil paket pesugihan tertentu agar saya bisa memiliki kendaraan sendiri. Tentu saja saya menolak tegas penawaran tersebut.
Namun, ketika saya balik bertanya, mengapa tidak dia saja yang menjalani atau mengambil jalan pintas pesugihan tersebut. Dia hanya menjawab; Takut resikonya. Ya, begitulah!
Saya rasa, inilah jawaban mengapa Indonesia selalu bisa berkelit menghadapi krisis ekonomi bertubi-tubi. Meskipun ekonomi dunia dilanda resesi, namun demikian penjualan barang-barang konsumsi, termasuk kendaraan dan elektronik, di Indonesia tergolong meningkat cukup pesat. Boleh percaya, boleh tidak, tapi itulah kenyataan yang ada. Itulah Indonesia! (Pakdhe U ®/Windows Live Writer/Blogger/2013)
***..