Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 21 April 2013

Kartini

Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia

Ditulis Oleh : Pakdhe U®

Jember—INA. Kartini, atau nama yang banyak ditulis dalam sejarah Indonesia, Raden Ajeng Kartini, adalah sosok pejuang emansipasi wanita di Indonesia.  Tanggal 21 April adalah tanggal kelahiran beliau, dan pada tanggal tersebut pula selalu diperingati sebagai hari Kartini, atau hari emansipasi wanita Indonesia. Lalu, mengapa harus Kartini dan bukan yang lainnya? Padahal Indonesia juga mempunyai banyak tokoh-tokoh wanita yang tidak kalah hebat. Seperti; Cut Nya’ Dien, Martha Christina Tiahahu, Dewi Sartika, Nyai Ageng Serang, dan banyak lagi yang lainnya.

KartiniJawabnya hanya satu, Karena Kartini adalah sosok wanita yang berjuang dalam mengentaskan wanita Indonesia dari jurang kebodohan. Kebodohan, yang saat itu masih membelenggu kaum hawa, khususnya para wanita Pribumi non Aristokrat, membuat prihatin Kartini. Kartini menyadari, bahwa persamaan hak, khususnya di bidang pendidikan harus segera terwujud. Seperti kita ketahui, pada masa itu wanita pribumi, khususnya suku jawa dan bangsa Indonesia secara umum, tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk bersekolah tinggi jika bukan keturunan ningrat. Kalaupun keturunan ningrat, hanya sampai usia 12 tahun sebelum kemudian harus dipingit. Karena keinginan dan perjuangannya tersebut, sehingga Kartini kemudian dikenal sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi Indonesia.

Sementara tokoh-tokoh wanita lainnya berjuang secara fisik untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka, bebas dari belenggu penjajahan, tanpa memandang gender pria atau wanita, semua mendapatkan hak kemerdekaannya. Kartini juga berjuang mewujudkan wanita-wanita Indonesia yang cerdas, intelektual dan terbebas dari belenggu kebodohan serta memperjuangkan hak yang sama besar atas kecerdasan dan keilmuan bagi wanita-wanita Indonesia tersebut.

Dalam bukunya; “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang merupakan kumpulan surat-surat korespondensi Kartini dengan sahabat-sahabatnya di Belanda dan Eropa, yang salah satunya adalah Rosa Abendanon, terungkap kegundahan Kartini pada masa itu tentang nasib wanita Indonesia yang seolah terkungkung dalam bilik kegelapan. Dan terbersit niat Kartini untuk mengentaskan wanita-wanita tersebut dari jurang kegelapan.

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Namun begitu ada juga kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu, merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda.

Terlepas dari adanya Pro Kontra seputar surat-surat Kartini, ide-ide dan gagasan Kartini tentang wanita pribumi Indonesia layak untuk diapresiasi lebih lanjut. Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional; artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah melingkupi perjuangan nasional.

Berkat jasa beliau dengan pemikirannya yang maju, kini wanita Indonesia tidak kalah dengan wanita-wanita dari Negara dan Bangsa lain. Wanita Indonesia juga bangkit menjadi tokoh-tokoh berpengaruh di Dunia, sebut saja contohnya; Megawati Soekarno Putri, Sri Mulyani dan banyak lagi yang lainnya. Banyak pula wanita Indonesia yang menduduki posisi penting dalam Perusahaan Multinasional, Pemerintahan dan kedudukan-kedudukan lain yang tidak bisa dipandang remeh.

Tapi, dari semua kehebatan tersebut, janganlah kita melupakan apa yang seharusnya tidak boleh dilupakan. Yaitu, kodrat wanita sebagai Ibu, sebagai pendamping suami dalam membina rumah tangga dan sebagai guru utama dalam mendidik anak-anak menjadi cerdas, pintar dan berkualitas. Boleh-boleh saja wanita memiliki kesibukan pekerjaan, sebagai bentuk emansipasi, namun janganlah pernah karena kesibukan tersebut kemudian masa depan anak-anak sebagai generasi pewaris bangsa diserahkan bulat-bulat ke tangan baby sitter atau pembantu. Bukannya saya meremehkan pembantu, baby sitter atau apalah namanya, tapi yang pasti kita bisa mencetak masa depan anak-anak kita dengan kasih sayang kita sendiri dan bukan kasih sayang orang lain.

Emansipasi adalah kesetaraan dalam berbagai bidang, tidak memandang gender, latar belakang dan status lainnya. Namun emansipasi juga harus disikapi dengan cerdas, dimana masing-masing memiliki peranan yang berbeda dan sama-sama penting dalam keluarga. Emansipasi dikatakan berhasil ketika Ayah dan Ibu berhasil menempatkan diri dalam keluarga sebagai motivator, figur teladan dan pembimbing yang baik bagi anak-anak dan anggota keluarga yang lainnya.

Semoga bermanfaat, terimakasih, sampai jumpa pada tulisan selanjutnya.

Pakdhe U®/Windows Live Writer/Blogger/Copyright-2013

Sumber:

  1. Wikipedia Indonesia
  2. Sejarah Nasional Indonesia
  3. Pandangan Pribadi

ARTIKEL TERBARU >>

Sabtu, 20 April 2013

Lagi Lagi Bikin Pusing

Kenaikan Harga BBM, Harga Mati

Artikel By: Pakdhe U®

Jember—INA. Baru beberapa hari yang lalu, saya menulis tentang BBM, Baca Ini, sekarang saya juga akan kembali mengulas tentang BBM. Jika dalam artikel sebelumnya saya lebih mengulas tentang pembatasan-pembatasan yang memusingkan, saat ini saya akan menyinggung tentang wacana, atau mungkin sudah diputuskan, tentang kenaikan harga BBM yang sepertinya sudah harga mati. Saya menulis ini, setelah melihat tayangan di berita televisi tentang rencana kenaikan harga BBM, yang keputusannya diperkirakan akan ditentukan akhir pekan lalu (14/04) oleh Pemerintah.

Yang sangat menarik perhatian saya adalah, rencana Pemerintah menetapkan harga BBM dalam dua harga yang berbeda. Satu harga untuk masyarakat miskin sedangkan harga yang lain untuk masyarakat kaya. Untuk sementara, menurut keterangan Pemerintah, penerapan disparitas harga tersebut masih dipertimbangkan, dan salah satunya adalah menggunakan teknologi IT agar tidak salah sasaran. Opsi yang paling cepat bisa dilaksanakan adalah pembedaan berdasarkan warna Pelat Nomor Kendaraan; Pelat warna kuning, atau angkutan umum, mendapat jatah harga BBM murah, sedangkan yang berpelat hitam, dalam hal ini adalah kendaraan pribadi, diharuskan menggunakan harga BBM yang lebih mahal. Namun, sekali lagi ini masih perlu dibicarakan lebih jauh tentang penerapannya, begitu menurut sumber pemerintah.

Keputusan ke arah itu (disparitas harga) sepertinya memang sudah bulat, meskipun belum jelas kapan implementasinya. Ini terindikasi dari keterangan dua Menteri kita, Menteri ESDM dan Menko Ekuin, yang menyatakan bahwa akan ada penerapan harga ganda untuk BBM. Katanya dalam keterangan tersebut, untuk motor, angkutan umum pelat kuning dan petani nelayan, akan tetap menikmati harga BBM Rp. 4.500,- / liter. Sedangkan untuk mobil pribadi atau kendaraan pelat hitam, harus menebus harga BBM Rp. 6.500,- / liter. Cukup membuat pusing, apalagi jika penerapan harga berbeda tersebut tidak pada satu SPBU yang sama. Jadi nantinya, bagi pemilik kendaraan pelat hitam, kecuali motor, harus membeli di SPBU A, sedangkan yang lain harus di SPBU B.

Tapi, sialnya keputusan itu masih menunggu selesainya sosialisasi ke masyarakat dan kesiapan SPBU dalam memberikan layanan. Hal ini yang kemudian menjadikan masyarakat panik dan melakukan aksi borong BBM gila-gilaan, yang pada akhirnya semakin memperburuk kondisi kelangkaan BBM yang sudah terjadi. Kalau sudah begini, yang susah sekali lagi juga Rakyat kecil. Kalau pejabat mah, enjoy aja dan malah memamerkan ke masyarakat kalau akun twitternya memiliki followers sekian ratus ribu. Hahahah, masih sempat-sempatnya maen twitter disaat masyarakat kelimpungan mencari BBM untuk modal mencari nafkah!? Kalau sudah begini, yang gila siapa? Eh, bahkan ada yang lebih parah loh, ditengah krisis BBM yang mendera rakyat ada juga anggota DPRD yang terhormat menikahi sirri tiga PSK sekaligus. Oalah Pak-Pak, kalo sama PSK mah bukan nikah namanya, tapi jajan. Mau apa doyan tuh?!

Sepertinya, pengaturan seperti ini sangat tidak praktis. Mengapa? Konsumen masih akan dipusingkan untuk mencari SPBU yang sesuai dengan kendaraan mereka. Belum lagi potensi penumpukan kendaraan pada SPBU “murah” yang sudah pasti akan diserbu konsumen. Tapi entahlah, saya tidak mau ambil pusing. Itu sudah menjadi urusan Pemerintah. Becus tidak becus, itulah kenyataan yang harus kita hadapi.

Kembali ke soal BBM, Seharusnya pemerintah tegas. Kalau mau naik, ya naikkan aja sekarang, jangan tunggu ini dan itu. Kalau kelamaan tunggu ini dan itu, para mafia-mafia BBM justru bersorak kegirangan karena sudah hampir pasti akan menangguk untung lebih besar. SPBU jangan dibeda-bedakan, yang ini untuk kaya, yang itu untuk miskin. Jadikan satu saja, toh mesin dispensernya kan sangat banyak. Selama ini ada tuh mesin dispenser yang di sendirikan khusus untuk motor, kenyataannya bisa. Kalau yang dipermasalahkan adalah harga pembelian ke Pertamina? Kok Goblok banget, bukannya setiap dispenser ada komputernya yang memberikan catatan berapa liter BBM dikeluarkan. Untuk dispenser non subsidi habis berapa liter dikalikan harga non subsidi. Begitu juga yang subsidi, habis berapa liter dikalikan harga subsidi. Semuanya dijumlahkan baru itu yang dibayarkan ke Pertamina. Toh BBM yang dijual jenis, tipe maupun kualitasnya juga sama kan?  Yang beda kan harganya? Kecuali kalau beda jenis, tipe dan kualitasnya, ya lain lagi. Eh, tapi tunggu sebentar, mungkin saya yang Goblok kalau ternyata gak semudah itu. Heheheh, Maaf.{Pakdhe U | Pakdhe U | Windows Live Writer© 2004-2013}

Disarikan dari berbagai sumber.

ARTIKEL TERBARU >>

Artikel Terkait:

  1. Beban Rakyat Kecil Semakin Berat
  2. BBM = Benar Benar Menyusahkan
  3. BBM Naik, Salah Siapa?

^^ Sudah, kalau mau perang, ya perang saja sana. Tapi jangan sampai ajak-ajak saya ya? Soalnya saya benci perang! ^^

Kamis, 18 April 2013

Pendidikan Indonesia Melawak

Ujian Nasional Diundur, Waah Gawat!

Menteri : SAYA MOHON MAAF

Artikel Oleh Pakdhe U®

Jember—INA. Baru kali ini terjadi! Sebuah hajatan besar yang menyangkut reputasi sebuah Bangsa, yang hanya karena salah memilih perusahaan percetakan, atau mungkin keasyikan main-main jejaring sosial, akhirnya harus tertunda pelaksanaannya. Itupun juga masih kocar-kacir. Weleh-weleh!!! Memalukan! Tapi, tunggu dulu. Mungkin para punggawa di bidang Pendidikan stress menghadapi kelangkaan BBM untuk mobil-mobil mewah (kreditan) mereka, jadi mereka sengaja melawak biar stress hilang. Bukannya stress kalau hajatan sebesar dan sepenting Ujian Nasional dijadikan bahan lawakan. Yang ada juga Gila.

Tapi tenang Bro, Pak Menteri kita kan sudah minta maaf pada saat dipanggil Presiden?! Beliau kan juga sudah minta maaf pada kita semua? Tapi masalahnya, apa cukup dengan maaf itu saja? Bagaimana nasib psikologi adik-adik kita yang Ujiannya terpaksa diundur, diundur dan mungkin diundur lagi? Apa tidak stress keliwat stress tuh? Apa kompensasinya buat mereka? Bagaimana pula dengan hasil akhirnya jika kemudian tidak lulus? Bisa gila beneran tuh Pak! Sudah ujian diundur, mikirnya berat, eeeh, gak lulus. Tanggungjawab siapa?

Pendidikan adalah modal utama dalam membangun bangsa. Kata orang-orang pintar jaman dulu sih seperti itu. Tapi, kalau penanganan Pendidikan sudah tidak beres, alias tidak becus, alias apalah namanya seperti ini, bagaimana jadinya Bangsa ini? Yang ada malah kita ditertawakan dari Kutub Utara ke Kutub Selatan, dari Afrika sampai Nauru. Aah, gimana nih negara Indonesia, Negara Besar, banyak orang pintar (termasuk paranormal - kan orang pintar juga), banyak juga orang kaya (meskipun hasil korupsi), kok Ujian negara saja pakai diundur-undur. Yang gak becus itu yang milih menterinya, yang milih percetakannya atau yang milih kedua-duanya.

Oya, seharusnya peristiwa ini dimasukkan ke dalam Rekor Muri atau di daftarkan ke Guinnes Book Of World Record. Kan belum ada tuh selama ini sebuah negara menunda Ujian Nasional di sebelas (bayangkan sebelas) propinsi hanya karena keterlambatan pencetakan soal? Bisa dapat Piagam tuh Pak Menteri dari Muri. Hehehe, Maaf ya? Lhaiya, kata sebagian orang yang saya temui,sudah diberi Wakil untuk membantu kerjanya, eh kok malah gak karu-karuan.

Perkembangan terbaru yang berhasil saya dapatkan infonya adalah, pada sebagian wilayah yang terpaksa diundur ternyata malah terancam diundur lagi karena ketidakberesan distribusi soal ujian. Ini cukup membuat gila dan gilanya lagi malah diperparah oleh pernyataan dari Wakil Menteri, bahwa bagi siswa yang ujiannya diundur dan kebetulan apes tidak mendapatkan soal, bisa mengikuti ujian susulan. Nah ini gimana? Bukannya Ujian susulan itu konotasinya tidak baik? Bakal semakin membuat stress siswa nih ceritanya.

Namun, apapun itu dan apapun yang terjadi, Tetap Semangat dan Pantang Menyerah Ya? Semoga Lulus Ujian! {Pakdhe U | Pakdhe U | Windows Live Writer © 1804-2013}

Disarikan dari berbagai sumber

ARTIKEL TERBARU >>

PERANG HANYALAH KESIA-SIAAN  TANPA MAKNA, TANPA ARTI, TANPA NURANI DAN TANPA BELAS KASIH; MESKIPUN BERGELIMANG PENGHARGAAN BAGI YANG DIANGGAP PAHLAWAN MAUPUN PEMENANG DAN BERTABURAN DERAI AIR MATA SERTA DARAH BAGI YANG TERLUKA. MASIHKAH INGIN KAU LANJUTKAN PERANGMU?

Senin, 15 April 2013

Korupsi Di Sekitar Kita

Biaya Siluman Mengurus Ijin

Artikel By. Pakdhe U dan Cmumud

Jember—INA. Kurang lebih, akhir tahun lalu, 2012, saya mendapatkan e-mail dari seorang kolega yang tinggal di sebuah Kabupaten yang tidak jauh dari tempat tinggal saya. Dalam e-mailnya, Cmumud, sebut saja kolega saya begitu, mengharapkan bertemu dengan saya karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Beberapa minggu kemudian, ketika saya benar-benar memiliki waktu luang, saya pun bisa menemuinya di rumah saya yang lain, yang lebih dekat dengan tempat tinggal Dia.

Ternyata, Dia mengharapkan saya untuk membantu menyusun sebuah Proposal pengajuan ijin operasional dan pendirian sebuah sekolah. Ya, memang selama ini sahabat saya itu mengelola sebuah sekolah sederhana di pinggiran desa, dan saat ini karena siswanya berkembang cukup pesat, maka diputuskan untuk mengurus ijin operasional dan segala hal yang terkait. Saya langsung menyetujuinya untuk membantu segala hal yang bisa saya bantu, selama saya mampu tentunya.

Semua data-data yang dibutuhkan sudah saya bawa, dan pada hari yang sama saya juga memulai penyusunan Proposal yang dimaksud. Mungkin juga merupakan suatu kebetulan, ketika saya mempunyai banyak waktu luang, sehingga saya juga berkesempatan mengantarkan sahabat saya tersebut “wara-wiri” mengumpulkan segala hal yang dibutuhkan selama penyusunan Proposal. Sekalian saya berharap bisa mempelajari sistem birokrasi perijinan di tempat sahabat saya berdomisili.

Ketika dalam proposal tersebut membutuhkan sebuah dokumen yang harus dimintakan tanda tangan Kepala Desa, saya bergegas mengantarkannya ke Balai Desa untuk mendapatkan tanda tangan yang dimaksud. Ternyata sama dengan di tempat tinggal saya, untuk secoret tanda tangan Kepala Desa kita harus mengeluarkan Rp. 15 Ribu. Padahal di Kantor Desa tersebut tidak tertera papan tarif untuk keperluan ini dan itu. Ketika coba ditanyakan kepada perangkat Desa, jawabannya hanya untuk sumbangan kesejahteraan saja.

Setelah itu kita ke Kantor Camat, karena dalam proposal juga membutuhkan secoret tanda tangan Camat. Mungkin karena petugas Kecamatan lebih sejahtera dan Pak Camat sendiri statusnya sudah PNS, biaya yang harus dikeluarkan untuk secoret tanda tangan sedikit lebih murah, hanya Rp. 10 Ribu. Setelah itu, kami bergegas menuju Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan untuk berkonsultasi tentang Proposal yang disusun. Untuk sementara seudah beres dan kami diminta untuk menunggu.

Saya tidak lagi mempunyai waktu cukup banyak, maka dengan berat hati saya harus meninggalkan sahabat saya yang masih belum selesai mengurus perijinannya. Tapi sahabat saya berpesan jika suatu saat membutuhkan bantuan saya lagi, saya diminta untuk siap. Oke!

Beberapa lama kemudian, sekitar dua bulan, saya mendapatkan e-mail dari sahabat saya tersebut yang sekali lagi meminta tolong untuk disusunkan sebuah Proposal. Namun kali ini adalah untuk pengajuan Dana BOS. Wah, berarti ijin Operasional sekolahnya sudah beres nih?! Kemudian saya telepon dia, menggunakan fasilitas gratis dari operator selular setelah isi ulang. Heheh, kebiasaan gratisan. Dan kami pun ngobrol panjang lebar tentang perjuangannya mengurus perijinan pendirian sekolah.

Ternyata sahabat saya itu harus bolak-balik ke Kantor Desa sebanyak empat kali. Sehingga harus mengeluarkan biaya 4 x Rp. 15 Ribu, = Rp. 60 Ribu. Di Kantor Kecamatan cukup satu kali, Rp. 10 Ribu. Yang paling berat justru di Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan, katanya sampai mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1 Juta. Biaya sejuta tersebut untuk pengurusan perijinan ke Kabupaten, dengan alasan biar lebih cepat. Soalnya jika “dinaikkan” sendiri, bisa kena biaya lebih besar dan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Biaya tersebut disanggupi saja oleh sahabat saya, tentu atas persetujuan pendiri dan pengurus yayasan. Ternyata benar, hanya dua minggu sesudah itu Team Verifikasi atau penilai kelayakan mengunjungi sekolah sahabat saya tersebut.

Apa yang dilakukan team tersebut? Tidak ada! Hanya duduk-duduk santai menikmati acara seremonial, yang memang sudah disiapkan untuk menyambut team tersebut. Bahkan, kata sahabat saya, sekedar berkeliling melihat lokasi saja juga tidak. Pada saat team tersebut pulang, sudah disediakan uang saku sejumlah Rp. 700 Ribu oleh pengurus yayasan, tapi sahabat saya tidak begitu paham apakah sejumlah tersebut untuk masing-masing anggota team, yang berjumlah 3 orang. Atau jumlah tersebut adalah untuk bertiga, soalnya yang memberikannya langsung ketua sekaligus pemilik yayasan. Sedangkan sahabat saya hanya berperan sebagai Kepala Sekolah.

Yang terjadi kemudian memang benar, sebab pada hari berikutnya Ijin Operasional dan Pendirian Sekolah sudah diantarkan. Oleh karena itu, sekarang ganti mengurus pengajuan Dana BOS dengan berbekal sertifikat ijin operasional dan pendirian sekolah yangh sudah didapat.

Dalam Artikel saya sangat jelas bahwa dalam mengurus perijinan, baik untuk apa saja, kebetulan contohnya adalah untuk pendirian Sekolah, Biaya yang dikeluarkan sangat jauh dari yang seharusnya. Biaya Siluman, menurut kata orang, atau sekedar tanda terimakasih agar urusan lebih lancar, kata mereka, tak ubahnya adalah bentuk Korupsi yang tidak pernah kita sadari. Jelas sekali, sampai saat ini Korupsi masih merajalela di sekitar kita. Tau’ ah, ghellap!

Sampai jumpa pada artikel selanjutnya (Pakdhe U/Cmumud/Windows Live Writer©1504-2013)

ARTIKEL TERBARU >>

PERANG SUNGGUH TIADA GUNA, HANYA HASILKAN DERITA, TANGISAN TANPA MAKNA DAN KEHANCURAN YANG MERATA…

Rabu, 10 April 2013

Benih Permusuhan Itu Terpampang Nyata

Artikel By. Pakdhe U®

Jember—INA. Meminjam kata-kata Artis fenomenal, Syahrini, “Terpampang Nyata”, saya ingin mengupas beberapa hal yang sedikit mengusik nurani terkait beberapa kekerasan yang muncul akhir-akhir ini, dalam bentuk Artikel yang sederhana. Mungkin apa yang saya sampaikan dalam Artikel ini tidak sepenuhnya benar, tapi itu setidak-tidaknya cukup mewakili kegundahan saya dalam menyikapi semakin maraknya kekerasan beberapa waktu terakhir ini.

Pernahkah Anda menemui sebuah tawuran antar pelajar, tawuran antar kampung atau mungkin tawuran antar komunitas tertentu? Atau justru Anda pernah terlibat di dalam tawuran tersebut? Mengapa? Apa yang sebenarnya diperebutkan atau dipermasalahkan sehingga harus terjadi tawuran semacam itu? Masalah harga diri? Masalah perempuan? Atau masalah lain yang sebetulnya tidak perlu terlalu untuk dipermasalahkan? Entahlah, yang saya tahu hanyalah sebatas tawuran itu sangat menyusahkan bagi orang lain yang sebenarnya tidak harus terlibat dalam kondisi seperti itu. Tawuran itu juga sangat berpotensi mengganggu jalannya roda perekonomian, merusak sarana umum dan yang lebih pasti adalah membuang energi dengan percuma.

Saya heran, padahal mereka adalah orang yang cukup berpendidikan, terpelajar dan mengerti norma-norma yang berlaku, tapi masih juga mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Atau, jangan-jangan hanya baju mereka saja yang “nampak” terpelajar, dan berdedikasi, padahal “dalemannya” tidak lebih baik dari (maaf) binatang liar di rimba belantara. Kenapa seolah dalam hati mereka yang ada hanya permusuhan dan kekerasan? Itulah yang harus segera kita cari tahu jawabannya.

Tapi, believe it or not, percaya apa tidak, mereka berbuat seperti itu (kekerasan dan tawuran) karena memang dalam diri mereka sudah ditanamkan benih permusuhan sejak kecil. Coba lihat saja isi tayangan sinetron televisi kita; isinya melulu tentang permusuhan yang didasari dendam, persaingan dalam perebutan harta, wanita dan kedudukan. Ini sudah pernah saya ulas dalam Blog saya, kurang lebih setahun yang lalu. Mereka dibiarkan, atau bahkan diajari untuk menonton sinetron demi sinetron tanpa mendapat bimbingan dan arahan yang benar.

Coba simak baik-baik permainan modern yang ada saat ini. Bukannya hampir semua Developer Game merilis game-game yang bertemakan kekerasan? Bahkan diantara game-game tersebut sengaja dibuat secara berseri (sekuel) dengan alasan karena banyak peminatnya. Lihat saja; Crysis, Darksiders, Call Of Duty dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan. Apakah ada,  game-game edukatif yang layak untuk dikembangkan? Mungkin ada tapi tidak banyak, dan parahnya, game-game tersebut sepi dari peminat alias tidak laku.

Bagaimana pula dengan bermunculannya sinema-sinema asing yang dikemas dalam format canggih (3D), yang semuanya bertema kekerasan, kebrutalan dan kebiadaban sebuah kaum? Yang mengerikan lagi, diantara sinema-sinema tersebut justru menuai kesuksesan mencapai box office dalam penjualan. Bahkan tidak jarang, ada diantaranya yang mendapat penghargaan sebagai yang terbaik. Tidak salah?

Belum lagi tayangan infotainment yang mengulas (kebanyakan) aib, persellisihan maupun konflik publik figure secara terang-terangan. Ini semakin menambah panjang daftar penebar benih-benih permusuhan dalam diri generasi saat ini. Tidak perduli mereka terpelajar, berdedikasi maupun terhormat, mereka sudah tertanami benih permusuhan sejak awal, dan akan terus tumbuh berkembang tanpa terkontrol. Jelaslah Benih permusuhan itu terpampang nyata!

Lalu, apa yang bisa kita perbuat? Tidak ada! Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Selama ini, pembiaran demi pembiaran seolah menjadi bagian dari solusi yang ditawarkan. Tidak ada yang lebih baik dari sekedar pembiaran. Kalaupun ada tindakan yang bisa kita lakukan, tidaklah kiranya hal tersebut mampu membawa perubahan berarti. Yang ada, justru kita dipinggirkan dan dicap terlalu idealis, sok suci dan tidak “gaul.”

Kita hanya bisa menerapkan aturan dan solusi tersebut kepada diri kita sendiri, keluarga dekat kita dan orang-orang yang percaya dengan kita. Kita hanya bisa menjaga diri kita dan orang-orang yang kita cintai dengan cara yang orang lain tidak pernah pikirkan, yaitu dengan kedekatan dan cinta kasih tulus. Pada akhirnya, semuanya terserah pada diri Anda sendiri. Ingin terus terpapar benih permusuhan yang terpampang nyata, dengan konsekuensi kedamaian serta ketenangan hidup sedikit tereduksi oleh kebrutalan-kebrutalan yang sadis. Atau, sedikit lebih menjaga hati dan pikiran kita dari pengaruh-pengaruh luar yang menanamkan benih permusuhan, dengan hasil akhir ketenangan hati dan jiwa tercapai, meski sedikit mengorbankan sudut pandang orang lain kepada kita.

Pilih Mana? Oke, sampai jumpa pada Artikel selanjutnya…

Penulis, Editor : Pakdhe U | Windows Live Writer © 1004-2013

** Mau tidak mau, Perang hanya membawamu ke bibir jurang kenisthaan **

ARTIKEL TERBARU >>