Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Selasa, 30 September 2014

Penyebab Utama Manusia Menjadi Gila

By : Pakdhe U ®

JBR/id. Siapa manusia di muka bumi ini yang mau menjadi gila? Atau setidaknya berubah menjadi gila karena keadaan? Atau bersikap bagaikan orang gila, meskipun sebenarnya tidak demikian? Tahukah, bahwa sebenarnya penyebab manusia menjadi gila itu hanya ada 3 hal. Apakah itu? Saya akan mencoba membuat intisari dari ketiga hal penyebab utama manusia menjadi gila, berikut ini.

1. HARTA

Harta, kekayaan, atau materi duniawi, baik itu berupa kendaraan, perhiasan, pekarangan, sawah, kebun, pabrik, rumah, maupun uang, sesungguhnya menempati urutan pertama penyebab gila pada manusia. Kehilangan harta benda karena dirampok, kebakaran, atau musibah yang lain, sudah dapat dipastikan membuat kita terpukul begitu hebatnya.

Bukan tidak mungkin, jika kita tidak mampu dan tidak kuat menanggung beban tersebut, kita akan menjadi stress. Berawal dari stress, kemudian bermetamorfosa menjadi depresi, dan pada akhirnya kita akan menjadi penghuni Rumah Sakit Jiwa. Di Rumah Sakit, tempat berkumpulnya puluhan pasien gila, kita akan merasa paling waras, paling logis, dan tidak bermasalah. Malahan yang tampak seperti orang gila justru dokter dan perawat yang merawat kita.

Keinginan terpendam yang sangat menggebu, ambisius, dan seolah tidak bisa dibendung, dalam upaya menumpuk kekayaan, menumpuk harta, mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, menyebabkan manusia kehilangan akal warasnya sehingga menghalalkan segala cara untuk mewujudkan semua keinginan tersebut. Uang rakyat dikorupsi, melakukan praktik penipuan sedemikian rupa, melacurkan diri pada jutawan-jutawan nakal, keponakan membunuh paman yang kaya, anak membunuh orang tua demi warisan, dan bukankah yang demikian ini sudah pantas disebut gila?

Kesenangan manusia untuk dipuji, disanjung, dan dihormati sebagai orang kaya, tentu mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang sepantasnya hanya dilakukan oleh orang gila. Misalnya; menumpuk kendaraan dengan harga milyaran rupiah, sementara masih banyak di sekelilingnya yang berjuang melawan kelaparan. Membangun rumah super fantastis seharga milyaran rupiah, sementara di sekelilingnya masih banyak yang harus berjibaku dengan cuaca tak menentu di kolong jembatan. Bermewah-mewah dengan makanan seharga jutaan rupiah, sementara banyak diantara mereka yang tahu bahwa makanan tersebut hanya senilai puluhan ribu rupiah di pasar biasa. Jika hanya untuk membawa lipstik, menggunakan tas seharga puluhan ribu saja bisa, mengapa harus membeli tas seharga ratusan juta? Apa bukan gila namanya?

Apapun namanya, segala sesuatu yang berlebih-lebihan itu tidaklah baik. Jika cukup dengan rumah seharga Rp. 25 Juta, kenapa harus membuat rumah seharga Rp. 4 milyar? Oke, mereka berdalih toh itu uang mereka sendiri, hasil keringat mereka sendiri, terserah mau mereka apakan itu urusan mereka. Tapi perlu diingat, kita hidup tidak sendiri. Ada yang lain di sekeliling kita, dan mereka adalah orang-orang yang membutuhkan perhatian. Anggap saja kita pelit, tidak mau menyumbang, atau berbagi dengan mereka, lalu bagaimana dengan perasaan mereka? Bagaimana dengan hati mereka?

Jika manusia yang terlalu berlebihan menganggap hal itu tidak perlu dipedulikan, maka mereka yang memiliki perasaan seolah dipameri, dipanasi, dan atau dihina dengan segala bentuk tindakan bermewah-mewah kita, akan dengan mudah berubah menjadi gila, kehilangan akal sehat, dan akhirnya menjadi pembunuh, perampok, dan pelaku tindakan gila lainnya.

Bagi anda yang merasa nyaman dengan gaya hedonis anda, coba pikirkan hal itu sekali lagi…

2. Tahta

Tahta, singgasana, kedudukan, posisi, atau kekuasaan, satu hal yang identik namun beda penempatannya. Tahta, dan singgasana biasanya terkait dengan Kerajaan. Sedangkan kedudukan, posisi, atau kekuasaan, biasanya identik dengan jabatan. Apapun itu, hal ini juga menyumbang poin besar sebagai penyebab manusia menjadi gila.

Dalam prakteknya, banyak sekali figur-figur yang berambisi menduduki suatu jabatan penting, entah di perusahaan multinasional maupun di struktur pemerintahan, melakukan tindakan-tindakan gila. Diantaranya, memanipulasi konstituen, membeli suara, mengintimidasi pendukung lawan mainnya, dan bahkan ada yang tega membunuh pesaingnya demi memuluskan ambisi pribadinya mendapatkan sebuah kedudukan.

Dalam Pemilu Legislatif yang baru lalu, kita banyak menemukan para peserta calon legislatif yang tanpa pikir panjang, tanpa menggunakan akal waras mereka, menjual segala harta bendanya, apapun yang dimilikinya untuk modal merebut kedudukan sebagai anggota parlemen. Modal itu tidak hanya untuk mendaftar saja, melainkan juga untuk mengiming-imingi calon pemilih agar merekalah yang nantinya terpilih.

Meskipun dalam hati mereka tidak pernah ada niatan tulus untuk memberi, karena sebenarnya yang ada dalam benak mereka adalah keuasaan dan dengan kekuasaan itu mereka dapat dengan mudah mengatur apapun yang sekiranya menghasilkan uang. Ujung-ujungnya tentu sudah bisa ditebak, adalah korupsi. Apa bukan gila namanya jika amanat rakyat hanya dibuat mainan?

Dan, yang paling tragis adalah mereka yang kemudian gagal menuju parlemen. Sudah segala apa yang dimilikinya melayang, masih pula kedudukan urung diperoleh. Walhasil adalah menjadi stress, depresi, dan akhirnya betul-betul gila. Itulah mengapa kemudian tahta bisa dikatakan sebagai penyebab gila.

3. Wanita

Anda sudah pernah merasakan putus cinta? Bagaimana rasanya? Tentu sangat aneh, marah, sebal, dan semuanya menumpuk menjadi satu, menghujam hati, menyayat jiwa. Memang wanita tidak hanya satu, tapi yang dicintai kan cuma satu? Sudah diputus, eh alasannya hanya karena terpikat lelaki lain yang lebih kaya. Jika pikiran sudah kehilangan akal waras, jalan yang mungkin ditempuh adalah bunuh diri, membunuh pacar, atau sekalian membunuh pasangan baru pacar kita.

Sejarah mencatat, pernah ada seorang Pangeran yang merelakan kedudukannya hanya demi mengejar wanita pujaannya. Secara romantika, tindakan tersebut menunjukkan betapa cinta itu sangat membutakan. Menunjukkan pula kekuatan cinta sang Pangeran yang sangat besar kepada wanita pujaannya. Itu patut diapresiasi.

Tapi, Pangeran tersebut merelakan kedudukannya sebagai Pangeran Kerajaan penguasa dunia. Kalau tidak sedang kurang waras, mungkin karena memang pikirannya sudah terbutakan oleh cinta.

Banyak pula cerita kita temukan, tentang orang-orang yang rela membunuh, merampok, bertindak anarkis, hanya karena wanita. Rebutan pacar, bisa berujung mati. Ketahuan selingkuh, bisa menjerumuskan seseorang sebagai pembunuh.

Dunia memang sudah GILA.

Wassalam….

follow twitter | temukan di facebook | tonton you tube | 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar