Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Jumat, 16 Agustus 2013

Negeri Kaki Langit

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id--

Dan sekumpulan orang-orang berjubah itu menyingkap sebuah hasrat. Menuju akhir perjalanan di batas paling timur cakrawala, negeri kaki langit. Negeri, yang dikatakan oleh sekumpulan pelancong-pelancong telanjang, tempat mereka menjemur dada mulus mereka. Negeri, yang dikatakan oleh sekumpulan perusuh-perusuh berdarah, tempat mereka menanamkan benih permusuhan.

Sementara, orang-orang berjubah, yang diantaranya ada yang masih belia, demi mendengar kabar dari burung-burung pelangi tentang seribu menara masjid dan ribuan kaki surau tersebar di negeri kaki langit, mereka berkemas, bersiap dan melangkah menuju batas timur cakrawala, tempat akhir negeri kaki langit.

Terkejut dalam degup jantung mereka, angin yang lebih dingin dari senyum sinis diktator gila, menyapa tubuh-tubuh berkeringat mereka. Seolah angin itu menembus kulit dan menusuk tulang-tulang, menyisakan gemetaran sekujur badan. Dan sekejap kemudian, tubuh-tubuh mereka menjadi kaku bagaikan batu.

Aku katakan pada sedesir angin yang melintas tempat mereka; tiupkanlah nafas yang lebih hangat ke tubuh membatu mereka, sehingga terbangun dan bangkit dari tubir kematian. Sesungguhnya mereka adalah pion-pion yang akan membawa perubahan di kaki langit.

Hari ini, sebagaimana dikatakan oleh sekumpulan pelancong-pelancong telanjang, juga pernah disebutkan oleh sekawanan domba-domba kalap, Negeri Kaki Langit berpesta! Pesta mengulang kejayaan tempo dulu, saat negeri  masih ditimang oleh Raja-Raja sakti dan saat negeri bergelimang kekuatan magis.

Terompet, kembang api, bunga-bunga aneka warna, siulan-siulan pemuka dan tawa riang bocah-bocah gundul, penuh sesak menghiasi hari demi hari yang berlalu. Semua silih berganti berebut muka dan seolah tak mengenal siang dan malam.

Tanpa terasa, akupun turut luruh dalam gempita pesta pora. Lebur dalam deru biru sesak dada dan buih-buih keriangan. Sampai aku lupa entah dimana orang-orang berjubah berpesta? Ataukah mereka hanya menitipkan sinis senyum mereka dari balik jerami-jerami kering, peraduan mereka? Entahlah. (Pakdhe U ®| windows live writer | Blogger | 2013)

Sabtu, 10 Agustus 2013

Polisi Berpakaian Preman

Atau, Polisi Bertabiat Preman?

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id—Rasanya cukup menarik jika mengamati beberapa berita di media massa, khususnya terkait penerapan istilah “Polisi Berpakaian Preman.” Sering saya menemui pemberitaan-pemberitaan, utamanya tentang pengamanan suatu event, atau penangkapan penjahat kelas kakap, yang menyebutkan adanya keterlibatan polisi tanpa seragam dinas. Media sering menyebut sebagai “Polisi Berpakaian Preman.”

Kita semua tahu, paham, dan mahfum, apa yang namanya ‘Preman’ itu identik dengan sesuatu atau memiliki konotasi ‘negatif.’ Mungkin maksud dari pemberitaan tersebut adalah; tentang adanya polisi yang tidak berseragam dinas atau bisa dikatakan sebagai Polisi Berpakaian sipil. Sah-sah saja menggunakan istilah apapun dalam dunia media, tapi, bukankah lebih bijak jika menggunakan bahasa yang lebih halus serta tidak mengandung konotasi yang negatif.

Polisi, sebagai abdi negara, pengayom masyarakat, sejatinya tidak pantas menyandang istilah ‘Preman’ dalam satu pemberitaan, meskipun yang dimaksud hanyalah sekedar ‘bajunya’ belaka. Saya mengkhawatirkan jika suatu saat nanti, cap tersebut (preman) dapat melekat dalam diri Polisi kita. Sehingga kemudian ada beberapa oknum Polisi yang berperilaku, bertabiat dan berdinas dengan gaya-gaya preman.

Mungkin, diantara pembaca sekalian ada yang sependapat dengan saya? Tapi, melihat dari seringnya pemberitaan-pemberitaan tentang penganiayaan tahanan di penjara Polsek, khususnya terhadap residivis kambuhan (mungkin juga tahanan biasa yang lain), sepertinya tabiat-tabiat Preman memang nampak jelas. Semoga saja itu hanyalah ulah sebagian kecil oknum kepolisian kita saja. (Pakdhe U ®/windows live writer/blogger/2013).

Jumat, 09 Agustus 2013

Pasang Surut Kehidupan

Kisah Inspiratif Dalam Mengisi Waktu

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id—Kehidupan, sebagaimana waktu, ada batasnya. Selama rentang awal sampai titik akhir bertemu, kehidupan akan mengalami banyak sekali perubahan demi perubahan. Laut, mengalami pasang naik maupun pasang turun, itulah pasang surut air laut. Pun dengan kehidupan manusia, adakalanya kita naik membubung tinggi menggapai kesuksesan, adakalanya pula kita terjerembab turun ke titik paling rendah menuju kehancuran dan kebangkrutan. Sedang dimanakah kita saat ini?

Apakah saat ini kita sedang menggapai sukses? Ataukah hanya sedang menjalani proses menuju sukses? Mungkin, kita saat ini berada pada pertengahan jalan, entah menuju naik atau turun, yang pasti kita hanya tinggal menunggu sampai ‘lonceng’ itu berbunyi, menetapkan kemana kita akan terbawa.

Sangat menarik jika saya mengamati peristiwa demi peristiwa di masa lalu. Tentang kejayaan suatu peradaban. Kejayaan suatu kekuasaan, maupun kejayaan seseorang. Namun, yang menarik dari semua peristiwa tersebut adalah saat dimana Kejayaan tersebut mencapai titik kulminasi dan akhirnya jatuh terjerembab, bahkan sampai tidak meninggalkan bekas sama sekali.

Pada masa kejayaan prasejarah, kehidupan dinosaurus dan makhluk-makhluk raksasa purba sejenisnya, begitu nampak kokoh dan seakan tidak akan pernah tumbang. Namun, seiring berjalannya waktu, dan waktu sepertinya sudah sampai pada batasnya untuk berbalik, maka dalam sekejap dan perlahan, kejayaan prasejarah runtuh. Makhluk-makhluk raksasa purba tersebut akhirnya ‘punah’ begitu saja, dan hanya meninggalkan jejak-jejak sisa peradaban mereka dalam bentuk rupa fosil belaka.

Pun demikian dengan kisah-kisah kejayaan Raja Namrud, Raja Fir’aun, dan raja-raja yang menguasai peradaban jaman kenabian. Pada masanya, mereka adalah penguasa yang memiliki peradaban tinggi dan seolah tidak akan pernah tersungkur sejengkalpun. Namun, atas Kehendak Allah SWT, peradaban yang begitu tinggi (atau pongah), dalam hitungan jari, harus tumbang, hilang dan tenggelam termakan zaman. Diantara peradaban mereka, ada yang meninggalkan jejak peradaban, seperti Raja Fir’aun. Bahkan ada yang tidak meninggalkan jejak kejayaan mereka samasekali.

Lalu, bagaimana dengan kisah Kejayaan Imperium Romawi? Kejayaan Yunani? Kejayaan Turki? Kejayaan Majapahit? Kejayaan Bangsa Aztec Maya? Serta Kejayaan peradaban-peradaban lain yang tentu masih banyak yang tidak saya sebutkan. Mereka semua bernasib sama; yaitu tumbang tanpa bisa bertahan menjadi yang terbesar, terkuat dan abadi.

Pelajaran apa yang kita petik dari semua kisah di atas? Ya benar! Waktu akan membawa kita melalui pasang naik dan pasang turun kehidupan. Tidak ada satu hal-pun yang abadi, atau bertahan dalam satu status yang sama. Tidak ada satupun kekuatan adidaya yang abadi, semuanya tinggal menunggu giliran untuk tumbang. Sementara, di lain pihak ada pula yang sedang menunggu giliran untuk bangkit.

Saat ini Amerika Serikat boleh berbangga sebagai negara adidaya, adikuasa, super power dan paling dominan dalam mengatur hitam putihnya dunia. Tapi, jika merunut pada siklus sebagaimana kisah-kisah kejayaan lampau, mungkin juga Amerika Serikat tinggal menunggu waktu untuk ‘Tumbang’ sebagaimana negara-negara adidaya pada masa sebelum saat ini. Mungkin waktu tersebut dalam hitungan hari, minggu, bulan atau tahun. Mungkin juga dalam hitungan abad, siapa yang tahu? Saya rasa itu sudah menjadi Hak Allah SWT untuk menentukan kapan ‘lonceng’ itu dibunyikan.

Kemudian ada pertanyaan,’lalu siapakah yang kemudian dibangkitkan kejayaannya?’ Bisa jadi China yang menjadi adidaya berikutnya. Mungkin juga Afrika, setelah semua negara di benua tersebut bersatu. Atau bisa saja Indonesia, India, Australia atau Jepang. Semua tidak ada yang tahu, meskipun semuanya sepakat penasaran dengan apa yang akan terjadi bertahun-tahun ke depan.

Bagaimana kita harus menyikapi hal tersebut? Tenang dan hanya tenang saja. Jalani saja rutinitas seperti biasanya, tanpa harus terlalu takut, terlalu ambisi dan terlalu pesimis. Kita jadikan diri kita sebagai pihak yang apa adanya serta benar-benar mengisi semua celah waktu yang ada dengan hal-hal terbaik yang bisa kita lakukan. Mungkin dengan begitu, kejayaan kita akan cepat teraih, atau setidaknya sedikit diperpanjang, sebelum akhirnya benar-benar tumbang. (Pakdhe U ®/windows live writer/blogger/2013)

Kamis, 08 Agustus 2013

Pelayanan Telekomunikasi Seluler

Masih Termasuk ‘Buruk’

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id—Telekomunikasi seluler adalah sebuah tekhnologi komunikasi yang menawarkan banyak sekali kemudahan dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Pelayanan yang diberikan, termasuk dalam pelayanan di bidang jasa, khususnya jasa komunikasi.

Di Indonesia, perusahaan yang menjadi operator seluler termasuk cukup banyak, diantaranya; Telkomsel, Indosat, Three, Axis, yang semuanya adalah operator dengan tekhnologi GSM. Belum lagi yang menggunakan tekhnologi CDMA.

Saya sudah menjadi pelanggan salah satu dari operator seluler yang berbasis GSM di atas, selama hampir sepuluh tahun (sejak 2004). Yang saya rasakan dari perjalanan waktu sepanjang itu adalah, pelayanan yang diberikan mengalami perkembangan yang cukup signifikan, meskipun tidak bisa disebut baik sekali secara keseluruhan.

Kenapa tidak bisa disebut baik sekali? Karena, diantara beberapa layanan yang diberikan masih terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yang cukup saya rasakan mengganggu. Diantaranya adalah masalah kualitas jaringan yang masuk dalam kategori kurang stabil. Masih sering mengalami jaringan drop dan kemampuan signal yang lemah meskipun jarak dari BTS terdekat hanya tiga km saja, terlebih pada saat cuaca mendung.

Yang selanjutnya menjadi sorotan adalah mengenai tarif yang kadang-kadang berubah-ubah dalam satu waktu tertentu tanpa adanya pemberitahuan yang memadai. Sehingga sering saya mengalami, pada jam yang sama dengan hari yang berbeda, tarif percakapan dengan durasi yang sama pula, tidak pernah tetap. Meskipun adakalanya tetap, tapi seringkali jatuhnya lebih mahal dari sebelumnya. Adakalanya juga lebih murah.

Yang terakhir saya alami adalah tentang layanan internet; saya juga memilliki satu kartu khusus yang memang saya gunakan hanya untuk keperluan internet saja, dimana saat itu saya membeli paket internet sahur seribu rupiah, dengan kuota 100 MB. Adapun setelah tengah malam saya gunakan untuk internetan, saya iseng-iseng melakukan check sisa kuota internet saya setelah selesai sahur. Keterangan yang saya dapat, bahwa paket saya masih tersisa 78 MB.

SMS 1

Berdasarkan sms sebagaimana gambar di atas, bahwa paket internet saya berlaku sampai pukul 08.59, maka saya tutup dulu sesi internetan pagi itu, dengan harapan akan kembali internetan setelah mandi. Setelah saya menutup akses, saya-pun memperoleh sms dengan penjelasan bahwa hari itu (tanggal 26/07), paket internet saya berakhir, tanpa ada keterangan sampai jam berapa. Karena biasanya paket tersebut berakhir jam 05.59, namun berdasar sms pertama (gambar di atas) bahwa paket saya berakhir jam 08.59, maka saya abaikan saja sms kedua tersebut.

SMS 2

Akhirnya, setelah saya mandi, sekitar jam 07.45, saya kembali melakukan browsing internet,dengan harapan banyak hal yang bisa saya peroleh dengan 78 MB tersisa. Namun apa yang terjadi saudara-saudara?! Belum genap sepuluh menit berselancar di dunia maya, eh, tiba-tiba koneksi terputus. Awalnya saya pikir memang kualitas jaringan yang drop. Karena penasaran, kemudian saya check sisa paket internet saya, ternyata hari itu (tanggal 26/07) saya sama sekali tidak memiliki paket internet apapun (sebagaimana nampak dalam gambar di bawah).

SMS 3

Saya penasaran, lalu saya check sisa pulsa yang saya miliki. Ternyata pulsa saya nol rupiah,dari sebelumnya tiga ribu. Waah, biasa tiga ribu bisa untuk tiga hari, eh hari itu langsung ludes cuman sesaat saja. Untung pulsa tinggal tiga ribu, kalau lima puluh ribu bagaimana? Tapi untungnya, saya tidak pernah mengisi kartu untuk internet itu lebih dari lima ribu. Coba deh perhatikan tiga gambar di atas. Perhatikan tanggal dan jam diterimanya. Kalau jeli, pasti akan menemukan kejanggalan yang saya maksud.

Sekarang lain lagi cerita kakak saya. Dia juga pelanggan salah satu operator seluler. Kalau saya baju merah, kakak saya ini lebih suka baju kuning. Pengalamannya hampir sama, bahkan harus kehilangan nomor alias hangus, padahal sudah memiliki nomor tersebut sembilan tahun. Bayangkan! Sembilan tahun loyal pada operator tersebut, namun hanya karena kesalahan (siapa?) yang tidak jelas, terpaksa harus ganti kartu, yang otomatis ganti nomor.

Ceritanya begini; nomor kakak saya tersebut hampir memasuki masa tenggang, maka oleh kakak diisi ulang pulsa dengan nominal tertentu. Sukses pada bulan itu. Kemudian setiap kali check pulsa atau check masa aktif, semenjak isi ulang tersebut selalu ‘gagal’ alias tidak terdeteksi sampai kapan masa aktif pulsa yang baru diisi tadi. Dengan asumsi biasanya nominal tersebut masa aktifnya satu bulan, kakak tenang saja dan mengabaikan proses check pulsa yang ‘gagal’ tadi.

Ketika menjelang (perkiraan biasanya) masa aktif berakhir, yaitu bulan ini, kakak kembali melakukan isi ulang pulsa, namun ‘gagal.’ Coba lagi sampai lebih dua kali, tetep ‘gagal’ juga. Setelah lewat tengah hari, status telpon berubah menjadi hanya bisa melakukan panggilan darurat. Setelah malam, status berubah menjadi tidak bisa menerima panggilan dan muncul pesan ‘kartu tidak teregistrasi’ pada layar.

Penasaran,besok paginya kakak meluncur ke Kantor layanan operator tersebut. Hasilnya adalah, ‘kartu tersebut sudah terblokir sejak pagi hari jam 06.00’ karena telah melewati  masa tenggang. Segala cara kakak lakukan membujuk customer service yang melayani, untuk mengaktifkan nomor itu kembali, dengan alasan kesalahan bukan pada kakak, tapi sistem yang tidak beres setelah isi ulang pulsa bulan sebelumnya.

Namun usaha tersebut ‘gagal total’, malah kakak diminta agar berpindah dari ‘Prabayar’ menjadi ‘Pascabayar’, dengan abunemen paling sedikit Rp. 25.000,- jika ingin tetap menggunakan nomor tersebut. Dengan terpaksa kakak menolak usulan tersebut, toh harga kartu perdana tidak sampai lima ribu saja.

Kesimpulannya apa? Memang, apa yang saya sampaikan tidak bisa serta merta membuktikan operator seluler tersebut ‘busuk’, karena itu masalah kasuistis. Dan tidak bisa juga disama-ratakan kepada semua operator seluler yang ada. Yang pasti, menurut saya semua pihak harus mulai melakukan ‘instrospeksi diri’ agar layanan yang diberikan maupun yang diterima sesuai dengan harapan dan perkembangan jaman.

Ini hanya sekedar pengalaman yang saya mmiliki dan juga kakak saya alami. Tidak menutup kemungkinan, pengalaman yang sama juga dihadapi oleh jutaan pelanggan telekomunikasi seluler lainnya. SSemoga hal ini menjadi pembelajaran yang berharga. (Pakdhe U ®/windows live writer/blogger/2013)

Kamis, 01 Agustus 2013

Kamar Kristal

Fiksi Oleh : Pakdhe U®

Jam di atas pintu, sudah lama tidak berfungsi. Entah mesinnya rusak, atau hanya baterainya yang mati, aku tidak pernah sempat memeriksanya. Selama ini aku hanya mengandalkan penunjuk waktu yang ada di telepon genggam, karena aku juga tidak terbiasa menggunakan jam tangan. Entah orang macam apa aku ini. Hanya sekedar memakai jam tangan saja begitu risih rasanya.

Pagi itu, aku menemukan secarik kertas terselip di bawah pintu depan, entah jam berapa datangnya, siapa yang meletakkannya di situ, yang pasti kertas tersebut semacam undangan. Aku ambil dan aku letakkan begitu saja di atas lemari es. Istriku yang tahu aku menaruh sesuatu, hanya tersenyum.

“ Apa itu Yang? ”, tanya dia kemudian.

“ Kurang tahu ya, mungkin undangan atau apalah.” jawabku.

Istriku kemudian mengambil kertas itu. Wajahnya nampak serius membaca kalimat demi kalimat yang tertulis di situ, sambil tangan yang satunya masih menenteng tempe yang baru diambilnya dari lemari es.

“ Undangan reuni, Yang.” Kata dia kemudian.

“ Masa’? Dimana? “ Sahutku.

“ Iya! Di Malang. Masih minggu depan kok.” Lanjutnya.

“ Kalo minggu depan, sepertinya aku nggak bisa, deh. Kan sabtu besok ini aku ke Jogja?” Kataku sambil mengambil lembaran kertas tersebut, meyakinkan jika memang undangan reuninya minggu depan.

“ Apa ke Jogjanya gak bisa dibatalin?” Kata istriku.

“ Ya enggak lah!, aku kan sudah terima DP.” Aku selama ini, selain menjalani kehidupan bertani juga mengoperasikan jasa carter kendaraan. Ya, aku selama ini menjadi sopir.

“ Biar Rahmat saja yang gantikan bawa.” Usul istriku.

Sebenarnya aku memang sangat ingin menghadiri reuni tersebut. Ada satu hal yang sangat ingin aku lakukan, dan semoga saja apa yang aku harapkan memang ada. Tapi, bagaimana dengan Jogja? Apa sebaiknya aku terima usul istriku?

“ Yang? Kok diam?” Tegur istriku.

“ Apa kata nanti lah! Biar aku tanya Rahmat dulu.”

Setelah itu, aku langsung menuju ke rumah Rahmat. Di sana aku menyampaikan harapanku agar dia mau menggantikanku mengantarkan rombongan ke Jogja. Tanpa perlu berpikir lama, ternyata Rahmat langsung menyanggupinya.

Ini berarti, aku jadi ke Malang. Ah, Malang. Kota yang penuh goresan cerita. Tiba-tiba anganku terlayang ke waktu sepuluh tahun lalu, saat dimana aku mengenal Safhir, gadis cantik keturunan Arab, yang sekarang entah ada di mana. Aku sangat berharap, dia datang pada reuni itu.

***

Akhirnya, tepat jam 7 pagi, aku sampai di Gedung Serbaguna, tempat reuni diadakan. Setelah aku parkir mobilku, segera aku mengisi buku tamu sambil melihat daftar tamu yang hadir. Ternyata, tamu yang hadir masih sangat sedikit. Namun aku terpaku pada satu nama yang tertulis di situ, Safhir. Ya, Safhir ternyata sudah datang lebih dulu.

“ Pandu ya?” Tegur seseorang dari belakang. Sepertinya aku sangat mengenal suara itu. Aku langsung menoleh, dan ternyata benar, dia adalah Safhir.

“ Bukan orang yang Kamu harapkan?” Jawabku setengah tertegun.

“ Ah, Pandu. Tetap saja seperti dulu! Siapa yang kamu maksud dengan orang yang tidak aku harapkan?”

“ Aku!” Tukasku. “ Bukannya dulu kamu tidak pernah mengharapkan aku?” Lanjutku.

“ Itu dulu…”

“ Kalau sekarang?” Potongku.

Safhir tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya tersenyum simpul. Sebuah senyum yang masih sama dengan senyum dia sepuluh tahun lalu.

Kami kemudian menuju sebuah meja di sudut ruangan, setelah bersalaman dan bertemu dengan teman-teman yang lain. Di meja itu, hanya kami berdua, karena memang kursi yang tersedia hanya dua. Kami melanjutkan obrolan tentang masa lalu yang pernah dilewati bersama. Kadang-kadang kami tergelak tertawa jika mengingat kekonyolan masa itu.

Kami asyik saja ngobrol seolah tidak sedang berada dalam suatu acara reuni. Banyak hal yang kami bicarakan, termasuk tentang keluarga, anak dan pekerjaan.

Tiba-tiba, “ Aku bosan di sini. Kita keluar saja Pandu. Jalan-jalan.”

Usul Safhir cukup mengejutkan aku. “ Bolehlah!” Aku setuju saja, seolah tidak ingin kehilangan kesempatan berdua dengan Safhir.

Aku ajak dia ke alun-alun kota. Dibawah rindangnya pohon beringin di sisi timur alun-alun, kami melanjutkan cerita.

“ Safhir, ada satu hal yang sangat ingin aku tanyakan padamu, Bolehkah?

“ Tentang apa?”

“ Seratus purnama! kamu masih ingat itu?”

“ Itu sudah sepuluh tahun yang lalu, Pandu! Tentunya aku sedikit melupakannya.”

“ Sedikit melupakannya, bukan berarti tidak ingat sama sekali toh?

Dia hanya terdiam.

“ Kenapa kamu tanyakan itu, Pandu?

“ Bukannya waktu sepuluh tahun akan mengikis semua kisah tentang seratus purnama dalam dirimu?” Lanjut Safhir.

“ Aku tetap seperti dulu. Tetap menyimpan kenangan seratus purnama, karena semua hal itu masih aku simpan dalam…..”

“ Kamar kristal! Itu kan yang kamu  maksud?” Potong Safhir.

“ Aku tidak tahu apa itu kamar kristal. Apa itu seratus purnama. Yang aku tahu, aku masih tidak paham dengan kamu.” Lanjut Safhir.

“ Sampai saat ini?” tanyaku.

“ Ya, sampai detik ini! Aku sangat mengenal kamu, Pandu. Tapi aku tidak pernah bisa memahami dirimu!”

“ Apa semua ini tentang cinta?” Tanyaku, penuh selidik.

“ Entahlah.” Dia terdiam.

“ Jujur, aku datang ke reuni ini berharap kamu ada di sana. Dan ternyata kamu memang ada.” Lanjut Safhir lagi.

“ Rupanya harapan kita sama, aku juga sangat berharap kamu ada untuk menyelesaikan semuanya.” Sahutku.

“ Aku merasa sangat bodoh.” Gumam Safhir.

“ Kenapa?”

“ Entahlah, Ndu. Sepertinya semua sudah terlambat. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Seandainya semua kembali seperti saat sepuluh tahun lalu…”

Kami terdiam, terhanyut dalam pikiran masing-masing. Lalu lalang kendaraan meningkahi keterdiaman kami.

“ Bagaimana kalau satu hari ini kita selesaikan semuanya? Kita ulang kembali masa sepuluh tahun lalu itu, saat ini juga?” Usulku, memecah kebisuan.

“ Maksudmu, Ndu?”

“ Aku akan menanyaimu satu hal yang sama seperti sepuluh tahun lalu. Aku buka kamar kristal dalam hatiku dan biarlah semuanya berjalan begitu saja.”

“ Apa itu artinya kamu akan nembak aku lagi?”

“ Memang itu yang sangat aku harapkan.”

“ Bagaimana dengan Istrimu, Ndu? Bagaimana juga dengan suamiku?”

“ Satu hari ini saja, dan semuanya akan baik-baik saja. Percayalah!”

“ Aku sepertinya tidak bisa.”

“ Aaah, Safhir. Aku tahu, kamu sangat berat, tapi aku juga sangat ingin kita menyelesaikan semuanya. Aku janji, jika semuanya selesai, akan aku simpan kembali kenangan hari ini dalam kamar kristal secara permanen.”

“ Safhir, aku hanya ingin tahu apakah kamu memang benar-benar tidak mengharapkan aku? Hanya itu saja!” lanjutku kemudian.

“ Pandu, aku sangat mengerti perasaanmu waktu itu. Tapi aku terlalu naif untuk memahami kamu. Kamu sangat aneh dan membuat aku takut. Meski sebenarnya perasaan cinta itu memang sempat ada.” Jawab Safhir.

“ Tapi, setelah sepuluh tahun berlalu, aku menyadari kalau aku sangat bodoh menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku, ternyata sangat merindukanmu, meski aku sudah mempunyai suami dan anak.” Lanjut dia.

“ Apa ini artinya, kamu menerima cintaku, Safhir?

“ Untuk hari ini saja. Setelah itu kita lupakan semuanya. Kita lupakan seratus purnama. Kita lupakan kamar kristal. Aku hanya ingin menikmati kenangan mencintaimu dalam satu hari ini saja.”

“ Tidak apalah walau cuma satu hari ini. Toh setidaknya aku sudah mendapatkan cintamu dan kamar kristalku akan terkunci untuk selamanya.” Jawabku sambil meraih tangan Safhir.

“ Ndu?”

“ Apa?”

“ Apakah kita berdosa pada suami dan istri masing-masing, setelah kita selingkuh hari ini?”

“ Itu jelas! Tapi aku pikir jauh lebih baik begini daripada kita masih memendam masalah yang tidak terselesaikan. Malah kita lebih berdosa ketika berhubungan dengan pasangan kita, tapi angannya melayang ke orang lain.”

“ Mungkin kamu benar!”

Akhirnya, kami menghabiskan waktu hari itu hanya berdua. Berpacaran dan mengulang kembali cerita masa lalu yang sempat hilang terkunci dalam kamar kristal. Meskipun, pada malam harinya kami sepakat untuk putus selamanya.

Setidaknya, kami sudah mendapatkan apa yang seharusnya kami dapatkan sepuluh tahun lalu, yaitu keindahan cinta.

***

Jam di telepon seluler sudah menunjukkan angka 3 dinihari. Aku sudah sampai kembali di rumah. Dengan hati-hati aku buka pintu, dan ternyata Istriku tertidur di sofa. Sepertinya dia memang menunggu kedatanganku.

Esok paginya…

“ Bagaimana Yang, reuninya!” Tanya istriku saat sarapan.

“ Seru!”

Aku bersyukur, aku memiliki istri yang baik seperti dia. “ Maafkan aku sayang, sehari kemarin aku sudah selingku di belakangmu.” gumamku dalam hati.

****Tamat***

Pakdhe U®/windows live writer/blogger/2013

Pejabat Datang

Jalan Dibuat Mulus

Oleh : Pakdhe U ®

Jember.id—Saya mendengar kabar dari kolega dan sahabat, baik melalui telepon maupun e-mail, bahwa tanggal 31/07/13, Bapak SBY, Presiden RI, akan datang ke Kecamatan Puger, guna meresmikan pasar ikan terbaru. Puger adalah Kota Kecamatan yang berbatasan dengan laut selatan dan berada di dekat tempat tinggal saya.

Awalnya saya tidak mempercayai kabar tersebut, namun setelah saya melakukan pengamatan secara lebih mendalam, sepertinya kabar tersebut memang benar adanya. Wah, saya tentu sangat senang karena kapan lagi bisa menemui media massa nasional? Saya bertemu dengan media RCTI, Metro TV dan beberapa TV lain, sudah cukup lama. Yaitu pada saat banjir bandang Panti, beberapa tahun silam.

Jujur, saya bukan senang karena kedatangan Pejabat pentingnya, tapi saya lebih senang terhadap dampak yang dihasilkan oleh kedatangan pejabat tersebut. Misalnya, kedatangan media massa nasional, yang memberi saya kesempatan untuk ‘belajar’ jurnalistik, dan yang terpenting adalah saya memiliki peluang untuk ‘tampil’ di tv (narsis!) nasional.

Ada kebiasaan lain di Indonesia, khususnya di tempat saya, pada saat menjelang kedatangan pejabat penting, semacam Presiden dan jajarannya, yaitu perubahan yang sangat mencolok terhadap kondisi jalan raya. Bagaimana maksudnya? Begini; di tempat saya, setiap kali akan ada pejabat besar datang, selalu nampak kesibukan luar biasa, khususnnya di sepanjang jalan yang akan dilalui pejabat tersebut.

Mulai dari pengecatan pohon-pohon sepanjang jalan, pembenahan rambu-rambu jalan, pengecatan pagar-pagar dan yang paling jelas adalah perbaikan jalan yang akan dilalui. Inilah keuntungan lain dari adanya kunjungan pejabat penting ke daerah. Padahal, seharusnya Presiden atau pejabat tinggi apapun yang lainnya, dibiarkan saja menemui kenyataan bahwa begitulah keadaan jalan yang sebenarnya di daerah.

Sebagaimana pernah saya ulas dalam artikel Merindukan Jalan Yang Mulus, kondisi jalanan di daerah saya cukup memprihatinkan dan sangat miris. Namun, seiring dengan akan hadirnya Bapak Presiden yang Terhormat, kesibukan-kesibukan perbaikan jalan dengan alat-alat berat yang sesungguhnya, sudah mulai nampak beberapa minggu terakhir.

Hasilnya, satu hari menjelang kehadiran Pak SBY (30/07), semua jalan di daerah saya (yang akan dilalui SBY) telah bermetamorfosis alias bertranformasi menjadi jalan yang sangat mulus, dengan rambu-rambu marka jalan yang jelas dan lengkap. Sama sekali tidak ada lubang jalan yang berarti, dan kalaupun ada sedikit jalan yang bergelombang, tentu tidak akan dirasakan oleh Mercedes Benz S Class nya Pak SBY.

Saya tidak akan berpanjang lebar membahas kedatangan SBY di daerah saya, tapi saya akan lebih mengkritisi kebiasaan ‘buruk’ pejabat daerah yang selalu memoles daerahnya dengan sedemikian bagus, baik, mewah, seolah tanpa cacat, ketika akan kedatangan pejabat yang lebih tinggi kedudukannya. Tindakan ini, menurut saya, lebih mengarah kepada praktik-praktik ‘menjilat’ karena ada unsur ‘ABS’ (asal bapak senang) belaka.

Jika hal ini dijadikan kebiasaan, maka tak ayal tidak ada satupun pejabat di atas yang mengetahui keadaan real masyarakatnya di bawah. Begitu mereka berkunjung, tahunya mereka semua sudah bagus dan pastilah mereka menganggap bahwa pembangunan sudah merata sampai ke pelosok daerah. Mereka anggap jalan yang mulus tanpa lobang adalah memang kondisi real dari jalanan di daerah, padahal kenyataannya kebalikannya dari yang mereka lihat.

Akhirnya, pada jam 11.30 (31/07) Pak SBY benar-benar datang dan kebetulan singgah sebentar di salah satu Masjid Desa Kami untuk sholat dhuhur dan sedikit (sekali) memberi sambutan, menyapa masyarakat yang sudah (dihimbau untuk) berkumpul sejak jam 11.00. Setelah itu, rombongan pejabat penting tersebut melanjutkan perjalanan dengan kawalan banyak sekali ‘foreider’ dan mobil patwal. Tentu dengan kecepatan tinggi.

Seandainya rombongan pejabat tinggi tersebut berjalan normal, dengan pengawalan tanpa ada penutupan jalan dan sejenisnya, tentu mereka lebih bisa menghayati kenyataan di lapangan bahwa ‘jalan di derah itu sempit, padat dan perlu ini perlu itu dan seterusnya.’ Tapi karena mereka sangat ngebut (kecepatan tinggi) ditambah lagi kondisi jalan yang dibuat menjadi bebas hambatan, dengan mensterilkan jalan dari kendaraan lain, jadilah mereka tidak mengetahui dinamika masyarakat yang sebenarnya dalam menghadapi kepadatan lalu-lintas.

Oya, dalam acara tersebut (kedatangan SBY), kurang lebih di hampir setiap persimpangan jalan dan dalam jarak sekitar setiap 100 meter, selalu ada personil gabungan TNI dan POLRI. Saya paham, Presiden sebagai sebuah Lembaga Negara dan Pejabat sangat penting yang harus dilindungi. Tapi, penjagaan sebegitu ketat, bagi rakyat pedesaan cukup membuat ‘kagok’ dan ngeri. Seolah-olah akan ada sesuatu begitu dan begini.

Tapi ah, itulah kenyataannya. SBY sudah berkunjung, jalan di daerah saya jadi mulus dan semuanya kini menjadi normal kembali. Semua sudah kembali ke kehidupan yang sebenarnya.(Pakdhe U ®/windows live writer/blogger/2013)