Ucapan Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK SETIAP ULASAN YANG KAMI SAJIKAN

Minggu, 10 Juli 2011

Beratnya Jadi Warga Negara Yang Baik

Jember-Indonesia. Menjadi warga negara yang baik adalah mimpi dan harapan setiap penduduk di Indonesia. Warga negara yang baik adalah warga negara yang tertib, patuh dan disiplin dalam menjalani tatanan pengelolaan negara. Juga warga yang tidak terlalu banyak menimbulkan masalah bagi kehidupan di sekitarnya. Namun, untuk menjadi seorang warga negara yang baik ternyata tidak semudah sebagaimana yang diharapkan sebelumnya.

Para mubaligh, ulama dan pemuka agama menyebutkan, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, bahwa kebersihan adalah bagian dari iman. Jika kita ingin menjadi warga negara yang baik, logikanya adalah kita juga harus menjaga lingkungan kita bersih dan nyaman. Selain menjadi warga negara yang baik, secara otomatis kita juga menjalankan ibadah dengan baik pula. Namun apa yang terjadi? Pada kenyataannya kita dihadapkan pada permasalahan yang berat. Sampah berserakan di mana-mana. Limbah pabrik dibuang seenaknya. Sungai selalu dipenuhi oleh sampah. Niatan kita untuk menjadi warga negara yang baik, sulit sekali terwujud jika apa yang terjadi sungguh diluar kemampuan kita untuk membenahinya. Sudah satu poin kenyataan bahwa menjadi warga negara yang baik adalah sangat berat.

Dalam ruang tunggu kantor pajak pratama, ditulis besar-besar kalimat " ORANG BIJAK, TAAT PAJAK". Jika kita taat dalam membayar pajak, selain bisa disebut sebagai orang bijak, kita juga termasuk sebagai warga negara yang baik. Namun, keikhlasan dan niat untuk menjadi warga negara yang baik dengan cara taat membayar pajak, baik itu pajak bumi & bangunan, pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, ternyata ternodai oleh rasa pesimis yang besar. Bagaimana tidak? Pajak yang semestinya untuk pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat, ternyata dikorupsi alias dikemplang alias digelapkan oleh pejabat di lingkungan pajak, sebagaimana kasus Bang Gayus. Maka benar pula jika infrastruktur di negara kita ini tambal sulam. Belum lagi permasalahan permohonan keringanan pajak, dengan cara manipulasi data pajak oleh para pengusaha nakal, kian menambah beban pemberat untuk menjadi warga negara yang baik. Dua poin terkumpul.

Mengantri, atau tertib sesuai prosedur dalam sebuah layanan umum adalah salah satu ciri warga negara yang baik. Namun, mengantri adalah juga sebuah pekerjaan yang melelahkan. Buktinya adalah, ada sebagian warga yang rela mengeluarkan uang ekstra demi setiap urusannya selesai terlebih dahulu dengan mengorbankan warga lain yang rela antri dengan tertib. Hal ini sebenarnya bisa dicegah jika petugas yang menangani urusan tersebut tegas menolak uang ekstra dan meminta warga nakal tersebut masuk ke antrian. Pada kenyataannya, justru para petugas tersebut yang memberikan peluang. Pada akhirnya, hanya warga negara yang baiklah yang harus mengalah, meski dengan berat hati. Tiga poin.

Tiga poin yang penulis sebutkan di atas hanyalah sebagian dari sekian banyak daftar panjang beratnya menjadi seorang warga negara yang baik. Penulis yakin, jika satu persatu dituliskan dalam posting ini, tidak akan cukup dalam satu hari membacanya. Semuanya yang penulis sampaikan hanyalah hal-hal besar dan bukan hal yang detail. Jika anda bisa mencermati lingkungan sekeliling anda, sudah bisa dipastikan anda-pun akan menemukan hal lain yang bisa menjadikan kita berat untuk menjadi warga negara yang baik.

Lalu, bagaimana dengan anda? Sudahkah anda menjadi warga negara yang baik? Jika sudah, beratkah beban yang anda rasakan ketika berusaha menjadi warga negara yang baik? Penulis sendiri masih merasakan belum sepenuhnya bisa menjadi warga negara yang baik. Akhirnya, sekian artikel kali ini dan sampai jumpa dalam tulisan selanjutnya.


 

Penulis : Pakdhe U | Editor : Pakdhe U | Sumber : Opini Pribadi, Berbagai Sumber | Copyright @2011 |---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar